Senin, 07 Mei 2018

PIRANTI KOHESI DAN KOHERENSI



Resum Wacana Bahasa Indonesia
PIRANTI KOHESI DAN KOHERENSI
   Oleh : Ratna Agustin
A.      Pendahuluan
Pada pembahasan sebelumnya kita telas membahas hakikat wacan, prasyarat wacana, dan teks, koteks dan konteks, toeri tindak tutur, sosioinguistik interaksional . Kali ini kita membahasa mengenai piranti kohesi dan koherensi. Wacana pada dasarnya juga merupakan unsur bahasa yang bersifat pragmatis. Apalagi pemakaian dan pemahaman wacana dalam komunikasi memerlukan berbagai alat (piranti) yang cukup banyak. Oleh karena itu, kajian tentang wacana menjadi “wajib” ada dalam proses pembelajaran bahasa.
Suatu wacana juga dituntut memiliki keutuhan struktur. Keutuhan itu sendiri dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan. Organisasi inilah yang disebut sebagai struktur wacana. Sebagai sebuah organisasi, struktur wacana dapat diurai atau dideskripsikan bagian-bagiannya. Suatu rangkaian kalimat dikatakan menjadi struktur wacana bial di dalamnya terdapat hubungan emosional antar bagian yang satu dengan bagian lainnya. Sebaliknya, suatu rangkaian kalimat belum tentu bisa disebut sebagai wacana apabila tiap-tiap kalimat dalam rangkaian itu memiliki makna sendiri-sendiri dan tidak berkaitan secara semantik.
B.     PIRANTI KOHESI
Hubungan Kohesif ditandai dengan penggunaan piranti formal yang berupa bentuk linguistik. Unsur kohesi terdiri atas dua macam, yaitu unsur gramatikal dan leksikal.
A. Piranti Kohesi Gramatikal
Piranti kohesi Garamatikal merupakan piranti atau penanda kohesi yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa.
1.       Referensi
Referensi berarti hubungan anatara kata dengan benda.
a.       Referensi Eksofora
Referensi Eksofora adalah pengacuan terhadap anteseden di luar bahasa, yaitu pada konteks situasi.
b.      Referensi Endofora
Referensi Endofora adalah pengacuan terhadap anteseden yang terdapat di dalam teks.
·      Referensi Anafora dan Referensi Katafora
Referensi anafora adalah hal atau sesuatu yang diacu ditemukan di dalam teks dan yang diacu (anteseden) lebih dahulu dituturkan atau ada pada kalimat yang lebih dahulu sebelum pronomina.
Contoh :
Nauval hari ini tidak masuk sekolah. Ia ikut ibunya pergi ke Surabaya.
Referensi katafora adalah hal atau sesuatu yang diacu ditemukan di dalam teks dan yang diacu (aneseden) ditemukan sesudah pronomina.
Contoh:
         Seperti kulitnya, mata Zia juga khas; berkelopak tebal tanpa garis lipatan.
2.      Penggantian (Substitusi)
Substitusi adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata atau bentuk lain yan lebih  besar dari pada kaat, seperti frasa atau klausa.
a.       Kata Ganti Orang
Contoh :
Dalam aksioma yang ketiga, Buhler berusaha menguraikan struktur-model der sprache. Ia beranggapan bahwa semua bahasa mempunyai struktur.
b.      Kata Ganti Tempat
Contoh:
Akan tetapi, sejaarh perjuangan kemerdekaan negara-negara sedang berkembang di dunia ketiga, seperti Indonesia dengan Pancasila-nya, ideologi mengandung makna yang positif dan bahkan dibutuhkan. Di sini, ideologi dipahami sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai, dan keyakinan yang ingin diwujudkan secara konkrit dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c.       Kata Ganti Sesuatu Hal
Contoh:
Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyatakan bahwa Pancasila adalah dasar negara. Dengan demikan, Pancasila merupakan nilai dasar yang normatif terhadap seluruh penyelenggaraan negara Republik Indonesia.
