Jumat, 27 April 2018

SOSIOLINGUISTIK INTERAKSIONAL


Resum Wacana Bahasa Indonesia
SOSIOLINGUISTIK INTERAKSIONAL
   Oleh : Ratna Agustin
A.      Pendahuluan
Pada pembahasan sebelumnya kita telas membahas hakikat wacan, prasyarat wacana, dan teks, koteks dan konteks, toeri tindak tutur. Kali ini kita membahasa mengenai sosiolinguistik interaksional. Wacana pada dasarnya juga merupakan unsur bahasa yang bersifat pragmatis. Apalagi pemakaian dan pemahaman wacana dalam komunikasi memerlukan berbagai alat (piranti) yang cukup banyak. Oleh karena itu, kajian tentang wacana menjadi “wajib” ada dalam proses pembelajaran bahasa.
Tujuannya tidak lain untuk membekali pemakai bahasa agar dapat memahami dan memakai bahasa dengan baik dan benar. Wacana memiliki unsur pendukung yang sangat lengkap dan kompleks. Unsur tersebut terdiri atas unsur verbal (linguistik) dan unsur nonverbal (nonlinguistik). Struktur linguistik wacana merupakan satuan lingual tertinggi dan terlengkap dalam hirarki kebahasaan. Sementara, unsur non linguistik yang melingkupinya mengandung sejumlah besar pengetahuan dan informasi tak terbatas.Hal ini mengisyaratkan, bahwa wacana adalah aspek kajian yang luas, dan bersifat kontekstual.

B.      Pengertian Teori Pragmatik
Pragmatik didefinisikan oleh Morris (1938) sebagai suatu cabang semiotika, ilmu tentang tanda (Givon, 1989 : 2-25). Dalam seperangkat aspek perbedaan pendefisian dari proses semiotic, Morris mengidentifikasi 3 cara untuk mempelajari tanda: sintaksis adalah studi tentang hubungan formal antara tanda-tanda yang satu dengan yang lain; semantik adalah studi tentang bagaimana tanda-tanda tersebut dihubungkan dengan objek-objek yang dirujukinya atau yang dapat dirujuknya; pragmatik adalah studi tentang hubungan tanda-tanda dengan interpreter. Dengan demikian, pragmatic adalah studi tentang bagaimana menggunakan atau mengikutsertakan pemakai tanda atau penerima tanda pada saat memaparkan (pengonstruksikan dari interpretan) tanda itu sendiri.
Ada 2 konsep pokok yang dibahas dalam pragmatik menggunakan model Grice yaitu :
1)   Makna Tutur
Konsep utama yang penting dari pragmatik model Grice adalah makna penutur. Makna penutur tidak hanya memberikan perbedaan antara dua hal makna (pembagian antara makna semantik dan makna pragmatik), dan juga pandangan definite tentang komunikasi manusia yang memfokusan pada maksud/tujuan. Grice (1957) memisahkan non-alami (meaning-nn) dari makna alami. Makna alami adalah ketiadaan maksud/tujuan manusia.
Contoh :
·      Those spots mean meales (Bintik itu bermakna penyakit campak). Makna non-alami kira-kira sama dengan maksud komunikasi.
·      Grice mencontohkan Those three rings on the bell (of the bus) mean that” the bus is full.” (tiga bunyi bel dalam bus itu bermakna bahwa bus penuh).

2)   Pransip kerja sama
Agar mengerti prinsip kerja sama (PK), perlu menggambarkan pandangan Grice tentang makna logis dalam relevansinya dengan bahasa alamiah. Pokok bahasan kami juga akan memusatkan pada konsep implikatif, kesimpulan tentang maksud penutur yang timbul dari penggunaan makna semantic dan prinsip-prinsip percakapan oleh penerimaan. Karna implikatur berhubungan dengan makna semantic “tanda” tetap penting dalam makna non-alami. Tetapi, karena implikatur juga berdiri sendiri dalam prinsip percakapan “konteks” menjadi media pengguna tanda. Grice (1975) memerhatikan hubungan antara logika dan percakapan (sebenarnya “Logic and conversation” adalah judul tulisan). 
Contoh :
·       I went to the store and I put gas gas in the car (saya pergi ke toko dan saya meletakkan gas dalam mobil). Mungkin disajikan sebagai P dan Q (di mana “P” adalah melambangkan proposisi dalam klausa pertama dan “Q” yang kedua).
Mengawali dari observasi yang paling umum, Grice mengajukan sebuah prinsip umum bahwa partisipan diharapkan mengobservasi: “Buatlah sumbangan percakapan anda sedemikian rupa sebagaimana diharapkan, pada tingkat percakapan yang bersangkutan, oleh tujuan percakapan yang lazim/ diketahui/ disepakati atau oleh arah percakapan yang sedang anda ikuti. “Prinsip ini diberi nama prinsip kerja sama (PK).
