Resum Wacana Bahasa Indonesia
PIRANTI KOHESI DAN KOHERENSI
Oleh : Ratna Agustin
A. Pendahuluan
Pada pembahasan sebelumnya kita telas
membahas hakikat wacan, prasyarat wacana, dan teks, koteks dan konteks, toeri
tindak tutur, sosioinguistik interaksional . Kali ini kita membahasa mengenai
piranti kohesi dan koherensi. Wacana
pada dasarnya juga merupakan unsur bahasa yang bersifat pragmatis. Apalagi
pemakaian dan pemahaman wacana dalam komunikasi memerlukan berbagai alat
(piranti) yang cukup banyak. Oleh karena itu, kajian tentang wacana menjadi
“wajib” ada dalam proses pembelajaran bahasa.
Suatu wacana juga
dituntut memiliki keutuhan struktur. Keutuhan itu sendiri dibangun oleh
komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.
Organisasi inilah yang disebut sebagai struktur wacana. Sebagai sebuah
organisasi, struktur wacana dapat diurai atau dideskripsikan bagian-bagiannya.
Suatu rangkaian kalimat dikatakan menjadi struktur wacana bial di dalamnya
terdapat hubungan emosional antar bagian yang satu dengan bagian lainnya.
Sebaliknya, suatu rangkaian kalimat belum tentu bisa disebut sebagai wacana
apabila tiap-tiap kalimat dalam rangkaian itu memiliki makna sendiri-sendiri
dan tidak berkaitan secara semantik.
B. PIRANTI
KOHESI
Hubungan Kohesif ditandai dengan
penggunaan piranti formal yang berupa bentuk linguistik. Unsur kohesi terdiri
atas dua macam, yaitu unsur gramatikal dan leksikal.
A.
Piranti Kohesi Gramatikal
Piranti kohesi Garamatikal merupakan piranti atau penanda
kohesi yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa.
1. Referensi
Referensi
berarti hubungan anatara kata dengan benda.
a. Referensi Eksofora
Referensi
Eksofora adalah pengacuan terhadap anteseden di luar bahasa, yaitu pada konteks
situasi.
b. Referensi Endofora
Referensi
Endofora adalah pengacuan terhadap anteseden yang terdapat di dalam teks.
· Referensi Anafora dan Referensi
Katafora
Referensi anafora adalah hal atau
sesuatu yang diacu ditemukan di dalam teks dan yang diacu (anteseden) lebih
dahulu dituturkan atau ada pada kalimat yang lebih dahulu sebelum pronomina.
Contoh :
Nauval hari ini tidak masuk sekolah. Ia ikut ibunya pergi ke Surabaya.
Referensi katafora adalah hal atau
sesuatu yang diacu ditemukan di dalam teks dan yang diacu (aneseden) ditemukan
sesudah pronomina.
Contoh:
Seperti
kulitnya, mata Zia juga khas; berkelopak tebal tanpa garis lipatan.
2. Penggantian (Substitusi)
Substitusi adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur
lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata atau bentuk lain
yan lebih besar dari pada kaat, seperti
frasa atau klausa.
a.
Kata Ganti Orang
Contoh
:
Dalam aksioma yang ketiga, Buhler berusaha menguraikan struktur-model
der sprache. Ia beranggapan
bahwa semua bahasa mempunyai struktur.
b.
Kata Ganti Tempat
Contoh:
Akan tetapi, sejaarh perjuangan kemerdekaan negara-negara
sedang berkembang di dunia ketiga, seperti Indonesia
dengan Pancasila-nya, ideologi mengandung makna yang positif dan bahkan
dibutuhkan. Di sini, ideologi
dipahami sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai, dan keyakinan yang
ingin diwujudkan secara konkrit dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
c.
Kata Ganti Sesuatu Hal
Contoh:
Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyatakan bahwa Pancasila
adalah dasar negara. Dengan demikan,
Pancasila merupakan nilai dasar yang normatif terhadap seluruh penyelenggaraan
negara Republik Indonesia.
3. Konjungsi
Konjunsi
berfungsi untuk merangkaikan atau mengikat beberapa proposisi dalam wacana agar
perpindahan ide atau dalam wacana itu terasa lembut.
a.