3.      Konjungsi
Konjunsi berfungsi untuk merangkaikan atau mengikat beberapa proposisi dalam wacana agar perpindahan ide atau dalam wacana itu terasa lembut.
a.        Piranti Urutan Waktu
Piranti urutan waktu digunakan untuk menyusun proposisi-proposisi yang menunjukkan tahapan-tahapan seperti awal, pelaksanaan, dan penyelesaian.
            Contoh:
Dalam pelaksanaannya, penerapan pendekatan analitis ini diawali dengan kegiatan membaca teks secara keseluruhan. Setelah itu, pembaca menmpilkan beberapa pertanyaan cipta sastra yang dibacanya.
b.      Piranti Pilihan
Piranti pilihan digunakan untuk menyatakan dua proposisi berurutan yang menunjukkan hubungan pilihan.
            Contoh :
Lulusan IPA merasa lebih tinggi daripada lulusan IPS. Atau lebih sedih lagi, seorang ilmuwan memandang rendah kepada pengetahuan lain.
c.       Piranti Alahan
Piranti alahan adalah sebuah peristiwa atau hal lain yang biasa menyebabkan peristiwa lain itu ternyata tidak berlaku seperti biasanya.
            Contoh:
Mendung kelabu menyelimuti kota metropoltan itu kemarin. Meskipun begitu, tak setetes air pun yang jatuh.
d.      Piranti Parafrase
Parafrase merupakan suatu ungkapan lain yang lebih mudah dimengerti.
            Contoh:
Perlu juga diperhatikan bahwa sejumlah teori dan pendekatan yang ada tersebut, bagi pembaca justru saling melengkapi. Dengan kata lain, apabila tujuan pembaca ingin memahami keseluruhan aspek dalam karya sastra, tidak mungkin mereka hanya memiliki satu pendekatan.
e.       Piranti Ketidakserasian
Ketidakserasian pada umumnya ditandai dengan perbedaan proposisi yang terkandung di dalamnya, bahkan sampai pada pertentangan.
            Contoh:
           Pengetahuan filsafat tentang suatu teori adalah pengetahuan tentang pikiran-pikiran dasar yang melandasi teori tersebut dalam bentuk potulat, asumsi, atau prinsip yang sering kurang mendapatkan perhatian dalam proses belajar-mengajar. Padahal untuk melakukan seleksi terhadap teori mana yang akan dipilih sebagai alat analisis, seorang ilmuwan harus mampu mengadakan evaluasi terhadap teori-teori yang ada di aman fokus utama sering diletakkan pada pikiran-pikiran dasar tersebut.
f.       Piranti Serasian
Piranti keserasian digunakan apabila dua buah ide atau proposisi itu menunjukkan hubungan yang selaras atau sama.
            Contoh:
  Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini. Demikian juga, berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang telah kita jangkau.
g.      Piranti Tambahan (Aditif)
Piranti tambahan digunakan untuk menghubunkan bagian yang bersifat menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk merangkaikan dua proposisi atau lebih.    
            Contoh:
            Tingkah lakunya menawan. Tutur katanya sopan. Murah senyum, jarang marah, dan tidak pernah berbohong. Juga tidak mau mempercakapkan orang lain. Selain itu, ia suka menolong sesama teman. Pantas, Rida gadis pujuaan. Tambahan lagi, wajahnya cantik.
h.      Piranti Pertentangan (Kontras)
Piranti Pertentangan digunakan untuk menghubungkan proposisi yang bertentangan atau kontras dengan bagian lain.
            Contoh:
            Pancasila dapat diinterpretasikan secara luas, tetapi bagaimana pun luasnya tidak dapat sedemikan rupa sehingga meliputi pengertian yang bertentangan. Sebaliknya, Pancasila tidak dapat dipersempit sehingga menjadi monopoli golongan masyarakat tertentu.
i.        Piranti Perbandingan (Komparatif)
Piranti perbandingan digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan persamaan atau perbedaan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain.
            Contoh:
            Pantun, puisi Indonesia, berbeda dengan syair. Pantun mempunyai dua bagian setiap bait, yaitu sampiran dan isi. Sampiran terdapat pada dua baris pertama, sedang isinya terkandung pada dua baris terakhir. Berbeda dengan pantun, syair hanya memiliki isi. Isi terkandung dalam keempat baris dalam satu bait tersebut.
j.        Piranti Sebab-Akibat
Piranti sebab-akibat terjadi apabila salah satu proposisi menunjukkan penyebab terjadinya suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat atau sebaliknya.