Yang menandai dari sebuah implikatur adalah mereka harus dapat dipertimbangkan oleh mitra tutur. Grice mendeskripsikan proses tersebut sebagai berikut:
Untuk memahami implikatur percakapan definite eksis, mitra tutur akan mempercayakan data berikut:
1)   makna lazim dari kata-kata yang digunakan bersama-sama dengan identitas dari beberapa referensi atau keterangan yang mungkin terkait.
2)   PK dan maksim-maksimnya
3)   Konteks, linguistik atau dengan cara lain dari tuturan
4)   Hal-hal lain tentang latar belakang pengetahuan
5)   Fakta (fakta yang diduga) bahwa semua hal yang relevan berkenaan dengan masalah sebelumnya yang ada pada kedua partisipan dan kedua partisipan mengetahui atau menerimanya sebagai kasus.

1.      Acuan Peristilahan: Proses Pragmatic Dalam Wacana
Pragmatik model grice memberikan sebuah cara untuk menganalisi inferensi makna penutur:bagaimana mikra tutur menduga maksud yang mendasari tuturan penutur.ini tidak dimaksudkan sebagai ancangan pada analisis wacana misalnya, untuk tahapan tuturan. Dalam bab ini, saya menunjukkan bagaimana PK dapat membantu menetapkan cara informasi dari satu tuturan memberikan sumbangan pada makna tuturan yang lain dengan (cara) demikian menambah makala pada pengetahuan tentang hubungan antar tuturan.
2. Analisis Sampel : Tahapan Acuan Dalam Cerita
Analisis sampel dalam bagian ini berdasarkan pada ekspresi ekspresi penunjuk dalam wacana khusus dalam sebuah narasi. Setelah menyajikan narasi atau cerita.
C.      Definisi Analisis Percakapan
Analisis percakapan (coversation analysis, selanjutnya disingkat AP) merupakan salah satu pendekatan analisis wacana dalam disiplin ilmu soiologi. AP dipelopori oleh Harold Garfinkel yang dikenal juga sebagai bapak sosiologi. AP berakar dari pendekatan yang telah dikembangkan sebelumnya, yaitu etnometodologi (yang dipengaruhi fenomenologi Alfred Schutz). Namun, AP berbeda dengan cabang sosiologi lainnya karena AP bukan menganalisis pranata sosial itu sendiri, melainkan menemukan bagaimana cara anggota masyarakat membentuk hakikat dari sebuah pranata sosial. 
Dalam praktik analisisnya, AP memperhatikan masalah pranata sosial dan cara kerja bahasa dalam membentuk pranata sosial serta cara konteks sosial membentuk bahasa. AP mirip dengan etnografi komunikasi dalam kaitannya dengan pengetahuan manusia. Pendekatan itu juga berfokus pada analisis detail ujaran tertentu. Namun, AP memiliki asumsi, metodologi (termasuk terminologi), dan kerangka teoretisnya sendiri.
AP juga perlu dibedakan dengan analisis pragmatik. Memang, pragmatik (yang di dalamnya ada konsep speech act) menganalisis percakapan, tetapi analisis itu didasarkan pada pengertian bahwa percakapan itu didasarkan pada pengertian bahwa percakapan itu merupakan serangkaian “discrete acts” (kejadian yang berbeda satu dengan yang lainnya). Metode itu memokuskan diri pada interpretasi ucapan dan bagaimana penjelasan tentang aspek penggunaan bahasa dapat dimasukkan ke dalam mode gramatik. Oleh karena itu pula, teori tentang “speech act” digunakan pula oleh pakar semantik generatif dalam menganalisis bahasa (lihat Yule, 2006; Gordon dan Lakoff, 1971).
AP berakar dari etnometodologi. Istilah etnometodologi digunakan oleh Garfinkel (1974) dalam analisis lintas budaya yang berkaitan dengan cara-cara bertindak (doing) dan apa yang diketahui (knowing) (dalam Schffrin, 1994:233). Apa yang diketahui tidak hanya terbatas pada pengetahuan secara sempit, tetapi juga meliputi kebiasaan yang ada. Alasan penggunaan istilah di atas pada prinsipnya sama dengan pengertian etnometodologi itu sendiri. Pakar pendekatan itu berkeyakinan bahwa percakapan merupakan suatu aktivitas yang diatur oleh aturan (rulegoverned). Percakapan itu bukanlah aktivitas yang acak (random) maupun tak bertujuan (aimless), melainkan suatu aktivitas yang memperagakan keteraturan (regulaty) dan pola (patterns) (Marcellino, 1993:60).