Piranti
Urutan Waktu
Piranti urutan waktu digunakan untuk menyusun
proposisi-proposisi yang menunjukkan tahapan-tahapan seperti awal, pelaksanaan,
dan penyelesaian.
Contoh:
Dalam
pelaksanaannya, penerapan pendekatan analitis ini diawali dengan kegiatan
membaca teks secara keseluruhan. Setelah
itu, pembaca menmpilkan beberapa pertanyaan cipta sastra yang dibacanya.
b.
Piranti Pilihan
Piranti pilihan digunakan untuk menyatakan dua proposisi
berurutan yang menunjukkan hubungan pilihan.
Contoh :
Lulusan
IPA merasa lebih tinggi daripada lulusan IPS. Atau lebih sedih lagi, seorang ilmuwan memandang rendah kepada
pengetahuan lain.
c.
Piranti Alahan
Piranti alahan adalah sebuah peristiwa atau hal lain yang
biasa menyebabkan peristiwa lain itu ternyata tidak berlaku seperti biasanya.
Contoh:
Mendung
kelabu menyelimuti kota metropoltan itu kemarin. Meskipun begitu, tak setetes air pun yang jatuh.
d.
Piranti Parafrase
Parafrase
merupakan suatu ungkapan lain yang lebih mudah dimengerti.
Contoh:
Perlu juga
diperhatikan bahwa sejumlah teori dan pendekatan yang ada tersebut, bagi
pembaca justru saling melengkapi. Dengan
kata lain, apabila tujuan pembaca ingin memahami keseluruhan aspek dalam
karya sastra, tidak mungkin mereka hanya memiliki satu pendekatan.
e.
Piranti Ketidakserasian
Ketidakserasian
pada umumnya ditandai dengan perbedaan proposisi yang terkandung di dalamnya,
bahkan sampai pada pertentangan.
Contoh:
Pengetahuan
filsafat tentang suatu teori adalah pengetahuan tentang pikiran-pikiran dasar
yang melandasi teori tersebut dalam bentuk potulat, asumsi, atau prinsip yang
sering kurang mendapatkan perhatian dalam proses belajar-mengajar. Padahal untuk melakukan seleksi
terhadap teori mana yang akan dipilih sebagai alat analisis, seorang ilmuwan
harus mampu mengadakan evaluasi terhadap teori-teori yang ada di aman fokus
utama sering diletakkan pada pikiran-pikiran dasar tersebut.
f.
Piranti Serasian
Piranti
keserasian digunakan apabila dua buah ide atau proposisi itu menunjukkan
hubungan yang selaras atau sama.
Contoh:
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak
semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas
ini. Demikian juga, berfilsafat
berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa
jauh sebenarnya kebenaran yang telah kita jangkau.
g. Piranti Tambahan (Aditif)
Piranti
tambahan digunakan untuk menghubunkan bagian yang bersifat menambahkan
informasi dan pada umumnya digunakan untuk merangkaikan dua proposisi atau
lebih.
Contoh:
Tingkah lakunya menawan. Tutur
katanya sopan. Murah senyum, jarang marah, dan tidak pernah berbohong. Juga tidak mau mempercakapkan orang
lain. Selain itu, ia suka menolong
sesama teman. Pantas, Rida gadis pujuaan. Tambahan
lagi, wajahnya cantik.
h. Piranti Pertentangan (Kontras)
Piranti
Pertentangan digunakan untuk menghubungkan proposisi yang bertentangan atau
kontras dengan bagian lain.
Contoh:
Pancasila dapat diinterpretasikan
secara luas, tetapi bagaimana pun luasnya tidak dapat sedemikan rupa sehingga
meliputi pengertian yang bertentangan. Sebaliknya,
Pancasila tidak dapat dipersempit sehingga menjadi monopoli golongan masyarakat
tertentu.
i.
Piranti Perbandingan (Komparatif)
Piranti perbandingan digunakan untuk menunjukkan adanya
hubungan persamaan atau perbedaan antara bagian yang satu dengan bagian yang
lain.
Contoh:
Pantun, puisi Indonesia, berbeda
dengan syair. Pantun mempunyai dua bagian setiap bait, yaitu sampiran dan isi.
Sampiran terdapat pada dua baris pertama, sedang isinya terkandung pada dua baris
terakhir. Berbeda dengan pantun,
syair hanya memiliki isi. Isi terkandung dalam keempat baris dalam satu bait
tersebut.
j.