            Contoh:
             Menggugat polisi dalam perkara praperadilan termasuk bukan soal mudah. Oleh karena itu, yang dilakukan Farid menjadi istimewa, bukan karena ia anak Pak de yang kini tengah berperkara dengan tuduhan melakukan pembunuhan terhadap Ny. Endang dan Dice. Juga karena ternyata gugatannya terhadap polisi, Jumat pekan lalu, dimenangkan pengadilan.
k.      Piranti Harapan (Optatif)
Piranti Harapan digunakan apabila ada ide atau proposisi yang mengandung suatu harapan atau doa.
            Contoh:
   Untuk kebaikan buku tersebut, kami senantiasa bersedia menerima usul-usul penyempurnaan dari berbagai pihak utamanya masing-masing penysun naskah. Mudah-mudahan, isi buku bermanfaat dan berdaya guna bagi sasaran KKN serta semuanya dapat dimanfaatkan.
l.        Piranti Ringkasan dan Simpulan
Piranti ringkasan dan simpulan digunakan untuk mengantarkan ringkasan dari bagian yang berisi uraian. Biasanya, ringkasan berupa simpulan yang ditarik dari sejumlah data yang telah diungkapkannya.
            Contoh:
     Hukum tidak hanya untuk orang kaya. Semua orang mempunyai derajat yang sama di depan hukum. Hukum tidak memadang kaya atau miskin, pria atau wanita, tua atau muda, pembesar atau rakyat jelata, dan ABRI atau bukan ABRI. Jadi, hukum berlaku untuk siapa pun, kapan pun, dan di mana pun.
m.    Piranti Misalan atau Contohan
Piranti misalan atau Contohan digunakan untuk menghubungkan bagian yang satu dengan bagian lain yang menunjukkan contohan atau misalan.
            Contoh:
     Departemen Tenaga Kerja bisa jua menyidak seseorang hingga jadi terdakwa di meja hijua. Contohnya, Hakim Kustian Effendi dari Pengadilan Negeri Medan telah memvonis nyonya Tio Kaso, 44 tahun, dengan hukuman denda Rp 10 ribu atau kurungan selama tujuh hari pada 6 Maret silam. Padahal, yang menyidak Nyonya Tio itu adalah M. Purba, seorang pegawai pada Dinas Tenaga Kerja Medan.
n.      Piranti Keragu-raguan (Dubitatif)
Piranti keragu-raguan digunakan untuk mengantarkan bagian yang masih menimbulkan keraguan.
            Contoh:
     Tidak banyak tokoh yang tampil dua kali dalam kulit muka majalah Tempo. Yustedjo Tarik termasuk  dalam jumlah sedikit itu. Kali pertama, ketika ia membawa medali emas dari Asian Games di New Delhi 1982. Kali kedua, pada pekan ini. Mungkin, karena Yustedjo mempunyai daya tarik kuat untuk menjadi berita.
o.      Piranti Konsensi (Pengakuan)
Proposisi pengakuan disadari oleh pengirim pesan, tetapi yang bersangkutan tidak dapat mengatasi hal yang diakui itu (meskipun pengakuan itu bersifat negatif).
            Contoh:
     Apabila terdapat bahasa Indonesia logat yang bersifat geografis atau horisontal atau lebih tepat bersifat etnis, terdapat pula bahasa Indonesia logat yang ersifat sosial atau vertikal atau bersifat profesi. Pada pemuda, misalnya, memakai bahasa Indonesia yang tercampur dengan istilah dan ungkapan yang khusu mereka pahami sendiri, sedangkan orang lian, terlebih orang-orang tua, sukar sekali atau tidak dapat memahami bahasa pemuda semacam itu. Memang, dapat dipahami bahwa kelompok-kelompok sosial tertentu seperti wartawan, dokter, pedagang, makelar, nelayan, pelaut, seniman-seniwati, dan kelompok sosial yang lain mempergunakan banyak istilah dan ungkapan profesi tertentu sehingga menyebabkan orang lain di luar kelompok mereka sukar memahami bahasa Indoensia mereka.
p.      Piranti Tegasan
Proposisi yang ditegaskan itu pada dasarnya sama dengan proposisi sebelumnya. Perbedaannya, pada proposisi yang ditegaskan, ada suatu usaha kesengajaan untuk menyangatkan.