Istilah etnometodologi itu sendiri berasal dari penelitian Garfinkel yang bahwa “metodologi” dalam etnometodologi mempunyai arti mengatur pertimbangan yang sesuai dengan konsep tertentu dengan bukti yang kuat, penjelasan yang masuk akal, dan sebaganinya. Oleh Garfinkel etnometodologi merujuk pada pengertian “a social actor’s, or community’s. Own lay methodology” (Taylor dan Cameron, 1987:101).
Penelitian etnometodologi menghindarkan penyianagan (idealizations) dan membantah bahwa apa yang dihasilkan adalah suatu perlambangan (typification), yaitu hanya berdasarkan aturan interaksi/organisasi percakapan yang diatur. Hasil itu didasarkan pada kenyataan bahwa walaupun bahasa adalah alat untuk membentuk kategori yang berterima (common sence categories), tetapi sebaliknya makna dan penggunaan tuturan tertentu masih dapat dinegosiasikan dan tidak dapat ditentukan secara eksak. Artinya kaitan antara kata-kata dan objek merupakan masalah kajian hubungan dunia sosial (lingkup sosial) dan aktivitas di mana kata-kata tersebut digunakan.
Analisis percakapan sebagai metode etnometodologi, menganalisis aturan sosial dan menemukan metode yang digunakan anggota masyarakat untuk menghasilakn makna aturan sosial. Analisis percakapan lebih menawarkan solusi untuk masalah yang berpusat pada pergantian atau transisi  dalam berkomunikasi yang operasinya dapat ditunjukkan dalam pembicaraan yang nyata. Analisis AP dicontohkan dengan cara kerja “there + BE + ITEM” yang mengizinkan sebutan pertama, sebutan berikutnya dan hanya sebutan dalam kaitannya dengan pasangan berdekatan, pemberian giliran, dan manajemen topik yang kesemuanya sebagai kemajuan tuturan dalam mengungkap distribusi dan fungsi-fungsi interaksional fenomena percakapan.
AP adalah percakapan sebagai peristiwa aktual, dengan cara percakapan direkam tanpa rekayasa, hasil rekaman ditranskrip sebagaimana adanya. Tiga asumsi AP, yaitu (a) interaksi yang diorganisasi secara struktural, (b) kontribusi terhadap interaksi yang berorientasi kontekstualitas, dan (c) dalam interaksi tidak terdapat urut-urutan pembicara, eksidental bahkan tidak relevan (tidak ada typification). Kemudian, dalam AP juga ada dua perspektif yang harus diperhatikan, yaitu (a) organisasi percakapan dan (b) tema-isi percakapan (bagaimana tema pembicaraan dibahas, apakah pembicaraan membentuk sebuah benang merah atau malah tidak relevan dengan tema).
Meskipun percakapan umumnya berlangsung secara berpasangan, ada cara yang memungkinkan diperluasnya pasangan, yaitu sebelum diawali (lihat Achegloff 1980;Levinson 1983: 345-64), setelah selesai (lihat Fox 1987: 23-8), atau bahkan persisi ketika berlangsung percakapan berpasangan (lihat Jefferson 1972). Persoalan penting yang mendasari percakapan adalah masalah “distribusi”, yaitu bagaimana penutur menempatkan giliran ketika berbicara? Bagaimana mereka tahu kapan diperkirakan orang akan berbicara dan mitra tutur harus diam? Bagaimana orang atau kapan harus berhenti berbicara, dan mitra tutur harus mulai berbicara, dengan sekecil mungkin jarak pertuturan dan jarak bertutur bersamaan antara giliran?
AP menawarkan solusi terhadap masalah itu (dan yang sejenisnya) seputar ganti-giliran dalam percakapan; sebuah solusi yang prosesnya teramati ketika sedang berlangsung percakapan. Solusi tersebut merupakan “seperangkat aturan dasar yang mengatur formasi giliran, memberikan alokasi giliran berikutnya pada suatu kelompok percakapan, sehingga memperkecil jarak perututran dan jarak bertutur bersamaan” [Sacks (1974) dalam Schiffrin, 1994:238).
Ringkasnya, fokus AP adalah percakapan sebagai peristiwa aktual, dengan cara percakapan direkam tanpa rekayasa, hasil rekaman ditranskip sebagaimana adanya, AP tidak mengakui penyiangan sebagai dasar, baik bagi ilmu sosial maupun kebiasaan manusia dalam bertindak. Dikemukakan oleh Sacks (1984) bahwa banyak penyiangan dalam ilmu sosial menghasilkan konsep yang bersifat umum sehingga mengakibatkan ketidakjelasan dan ketidakpastian hubungan khusus dalam rentetansuatu peristiwa (dalam Schiffrin, 1994:234). Pada prinsipnya, konteks perlakuan AP masih didasarkan pada etnometodologi. Walaupun  demikian, dalam membuat transkip percakapan, AP tidak terlalu memperhatikan hubungan sosial atau konteks sosial, seperti identitas sosial, latar, dan stribut personal (Schffrin, 1994:235).