Piranti Sebab-Akibat
Piranti
sebab-akibat terjadi apabila salah satu proposisi menunjukkan penyebab
terjadinya suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat atau sebaliknya.
Contoh:
Menggugat polisi dalam perkara praperadilan
termasuk bukan soal mudah. Oleh karena
itu, yang dilakukan Farid menjadi istimewa, bukan karena ia anak Pak de
yang kini tengah berperkara dengan tuduhan melakukan pembunuhan terhadap Ny.
Endang dan Dice. Juga karena
ternyata gugatannya terhadap polisi, Jumat pekan lalu, dimenangkan pengadilan.
k.
Piranti Harapan (Optatif)
Piranti Harapan digunakan apabila ada ide atau proposisi
yang mengandung suatu harapan atau doa.
Contoh:
Untuk kebaikan buku tersebut, kami senantiasa
bersedia menerima usul-usul penyempurnaan dari berbagai pihak utamanya
masing-masing penysun naskah. Mudah-mudahan,
isi buku bermanfaat dan berdaya guna bagi sasaran KKN serta semuanya dapat
dimanfaatkan.
l.
Piranti Ringkasan dan Simpulan
Piranti ringkasan dan simpulan digunakan untuk mengantarkan
ringkasan dari bagian yang berisi uraian. Biasanya, ringkasan berupa simpulan
yang ditarik dari sejumlah data yang telah diungkapkannya.
Contoh:
Hukum tidak hanya untuk orang kaya. Semua
orang mempunyai derajat yang sama di depan hukum. Hukum tidak memadang kaya
atau miskin, pria atau wanita, tua atau muda, pembesar atau rakyat jelata, dan
ABRI atau bukan ABRI. Jadi, hukum
berlaku untuk siapa pun, kapan pun, dan di mana pun.
m.
Piranti Misalan atau Contohan
Piranti misalan atau Contohan digunakan untuk menghubungkan
bagian yang satu dengan bagian lain yang menunjukkan contohan atau misalan.
Contoh:
Departemen Tenaga Kerja bisa jua menyidak
seseorang hingga jadi terdakwa di meja hijua. Contohnya, Hakim Kustian Effendi dari Pengadilan Negeri Medan telah
memvonis nyonya Tio Kaso, 44 tahun, dengan hukuman denda Rp 10 ribu atau
kurungan selama tujuh hari pada 6 Maret silam. Padahal, yang menyidak Nyonya
Tio itu adalah M. Purba, seorang pegawai pada Dinas Tenaga Kerja Medan.
n. Piranti Keragu-raguan (Dubitatif)
Piranti keragu-raguan digunakan untuk mengantarkan bagian
yang masih menimbulkan keraguan.
Contoh:
Tidak banyak tokoh yang tampil dua kali
dalam kulit muka majalah Tempo. Yustedjo Tarik termasuk dalam jumlah sedikit itu. Kali pertama,
ketika ia membawa medali emas dari Asian Games di New Delhi 1982. Kali kedua,
pada pekan ini. Mungkin, karena
Yustedjo mempunyai daya tarik kuat untuk menjadi berita.
o.
Piranti Konsensi (Pengakuan)
Proposisi pengakuan disadari oleh pengirim pesan, tetapi
yang bersangkutan tidak dapat mengatasi hal yang diakui itu (meskipun pengakuan
itu bersifat negatif).
Contoh:
Apabila terdapat bahasa Indonesia logat
yang bersifat geografis atau horisontal atau lebih tepat bersifat etnis,
terdapat pula bahasa Indonesia logat yang ersifat sosial atau vertikal atau
bersifat profesi. Pada pemuda, misalnya, memakai bahasa Indonesia yang
tercampur dengan istilah dan ungkapan yang khusu mereka pahami sendiri,
sedangkan orang lian, terlebih orang-orang tua, sukar sekali atau tidak dapat
memahami bahasa pemuda semacam itu. Memang,
dapat dipahami bahwa kelompok-kelompok sosial tertentu seperti wartawan,
dokter, pedagang, makelar, nelayan, pelaut, seniman-seniwati, dan kelompok
sosial yang lain mempergunakan banyak istilah dan ungkapan profesi tertentu
sehingga menyebabkan orang lain di luar kelompok mereka sukar memahami bahasa
Indoensia mereka.
p.