            Contoh:
   Demikian juga dengan pilihan kata dan penggunaan struktur kalimat, antara daerah yang satu dengan daerah yang lain memilik cara yang berbeda-beda. Bahkan, dapat terjadi bahwa bahasa-bahasa orang yang satu daerah juga bnayak memiliki perbedaan.
q.      Piranti Jelasan
Piranti kohesi jelasan dimaksudkan untuk membuat kaitan dua proposisi. Propsisi yang mengikuti piranti itu merupakan bagian yanng memerikan penjelasan proposisi yang telah diungkapkan.
            Contoh:
        Faktor yang keempat, yaitu saluran. Yang dimaksud saluran dalam pembicaraan ini adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam suatu kegiatan bertutur.
B. Piranti Kohesi Leksikal
                                    Secara Umum, piranti kohesi leksikal berupa kata atau frase bebas yang mampu mempertahankan hubungan kohesif dengan kalimat mendahului taua yang mengikuti.
1)   Reiterasi (Pengulangan)
Reiterasi pada umumnya lebih mudah digunakan, tetapi harus dalam jumlah yang terbatas. Penggunaan reiterasi yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan keapikan bentuk wacana
a.       Repetisi (Ulangan)
·      Ulangan Penuh
Ulangan penuh berarti mengulang satu fungsi dalam kalimat secara penuh, tanpa pengurangan dan perubahan bentuk.
            Contoh:
            Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini.
·      Ulangan dengan Bentuk Lain
Ulangan dengan bentuk lain terjadi apabila sebuah kata diulang dengan konstruksi atau bentuk kata lain yang masih mempunyai bentuk dasar yang sama.
            Contoh:
            Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
·      Ulangan dengan Penggantian
Ulangan dengan penggantian sama dengan pengunaan kata ganti (substitusi).
            Contoh:
            Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan dengan seorang yang berpijak di bumu sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dan kemesraan galaksi.
b.      Ulangan dengan Hiponim
Ulangan dengan hiponim adalah pengulangan yang terjadi pada subordinat.
            Contoh:
            Sering kita melihat seorang ilmuwan yang picik. Ahli fisika nuklir memandang rendah kepada ahli ilmu sosial. Lulusan IPA merasa lebih tinggi daripada lulusan IPS.
2)   Kolokasi
Suatu hal yang selalu berdekatan atau berdampingan dengan yang lain biasanya diasonansikan sebagai satu kesatuan.
            Contoh:
            Sifat terbuka dan demokratis dari Pancasila sebagai ideologi pertama-tama dapat kita lihat dari proses kelahirannya. Sebagaimana diketahui rumusan Pancasila dan UUD 1945 sebagai ideologi dan konstitusi bersama lahir melalui proses musyawarah mufakat yang bersuasana terbuka dan demokratis.
           

C.    PIRANTI KOHERENSI
Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan agar proposisi yang terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam membentuk sebuah wacana. Koherensi sebuah wacana tidak hanya terletak pada adanya piranti kohesi.
Ada ahli yang menyatakan bahwa koherensi atau inkoherensi dalam urutan ujaran dalam wacana tidak didasarkan hubungan antara tuturan-tuturan, melainkan ‘antara tindakan-tindakan yang dilakukan dengan ujaran-ujaran itu’.
Contoh:
            Istri      : “Ada telepon!
Suami  : “Saya sedang mandi.”
Istri      : “Baiklah.”

Piranti Koherensi itu sendiri dibagi menjadi beberqapa bagian, antara lain :
1.  Penambahan
Sarana penghubung yang berupa penambahan itu antara lain: dan, juga, lagi pula, selanjutnya, seperti tertera pada contoh berikut:
Laki-laki dan perempuan, tua dan muda, juga para tamu turut bekerja bergotong-royong menumpas hama tikus di sawah-sawah di desa kami. Selain daripada menyelamatkan tanaman, juga upaya itu akan meningkatkan hasil panen. Selanjutnyaupaya itu akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Lagi pulaupaya ini telah lama dianjurkan oleh pemerintah kita.