Heritage (1984) mengemukakan tiga sumsi AP , yaitu (a) interaksi yang diorganisasi secara struktural, (b) kontribusi terhadap interaksi yang berorientasi kontekstualitas, dan (c) dalam interaksi tidak terdapat urutan-urutan pembiacara, eksidental bahkan tidak relevan (tidak ada typification) (lihat Schffrin, 1994:236). Pada sumber lain dikemukakan bahwa ada sua perspektif yang harus diperhatikan dalam AP, yaitu (a) organisasi percakapan dan (b) tema isi percakapan (bagaimana tema pembicaraan membentuk sebuah benang merah atau malah tidak relevan dengan tema).
Schffrin (1994) juga mengemukakan salah satu struktur percakapan yang perlu diperhatikan adalah pasangan berdekatan (adjacency pairs), yaitu dua tuturan yang berpasangan/berdekatan dituturkan oleh dua pembicara secara berurutan (sebagai bagian pertama dan bagian kedua) sehingga bagian pertama memerlukan bagian atau jarak khusus dari bagian kedua. Perhatikan contoh berikut.
1.)     Analisis Sample: “There + BE + ITEM”
Pendekatan analisis percakapan terhadap wacana memerhatikan bagaimana partisipan dalam pembicaraan membangun sokusi sistematis pada masalah pengaturan secara berulang-ulang. Di antara banyak masalah yang dipecahkan adalah membuka dan menutup pembicaraan, pengambilan giliran, perbaikan, pengaturan topik penerima informasi, dan menunjukkan persetujuan dan ketidaksetujuan. Solusi atas masalah itu ditemuka melalui analisis ketat terhadap bagaimana partisipan itu sendiri berbicara dan dari aspek apa dari pembicaraan yang mereka bahas: analisis percakapan menghindari penempatan setiap kategori (apakah sosial atau linguistik) yang memiliki relevansi terhadap partisipan sendiri yang tidak ditunjukkan dalam pembicaraan nyata. Analisis harus menunjukkan bahwa aspek pembicaraan sangat bervariasi (Heritage 1984; Pomerants 1984), koreksi kesalahan (Jefferson 1974, tertawa (Jefferson 1979), diam (Jefferson 1989), dan struktur sintaksis (Ford dan Thompson 1986; Goodwin (1979) releva terhadap pengelolaan percakapan yang sedang berlangsung.
(1)     Contoh adanya kontruksi there yang digunakan oleh penanggungjawab perpustakaan (P) untuk membuka sebuah pertanyaan selama wawancara dengan pustakawan. Kontruksi there memfokuskan butir (item) yang dicari (P).
Contoh (1): P: (J) There used to be a monthly report that comes from S-securities Excange Commission..on insider’s transactions.
                                 (biasanya ada laporan bulanan dari Komisi Pertukaran Keamanan tentang transaksi orang dalam).
                     (L): (k) UH huh
                                  (uh huh(tidak...tidak)
P:  (l) and many years ago you used to carry it.
                                  (dan beberapa tahun lalu kamu biasa membuatnya.)
                            (m) and I haven’t seen it in a long time.
                                  (dan saya sudah lama tak pernah melihatnya.)
Pertanyaan dibuka dengan there used to be: predikat ini tidak berarti apa-apa tetapi keberadaannya (mendahului waktu berbicara) apa yang kami sebut ITEM. Deskripsi ITEM P yang sedang ditanyakan mencakup sejumlah besar informasi di dalam frasa benda: ketika publikasi data (monthly : bulanan), asalnya (Securities Exchange Commission : Komisi Pertukaran Keamanan), dan topiknya (insider’s transactions : transaksi orang dalam. Ketika P melanjutkan informasi tambahan tentang ITEM ini (kapan dilakukan (1), pengetahuannya sendiri tersedia (m), namun, ITEM dimunculkan melalui pronomina it. Jadi, keberadaan konstruksi there dalam (1) mengawali rangkaian acuan (bab 6) dengan cara sebutan pertama tidak tentu (indefinite) dan eksplisit (laporan bulanan) dan sebutan berikutnya tentu (definite) dan tidak eksplisit.