Piranti Tegasan
Proposisi yang ditegaskan itu pada dasarnya sama dengan
proposisi sebelumnya. Perbedaannya, pada proposisi yang ditegaskan, ada suatu
usaha kesengajaan untuk menyangatkan.
Contoh:
Demikian juga dengan pilihan kata dan penggunaan
struktur kalimat, antara daerah yang satu dengan daerah yang lain memilik cara
yang berbeda-beda. Bahkan, dapat
terjadi bahwa bahasa-bahasa orang yang satu daerah juga bnayak memiliki
perbedaan.
q. Piranti Jelasan
Piranti
kohesi jelasan dimaksudkan untuk membuat kaitan dua proposisi. Propsisi yang
mengikuti piranti itu merupakan bagian yanng memerikan penjelasan proposisi
yang telah diungkapkan.
Contoh:
Faktor yang keempat, yaitu saluran. Yang dimaksud saluran dalam pembicaraan ini adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam suatu kegiatan bertutur.
Faktor yang keempat, yaitu saluran. Yang dimaksud saluran dalam pembicaraan ini adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam suatu kegiatan bertutur.
B. Piranti Kohesi Leksikal
Secara
Umum, piranti kohesi leksikal berupa kata atau frase bebas yang mampu
mempertahankan hubungan kohesif dengan kalimat mendahului taua yang mengikuti.
1) Reiterasi (Pengulangan)
Reiterasi pada umumnya lebih mudah
digunakan, tetapi harus dalam jumlah yang terbatas. Penggunaan reiterasi yang
berlebihan dapat menyebabkan gangguan keapikan bentuk wacana
a. Repetisi (Ulangan)
· Ulangan Penuh
Ulangan penuh berarti mengulang satu
fungsi dalam kalimat secara penuh, tanpa pengurangan dan perubahan bentuk.
Contoh:
Berfilsafat
didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita
tahu. Berfilsafat berarti berendah
hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang
seakan tidak terbatas ini.
· Ulangan dengan Bentuk Lain
Ulangan dengan bentuk lain terjadi
apabila sebuah kata diulang dengan konstruksi atau bentuk kata lain yang masih
mempunyai bentuk dasar yang sama.
Contoh:
Pengetahuan
dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui
apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
· Ulangan dengan Penggantian
Ulangan dengan penggantian sama dengan pengunaan kata ganti
(substitusi).
Contoh:
Seorang yang berfilsafat dapat
diumpamakan dengan seorang yang berpijak
di bumu sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dan kemesraan galaksi.
b. Ulangan dengan Hiponim
Ulangan dengan hiponim adalah pengulangan yang terjadi pada
subordinat.
Contoh:
Sering kita
melihat seorang ilmuwan yang picik. Ahli fisika nuklir memandang rendah kepada
ahli ilmu sosial. Lulusan IPA merasa lebih tinggi daripada lulusan IPS.
2) Kolokasi
Suatu hal yang selalu berdekatan
atau berdampingan dengan yang lain biasanya diasonansikan sebagai satu
kesatuan.
Contoh:
Sifat terbuka dan demokratis dari
Pancasila sebagai ideologi pertama-tama dapat kita lihat dari proses
kelahirannya. Sebagaimana diketahui rumusan Pancasila dan UUD 1945 sebagai
ideologi dan konstitusi bersama lahir melalui proses musyawarah mufakat yang
bersuasana terbuka dan demokratis.
C. PIRANTI
KOHERENSI
Istilah koherensi mengacu pada aspek
tuturan agar proposisi yang terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan
tindakan ilokusinya dalam membentuk sebuah wacana. Koherensi sebuah wacana
tidak hanya terletak pada adanya piranti kohesi.
Ada ahli yang menyatakan bahwa
koherensi atau inkoherensi dalam urutan ujaran dalam wacana tidak didasarkan
hubungan antara tuturan-tuturan, melainkan ‘antara tindakan-tindakan yang
dilakukan dengan ujaran-ujaran itu’.
Contoh:
Istri : “Ada telepon!”
Suami : “Saya
sedang mandi.”
Istri : “Baiklah.”