2.  Repetisi
Penggunaan repetisi atau pengulangan kata sebagai sarana koherensi wacana, terlihat pada contoh di bawah ini.
Dia mengatakan kepada saya bahwa kasih sayang itu berada dalam jiwa dan raga sang ibu. Saya menerima kebenaran ucapan itu. Betapa tidak. Kasih sayang pertama saya peroleh dari ibu saya. Ibumelahirkan saya. Ibu mengasuh saya. Ibu menyusui saya. Ibu memandikan saya. Ibu menyuapi saya. Ibumeninabobokan saya. Ibu mencintai dan mengasihi saya. Saya tidak bisa melupakan jasa dan kasih sayang ibu saya seumur hidup. Semoga ibu panjang umur dan dilindungi Tuhan.
3.  Pronomina
Sarana penghubung yang berupa kata ganti orang, terlihat pada contoh berikut ini:
Rumah Lani dan rumah Mina di seberang sana. Merekabertetangga. Lani membeli rumah itu dengan harga lima juta rupiah. Harganya agak murah. Diamemang bernasib baik.
4.  Sinonimi
Pada contoh berikut ini terlihat penggunaan sarana koherensi wacana yang berupa sinonimi atau padanan kata (pengulangan makna).
Memang dia mencintai gadis itu. Wanita itu berasal dari Solo. Pacarnya itu memang cantik, halus budi bahasa, dan bersifat keibuan sejati. Tak salah dia memilih kekasih, buah hati yang pantas kelak dijadikan istri, teman hidup selama hayat dikandung badan. 
5.  Totalitas Bagian
Kadang-kadang, pembicaraan kita mulai dari keseluruhan, baru kemudian kita beralih atau memperkenalkan bagian-bagiannya. Penggunaan sarana koherensif seperti yang dimaksudkan, terlihat pada contoh berikut ini. Totalitas bagian bisa diartikan pernyataan yang berpola umum-khusus.
Saya membeli buku baru. Bukuitu terdiri dari tujuh bab. Setiap bab terdiri pula dari sejumlah pasal. Setiap pasaltersusun dari beberapa paragraf. Seterusnya setiap paragraf terdiri dari beberapa kalimat. Selanjutnya kalimatterdiri atas beberapa kata. Semua itu harus dipahami dari sudut pengajaran wacana.
6.   Komparasi
Komparasi atau perbandingan pun dapat menambah serta meningkatkan kekoherensifan wacana. Komparasi digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda, seperti dalam contoh berikut ini.
Sama halnya dengan Paman Lukas, kita pun harus segera mendirikan rumah di atas tanah yang baru kita beli itu. Sekarang rumah Paman Lukas itu hampir selesai. Mengapa kita tidak membuat hal yang serupa selekas mungkin? Kita juga sanggup berbuat hal yang sama, takkan lebih dari itu. Tetapi, tidak seperti rumah Paman Lukas yang bertingkat, kita akan membangun rumah yang besar dan luas. Kita tidak perlu mendirikan rumah bertingkat karena tanah kita cukup luas.
7.  Penekanan
Dengan sarana penekanan pun kita dapat pula menambah tingkat kekoherensifan wacana. Penekanan digunakan untuk menekankan yang dianggap penting, seperti terlihat pada contoh berikut ini.
Bekerja bergotong-royong itu bukan pekerjaan sia-sia. Nyatalah kini hasilnya. Jembatan sepanjang tujuh kilometer yang menghubungkan kampung kita ini dengan kampung di seberang ini telah selesai kita kerjakan. Jelaslah hubungan antara kedua kampung, berjalan lebih lancar. Sudah tentu hal ini memberi dampak positif bagi masyarakat kedua kampung. 
8.  Kontras
Juga dengan kontras atau pertentangan para penulis dapat menambah kekoherensifan karyanya. Contoh penggunaan sarana seperti ini terlihat pada berikut ini.