Kami telah mencatat bahwa riset analisis percakapan (khususnya diawali dan diteruskan oleh sisiolog) secara tipikal memberi sedikit perhatian pada struktur linguistik itu sendiri. Dalam praktiknya, saya tidak akan mengacu pada fokus analisis seperti keberadaan konstruksi there, tetapi konstruksi There + BE + ITEM . penamaan deskripsi ini memperbolehkan kita untuk mengabaikan apa yang sering dilihat sebagai perbedaan struktur dan semantik di antara bentuk-bentuk lahir yang berbeda dari konstruksi ini.
a.)      “Penyebutan,” “There + BE + ITEM,” dan Pasangan Terdekat
Percakapan secara khusus terjadi dalam model berpasangan, anti organisasi percakapan yang mendasar adalah urutan percakapan bagi dua. Sistem pasangan dapat juga mengalami modifikasi. Namun, pasangan pendahuluan dapat diperluas sebelum, setelah selesai, atau bahkan selama pasangan dibentuk. Perluasan organisasi pasangan terdekat mendukung ide bahwa pasangan terdekat merupakan pusat pelaksanaan urutan.
Bagian ini mempertimbangkan bagaimana penyebutan pertama dan penyebutan berikutnyadari sebuah ITEM disajikan dalam “there + BE + ITEM” yang dikaitkan dengan organisasi pasangan terdekat. “There + BE + ITEM” ditemukan dalam dua jenis pasangan pertanyaan/jawaban (Q/A) yang disisipkan dalam pembicaraan, baik sebagai pra urutan ataupun penyisipan urutan.
b.)      “There + BE + ITEM” dan Organisasi Giliran pada Berbicara
Bagian ini terfokus pada sumber utama struktur dan pengaturan berbicara: struktur pertukaran menciptakan kebutuhan untuk pergantian giliran. Penggunaan “there + BE + ITEM” itu peka atas pengelolaan giliran individu dan bagaimana giliran dirancang bagi penerima: kita menemukan preferensi “there + BE + ITEM” untuk menduduki satu unit konstruksional giliran dan ditempatkan dalam posisi internal-giliran. Meskipun bagian ini mengilustrasikan metode analisis percakapan dalam mempertimbangkan cara yang mirip (lagi, kita sedang menempatkan alat-alat linguistik dalam struktur percakapan), kendala yang ditentukan oleh sistem pertukaran giliran adalah sangat berbeda dari yang ditentukan oleh sistem pasangan terdekat.
Pengamatan bahwa hampir semua contoh dalam korpus tujuh puluh konstruksi “There + BE + ITEM” yang dipertimbangkan di sini dihasilkan di bawah satu kontur intonasi berkelanjutan. Ingat bahwa kasus yang berlanjut secara intonasional termasuk tidak hanya beberapa kata dan tidak terbatas secara sintaksis pada transisi giliran (seperti contoh 12 di bawah ini) tetapi juga yang lebih panjang dan terbatas rentang sintaksisnya dalam transisi giliran (lihat contoh 13 di bawah ini).
(12) There’s three
        (ada tiga)
(13) There’s always something to do in a home where there is a family.
 (Selalu ada sesuatu untuk dikerjakan di rumah yang ada keluarga).
Pembicaraan itu menghasilkan di bawah satu intonasi berkelanjtan bahan itu mengambil kasus “There + Be + ITEM” yang meluas melaumpaui transisi pembatas sintaksis giliran transisi yang menunjukkan preferensi untuk “There + Be + ITEM” menjadi satu unit kontruksi giliran. Dengan kata lain, contoh seperti (14) dapat dihasilkan secara aktual, tanpa memotong-motong intonasi:
                          (14) because there wa homes over through there that I knew like from a
                                  kid.
                                 (karena ada rumah-rumah melewati sana yang saya ketahui seperti dari mainan)
                          Fakta bahwa ujaran dihasilkan secara rutin di bawah satu intonasi berkelanjutan (seperti dalam 14) menunjukkan sebuah preferensi untuk “There + Be + ITEM” dikabarkan sebagai satu unit kontruksi giliran.
                                    Analisis percakapan menemukan secara khusus bukti lanjutan untuk sistem preferensi dengan membandingkan struktur yang disenangi dengan pikiran-pikiran yang tidak disenangi biasanya. Ditandai secara struktural dalam beberapa cara (Fomerantz 1984). Mari kita mengamati beberapa contoh “There + Be + ITEM” yang tidak berkelanjutan secara struktural dari cara lain yang menunjukkan bahwa contoh itu tidak disukai. Berikut ini merupakan contoh dari data yang dianggap secara intonasional tidak berkelanjutan.
c.)       “There + BE + ITEM” dan Organisasi Topik
     Dalam bagian ini, kita mendiskusikan bagaimana “There + BE + ITEM” dapat membantu mengelola masalah ini. Saya memfokuskan pada peranan “There + BE + ITEM” alam Sacks (1972:15-16) yang menyebutkan tahap transisi.
Transisi topik terhadap mungkin dibangun dengan beberapa cara. Meskipun deskripsi Sacks tentang pergeseran dari satu topik ke topik lain tidak memerlukan transisi leksikal secara eksplisit, maka kemungkinan secara linguistik menandai transisi bertahap, yaitu melalui repitisi (atau anaphora) dan ikatan metalingual (seperti dalam “Speaking of that reminds me of (topik 2)”. Transisi kurang eksplisit dapat mengurangi kejelasan penanda atau terkait dengan menginferensi kategori yang berhubungan antara topik-topik tersebut. Dikusi tentang rumah (topik 1), misalnya, dapat menjadi diskusi membagi level rumah (topik 1b). Meskipun bermacam-macam topik yang berbeda yang mungkin berhubungan dengan atau tanpa penanda eksplisit yang mengikat semua contoh berhasil sebagai transisi dengan menyebutkan topik tanpa membuka atau menutup topik itu secara eksplisit.
Meskipun kita sedang memberi pengantar dalam bagian ini masalah baru (diskusi tentang topik yang berbeda) dengan solusi baru (tahap transisi topik, analisis kita terhadap “There + BE + ITEM” dalam kaitannya dengan masalah ini dan solusi yang dapat dikembangkan berdasarkan yang telah kita pelajari. Kita telah melihat lebih dulu bahwa “There + BE + ITEM” dapat berimplikasi dalam dua arti secara berurutan: itu dapat menangkap pembicaraan yang lalu dan menciptakan kelanjutan untuk pembicaraan berikutnya. Langkah transisi topik adalah makna organisasi urutan hasil karya masa lalu dan masa akan datang: mereka mengikuti apa pun yang diperkenalkan pada apa yang baru saja dibicarakan (Sacks 1972:15-16). Jadi, kita boleh berharap “There + BE + ITEM” untuk mengikuti tahap transisi topik sederhana karena keduanya mengembangkan jenis implikatif yang berurutan.
Kita mulai dengan (24), sebuah contoh yang mana topik 1 (“relief: pertolongan) secara eksplisit disediakan lebih dulu dari topik 1a (“rumah sabub”), dan topik 1a-x (“a place up on Francis Avenue”: ‘menempati pada jalan Raya prancis’). Topik 1 dan 1a-x masuk pembicaraan melalui “There + BE + ITEM”.
                     Contoh 24 :
(a) I mean, in them days there was no thing as rek as relief
‘Maksud saya, pada zaman mereka tidak ada barang semacam seperti rel seperti relief.’
(b) You had to make a livin, y’know.
‘Kamu harus manecari nafkah, kamu tahu.’
(c) And they had free soap houses.
‘dan mereka mempunyai rumah sabun gratis.’
(d)There’s place up on Francis Avenue here, oh about three miles up.
‘ada suatu tempat di jalan Prancis, kira-kira 3 ml lebih.
(e) That’s still in existence yet.
‘Hal ini masih ada.’
(f)  They se-they go in there and they make give you soap, for free.
‘Mereka se-mereka masuk ke sana dan mereka memberi sabun gratis’.
          Pembicaraan mulai dengan kontruksi “There + BE + ITEM” yang mencatat selain keberadaan dari “relief” (topik 1). Setelah memulai alternatif “relief” (cb) you had to make a livin, y’know), dia menyatakan bahwa satu jenis bantuan adalah “free soap houses” (rumah sabun gratis): and they had free soap houses (c). Meskipun free soap houses” (topik 1a) merupakan seperangkat anggota “relef” kategori yang lebih besar (topik 1), topik itu juga sebuah kategori yang dapat dikhususkan lebih lanjut. Ini persis seperti yang terjadi pada (d) sampai (f): pembicara menyebutkan dulu sebuah rumah sabun secara khusus (topik 1a-x) dengan format “There + BE + ITEM” (d), dan menyediakan dua properti dan rumah sabun itu (e,f). Jadi, “There + BE + ITEM) memberi pengantar topik 1 (“relief) dan membantu menggeser topik dari 1a (“soap house”) sampai topik yang lebih khusus 1a-x (“a place up on Francis Avenue here”).
D.      Definisi Analisis Variasi
Ancangan analisis variasi digunakan dalam bidang linguistik. Banyak permasalahan yang tertuju pada variasionis yaitu permasalahan yang sudah diketahui linguis pada umumnya, misalnya dalam permasalahan perubahan linguistik. Riset variasionis terhadap unit-unit dalam wacana yang membebani secara sistematis dan terpola memiliki hubungan satu dengan yang lain. Ancangan variasionis pada “unit-unit” dalam wacana dan cara-cara unit itu “memiliki hubungan” satu dengan lainnya, meliputi metode-metode analisis untuk hubungan-hubungan tersebut.