Piranti Koherensi itu sendiri dibagi menjadi beberqapa
bagian, antara lain :
1. Penambahan
Sarana
penghubung yang berupa penambahan itu antara lain: dan, juga, lagi pula,
selanjutnya, seperti tertera pada contoh berikut:
Laki-laki dan perempuan, tua dan muda, juga para tamu turut bekerja
bergotong-royong menumpas hama tikus di sawah-sawah di desa kami. Selain
daripada menyelamatkan tanaman, juga upaya itu akan meningkatkan hasil panen. Selanjutnyaupaya itu akan
meningkatkan pendapatan masyarakat. Lagi pulaupaya ini telah lama dianjurkan oleh pemerintah kita.
2. Repetisi
Penggunaan repetisi atau pengulangan kata sebagai sarana koherensi wacana,
terlihat pada contoh di bawah ini.
Dia mengatakan kepada saya bahwa kasih sayang itu berada dalam jiwa dan
raga sang ibu. Saya
menerima kebenaran ucapan itu. Betapa tidak. Kasih sayang pertama saya peroleh
dari ibu saya. Ibumelahirkan saya. Ibu mengasuh saya. Ibu menyusui saya. Ibu memandikan saya. Ibu menyuapi saya. Ibumeninabobokan saya. Ibu mencintai dan mengasihi
saya. Saya tidak bisa melupakan jasa dan kasih sayang ibu saya seumur hidup. Semoga ibu panjang umur dan
dilindungi Tuhan.
3. Pronomina
Sarana penghubung yang berupa kata ganti orang, terlihat pada contoh
berikut ini:
Rumah Lani dan rumah Mina di seberang sana. Merekabertetangga.
Lani membeli rumah itu dengan harga lima juta rupiah. Harganya agak murah. Diamemang bernasib baik.
4. Sinonimi
Pada contoh berikut ini terlihat penggunaan sarana koherensi wacana yang
berupa sinonimi atau padanan kata (pengulangan makna).
Memang dia mencintai gadis
itu. Wanita itu
berasal dari Solo. Pacarnya
itu memang cantik, halus budi bahasa, dan bersifat keibuan sejati. Tak salah
dia memilih kekasih,
buah hati yang pantas kelak dijadikan istri, teman hidup selama hayat dikandung badan.
5. Totalitas Bagian
Kadang-kadang, pembicaraan kita mulai dari keseluruhan, baru kemudian kita
beralih atau memperkenalkan bagian-bagiannya. Penggunaan sarana koherensif
seperti yang dimaksudkan, terlihat pada contoh berikut ini. Totalitas bagian bisa
diartikan pernyataan yang berpola umum-khusus.
Saya membeli buku baru. Bukuitu
terdiri dari tujuh bab. Setiap bab terdiri pula dari sejumlah pasal. Setiap pasaltersusun dari beberapa
paragraf. Seterusnya setiap paragraf
terdiri dari beberapa kalimat. Selanjutnya kalimatterdiri atas beberapa kata. Semua itu harus dipahami dari sudut pengajaran wacana.
6. Komparasi
Komparasi atau perbandingan pun dapat menambah serta meningkatkan
kekoherensifan wacana. Komparasi digunakan untuk membandingkan dua hal yang
berbeda, seperti dalam contoh berikut ini.
Sama halnya dengan Paman Lukas, kita pun
harus segera mendirikan rumah di atas tanah yang baru kita beli itu. Sekarang
rumah Paman Lukas itu hampir selesai. Mengapa kita tidak membuat hal yang serupa selekas
mungkin? Kita juga sanggup berbuat hal yang sama, takkan lebih dari itu. Tetapi, tidak seperti rumah Paman
Lukas yang bertingkat, kita akan membangun rumah yang besar dan luas. Kita
tidak perlu mendirikan rumah bertingkat karena tanah kita cukup luas.
7. Penekanan
Dengan sarana penekanan pun kita dapat pula menambah tingkat kekoherensifan
wacana. Penekanan digunakan untuk menekankan yang dianggap penting, seperti
terlihat pada contoh berikut ini.
Bekerja
bergotong-royong itu bukan pekerjaan sia-sia. Nyatalah kini hasilnya. Jembatan sepanjang
tujuh kilometer yang menghubungkan kampung kita ini dengan kampung di seberang
ini telah selesai kita kerjakan. Jelaslah hubungan antara kedua kampung, berjalan lebih lancar. Sudah tentu hal ini memberi
dampak positif bagi masyarakat kedua kampung.