Aneh tapi nyata. Ada teman saya seangkatan, namanya Joni. Dia rajin sekali belajar, tetapi setiap ujian selalu tidak lulus. Namun demikian, dia tidak pernah putus asa. Dia tenang saja. Tidak pernah mengeluh. Bahkan sebaliknya, dia semakin rajin belajar. 
9.   Simpulan
Dengan kata-kata yang mengacu kepada hasil atau simpulan pun, kita dapat juga meningkatkan kekoherensifan wacana. Penggunaan sarana seperti itu dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Pepohonan telah menghijau di setiap pekarangan rumah dan ruangan kuliah di kampus kami. Burung-burung beterbangan dari dahan ke dahan sambil bernyanyi-nyanyi. Udara segar dan sejuk nyaman. Jadi penghijauan di kampus itu telah berhasil. Demikianlah kini keadaan kampus kami, berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Oleh karena itu, para sivitas akademika merasa bangga atas kampus itu.
10.   Contoh
Dengan pemberian contoh yang tepat dan serasi, kita dapat pula menciptakan kekoherensifan wacana, seperti terlihat pada contoh berikut ini.
Halaman rumah kami telah berubah menjadi warung hidup. Di pekarangan itu ditanami kebutuhan dapur sehari-hari, umpamanya: bayam, tomat, cabai, talas, singkong, dan lain-lain. Ada juga pekarangan rumah yang berupa apotek hidup. Betapa tidak. Di pekarangan itu ditanami bahan obat-obatan tradisional, misalnya: kumis kucing, lengkuas, jahe, kunyit, sirih, dan lain-lain. Kelebihan kebutuhan sehari-hari dari warung dan apotek hidup itu dapat pula dijual ke pasar, sebagai contoh: bayam, cabai, jahe, dan sirih.
11.   Paralelisme
Pada contoh berikut ini terlihat penggunaan kesejajaran atau paralelisme klausa sebagai sarana kekoherensifan wacana. Kesejajaran tersebut dinyatakan dalam satu kalimat. Kesejajaran tersebut bisa berupa subjek predikat, subjek predikat objek, atau yang lain.
Waktu dia datang, memang saya sedang asik membaca, saya sedang tekun mempelajari buku baru mengenai wacana. Karena asiknya, saya tidak mengetahui, saya tidak mendengar bahwa dia telah duduk di kursi mengamati saya.
12.  Waktu
Kata-kata yang mengacu pada tempat dan waktu pun dapat meningkatkan kekoherensifan wacana, seperti terlihat pada contoh berikut ini.
Sementara itu tamu-tamu sudah mulai berdatangan. Ruangan terasa kian sempit. Tidak lama kemudian, anak saya mengangkat barang itu dan menaruhnya di atas lemari

D.      Penutup
Dari beberapa penjelasan diatas mengenai bahwa piranti kohesi terdiri dari tiga yaitu gramatikal, konjungsi dan leksikal. Sedangkan piranti koherensi terdiri dari penambahan,  Repetisi, pronomina, Sinonimi, totalitas bagian, Komparasi, penekanan, Kontras, simpulan, Contoh, paralelisme,  dan waktu. Sebenarnya semua piranti yang terdapat pada kohesi terikat pada bentuk sedangkan pada piranti koherensi lebih mengutamakan kepada pengembangan paragraf agar terlihat kekoherensiannya.

Sumber :
Kohesi Dan Koherensi Antarkalimat Dalam Wacana Beritadi Majalah Panjebar Semangat. 2011. Universitas Negeri Semarang. Pdf journal.1]Deborah Schiffrin, Approaches to Discourse (USA: Blackwell Publishing, 1994), h. 232.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arifin, Bustanul dan Abdul rani. 2000. Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djajasudarma, Fatimah. 2010. Wacana. Bandung: PT Refika Aditama.
Martutik, Laila 2012. Piranti Kohesi dan Koherensi. Diunduh dari https://lailamartutik.blogspot.co.id. Pada hari Kamis, 01 Juni 2017.

pira

Tidak ada komentar:

Posting Komentar