Analisis variasi adalah realitas sosial tetapi juga membawa pada sebuah pengertian mengapa narasi telah memberikan sumber data yang segar untuk analisis: narasi adalah unit wacana dengan susunan yang baik teratur yang bebas pada bagaimana mereka terlibat dalam lingkup pembicaraan. Contoh narasi yaitu :
“Salah satu yang paling dramatis cerita bahaya kematian (danger-of-death) yang dituturkan oleh seorang pensiunan pegawai pos pada Negara Bagian Timur. Kakaknya dibacok kepalanya dengan pisau. Dia mengambil kesimpulan : Dan dokter hanya berkata,”ini hanyalah dilebih-lebihkan” dan dia berkata,” dan kamu telah mati.” (Labov, 1972b : 387).

Ancangan variasionis pada wacana adalah ancangan linguistic yang mempertimbangkan konteks sosial pada metodologi tertentu dan keadaan analisis meskipun unit wacana seperti narasi adalah sensitif untuk konteks sosial yang diceritakan dan pokoknya dari nilai pembicara dan pengalaman yang subjektif, struktur cerita dapat dianalisis terpisah dari caranya dan ditempatkan secara lokal. Analisis variasionis dari wacana lainnya daripada narasi menunjukkan perpisahan yang sama antara bahasa dan kehidupan sosial- keengganan untuk menghubungkan dua sistem dasar yang saling berhubungan (bandingkan, sosiolinguistik interaksi, etnografi komunikasi, analisis percakapan).
1)   Analisis Sampel: “Daftar” sebagai Teks
Analisis ini yaitu terpusat pada kategori-kategori dan anggota kelompok. Ini dimaksudkan untuk menguraikan struktur daftar-daftar, tetapi juga menyarankan perbandingan struktur tekstual sebagai penerapan analisis variasi sebagai bentuk perbandingan dan struktur dalam teks-teks yang lainnya.
·  Struktur temporer
Struktur temporer sebagai kriteria utama dalam mendefinisikan narasi, informasi temporer (apa yang terjadi). Kesimpulan dari itu adalah secara luas presentasi yang berkesinambungan dari dua klausa dalam percakapan. Cara yang lain, interpretasi dari narasi sebagaian besar terletak pada penataan waktu yang ada (periode waktu dalam hubungannya dengan sesuatu yang dapat diasumsikan telah terjadi.
(3) ilustrasi ( ini adalah contoh satu klausa yang statis dari narasi secara sederhana karena predikat statis begitu umum dalam “list”)
3. (a) And then, an uh, you rode twenty miles one way
(a) ‘Dan “then”, dan “uh”, kamu bersepeda 20 miles sekali jalan’
(b) and then uh there was on old deserted ranch house there.
(b) ‘dan “then uh”, ada sebuah  rumah peternakan tua yang telah
       ditinggalkan disana’.
(c) and that’s where I-we used to meet the other fellow Comin’ from the other direction
(c) ‘dan itulah tempat dimana saya, kita biasa bertemu kawan yang datang dari tempat lain’.
“Rode twenty miles” dalam kalimat (a) adalah sebuah predikat prestasi sedangkan kalimat (b) adalah suatu pernyataan (bagian dari predikat eksistensial, digunakan seringkali dalam daftar). Kita menginterpretasikan keberadaannya dalam hubungannya dengan tindakan pembicara sebelumnya. Yaitu kita berpendapat bahwa dia mengamati/melihat rumah tersebut setelah dia bersepeda 20 miles (jarak yang tertulis di (a), dengan pengertian bahwa ada sebuah rumah peternakan tua yang sudah tidak terpakai, hampir seperti prestasi seolah-olah si penutur telah memerhatikan rumah tersebut atau dia sedang menyampaikan pengamatannya kepada mitra tutur.
·         Struktur Deskriptif
Deskriptif dalam narasi khususnya ditempatkan pada latar belakang fungsi “orientasi”. Pengenalan pada siapa yang hadir, dimana sesuatu terjadi, kapan sesuatu terjadi, sering kali mendahului kegiatan narasi itu sendiri. Orientasi naratif mungkin jugta ditambahkan dalam tindakan yang lebih luas, dan dalam hal ini mungkin mempunyai fungsi evaluasi deskriptif (“and”/ “or”).
5  (a) see, Every five miles they had a little stone.
         ‘Lihat, setiap 5 mile mereka mendapati kerikil (mendapat rintangan’)
    (b) Say on one side was mexico and the other side was the Us Y know?
          ‘Di satu sisi mexico dan sisi lain Amerika Serikat, tahukan?’
    (c) And then, and uh, you rode twenty miles one way.
        ‘Dan kemudian, dan uh, kamu berkendaraan 20 miles sekali jalan’
Klausa (a) dan (b) dibatasi latar belakang anak kalimat situasi deskriptif yang statis relevan bagi periode waktu yang terbatas dalam penyampaian/ pelaporan pengal;aman. Pernyataan dalam kalimat 5 juga menyatakan sebagai petunjuk. Mereka adalah lokasi yang digunakan penutur sebagai dasar orientasi aktivitas berikutnya. (c) jadi orientasi anak kalimat no 5 mempunyai relevansi yang terbatas dalam cerita tersebut, mereka adalah lokasi yang sangat penting bagi aktivitas berikutnya yang kembali pada aturan sementara dari cerita.
2)      Ancangan Wacana Analisis Variasi
Ancangan wacana dalam analisis variasi berasal dari studi perubahan dan variasi linguistik. Analisis tersebut berfokus pada pembatasan sosial dan varian linguistik secara semantik, ancangan tersebut juga diperluas ke arah teks. Dalam hal ini, terdapat dua level analisis yang dilakukan, yaitu membandingkan tipe teks dan menganalisis variasi di dalam teks. Jadi, dalam analisis variasi ini melihat unsur dalam teks itu sendiri dan konteks yang mendukung teks tersebut. Unit dasar narasi adalah peristiwa sedangkan unit dasar daftra adalah kesatuan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa narasi berkaitan dengan unsur konteks sedangkan daftar bekaitan dengan unsur linguistik atau bahasanya, misalnya fonologi, morfologi, sintaksis atau dapat juga dikatakan berkaitan dengan kohesi dalam wacana. Hal ini perlu diperhatikan agar wacana yang diproduksi dapat dipahami oleh mitra tutur.
Hal ini karena teks terbangun dari konstituen linguistik yang memiliki hubungan formal antara satu dengan yang lainnya sehingga terciptanya teks yang koheren dalam sebuah interaksi. Hasil menunjukkan bagaiman perbedaan sintaksis dan semanti di antara item linguistik merefleksikan struktur teks, namun apa yang terlihat sama sebagai satu level sintaksis sebenarnya berbeda dalam level teks. misalnya seperti yang terdapat pada materi sebelumnya tentang tindak tutur dalam kalimat “Anda ingin permen”, dapat berperan sebagai perminataan informasi, atau sebagai penawaran, atau sebagai sebuah pertanyaan. Dalam suatu wacana, antar kalimat dalam teks sangat terkait dengan makna referensial (makna yang sebenarnya) atau makna fungsional (terkait dengan makna secara pragmatik sesuai konteks).
Faktor-faktor sosial dan linguistik yang membatasi variasi linguistik. Dalam menghasilkan teks lisan tentunya sangat ditentukan oleh intonasi sebagaimana pernah dibahas pada bab sebelumnya, agar apa yang disampaikan dapat dipahami dengan baik, kapan digunakan intonasi naik dan kapan digunakan intonasi turun (apakah ujaran yang disampaikan merupakan suatu pertanyaan atau pernyataan) agar tidak terjadi keraguan pada mitra tutur. Dalam analisis variasi juga berkaiatan dengan interaksional dan situasional dalam teks, mengedepankan “faktor” bagaimana wujud suatu teks terkait secara linguistik dan sosial.
E.      Penutup
Dari beberapa penjelasan diatas mengenai bahwa ancangan kajian wacana terdiri dari enam yaitu tindak tutur, etnografi komunikasi, sosiolinguistik interaksional, kajian pragmatik, analisis percakapan, dan analisis variasi. Di sini kami membahas hanya membahas pragmatik, analisis percakapan dan analisis variasi. Pragmatik adalah studi tentang bagaimana menggunakan atau mengikutsertakan pemakai tanda atau penerima tanda pada saat memaparkan (pengonstruksikan dari interpretan) tanda itu sendiri. Ada 2 konsep pokok dalam kajian pragmatic menggunakan model Grice yaitu makna tutur dan prinsip kerjasama.

Sumber :
Schiffrin, Deborah. Approaches to Discourse. USA: Blackwell Publishing, 1994.
1]Deborah Schiffrin, Approaches to Discourse (USA: Blackwell Publishing, 1994), h. 232.
[2]Talbot J. Taylor dan Deborah Cameron, Analysing Conversation (Oxford: Pergamon Press,1987), h. 101.
[3]Deborah Schiffrinh, op.cit., h. 239

Tidak ada komentar:

Posting Komentar