8. Kontras
Juga dengan kontras atau pertentangan para penulis dapat menambah
kekoherensifan karyanya. Contoh penggunaan sarana seperti ini terlihat pada
berikut ini.
Aneh tapi nyata. Ada teman saya seangkatan, namanya Joni. Dia rajin sekali
belajar, tetapi setiap
ujian selalu tidak lulus. Namun
demikian, dia tidak pernah putus asa. Dia
tenang saja. Tidak pernah mengeluh. Bahkan sebaliknya, dia semakin rajin belajar.
9. Simpulan
Dengan kata-kata yang mengacu kepada hasil atau simpulan pun, kita dapat
juga meningkatkan kekoherensifan wacana. Penggunaan sarana seperti itu dapat
dilihat pada contoh berikut ini.
Pepohonan telah menghijau di setiap pekarangan rumah dan ruangan kuliah di
kampus kami. Burung-burung beterbangan dari dahan ke dahan sambil
bernyanyi-nyanyi. Udara segar dan sejuk nyaman. Jadi penghijauan di kampus itu telah
berhasil. Demikianlah
kini keadaan kampus kami, berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Oleh karena itu, para
sivitas akademika merasa bangga atas kampus itu.
10. Contoh
Dengan pemberian contoh yang tepat dan serasi, kita dapat pula menciptakan
kekoherensifan wacana, seperti terlihat pada contoh berikut ini.
Halaman rumah kami telah berubah menjadi warung hidup. Di pekarangan itu
ditanami kebutuhan dapur sehari-hari, umpamanya: bayam, tomat, cabai, talas, singkong, dan lain-lain.
Ada juga pekarangan rumah yang berupa apotek hidup. Betapa tidak. Di pekarangan
itu ditanami bahan obat-obatan tradisional, misalnya: kumis kucing, lengkuas, jahe, kunyit, sirih, dan
lain-lain. Kelebihan kebutuhan sehari-hari dari warung dan apotek hidup itu
dapat pula dijual ke pasar, sebagai
contoh: bayam, cabai, jahe, dan sirih.
11. Paralelisme
Pada contoh berikut ini terlihat penggunaan kesejajaran atau paralelisme
klausa sebagai sarana kekoherensifan wacana. Kesejajaran tersebut dinyatakan
dalam satu kalimat. Kesejajaran tersebut bisa berupa subjek predikat, subjek
predikat objek, atau yang lain.
Waktu dia datang, memang saya
sedang asik membaca, saya
sedang tekun mempelajari buku baru mengenai wacana. Karena asiknya, saya tidak mengetahui, saya tidak
mendengar bahwa dia telah duduk di kursi mengamati saya.
12. Waktu
Kata-kata yang mengacu pada tempat dan waktu pun dapat meningkatkan
kekoherensifan wacana, seperti terlihat pada contoh berikut ini.
Sementara itu tamu-tamu sudah mulai berdatangan. Ruangan terasa kian sempit. Tidak lama
kemudian, anak saya mengangkat barang itu dan menaruhnya di atas lemari.
D. Penutup
Dari beberapa penjelasan diatas mengenai bahwa
piranti kohesi terdiri dari tiga yaitu gramatikal, konjungsi dan leksikal. Sedangkan
piranti koherensi terdiri dari penambahan, Repetisi, pronomina, Sinonimi, totalitas bagian, Komparasi, penekanan, Kontras, simpulan, Contoh, paralelisme,
dan waktu. Sebenarnya semua piranti yang terdapat pada kohesi terikat
pada bentuk sedangkan pada piranti koherensi lebih mengutamakan kepada
pengembangan paragraf agar terlihat kekoherensiannya.
Sumber
:
Kohesi
Dan Koherensi Antarkalimat Dalam Wacana Beritadi Majalah Panjebar Semangat. 2011.
Universitas Negeri Semarang. Pdf journal.1]Deborah
Schiffrin, Approaches to Discourse (USA: Blackwell Publishing, 1994), h. 232.
Chaer,
Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arifin, Bustanul dan
Abdul rani. 2000. Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Djajasudarma,
Fatimah. 2010. Wacana. Bandung: PT
Refika Aditama.
Martutik, Laila 2012. Piranti
Kohesi dan Koherensi. Diunduh dari https://lailamartutik.blogspot.co.id. Pada hari Kamis, 01 Juni 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar