Resum Wacana Bahasa Indonesia
SOSIOLINGUISTIK INTERAKSIONAL
Oleh : Ratna Agustin
A.
Pendahuluan
Pada
pembahasan sebelumnya kita telas membahas hakikat wacan, prasyarat wacana, dan
teks, koteks dan konteks, toeri tindak tutur. Kali ini kita membahasa mengenai sosiolinguistik
interaksional. Wacana pada dasarnya
juga merupakan unsur bahasa yang bersifat pragmatis. Apalagi pemakaian dan
pemahaman wacana dalam komunikasi memerlukan berbagai alat (piranti) yang cukup
banyak. Oleh karena itu, kajian tentang wacana menjadi “wajib” ada dalam proses
pembelajaran bahasa.
Tujuannya tidak lain untuk membekali pemakai bahasa
agar dapat memahami dan memakai bahasa dengan baik dan benar. Wacana memiliki
unsur pendukung yang sangat lengkap dan kompleks. Unsur tersebut terdiri atas
unsur verbal (linguistik) dan unsur nonverbal (nonlinguistik). Struktur
linguistik wacana merupakan satuan lingual tertinggi dan terlengkap dalam
hirarki kebahasaan. Sementara, unsur non linguistik yang melingkupinya mengandung
sejumlah besar pengetahuan dan informasi tak terbatas.Hal ini mengisyaratkan,
bahwa wacana adalah aspek kajian yang luas, dan bersifat kontekstual.
B.
Pengertian Teori Pragmatik
Pragmatik didefinisikan oleh Morris (1938) sebagai suatu cabang semiotika,
ilmu tentang tanda (Givon, 1989 : 2-25). Dalam seperangkat aspek perbedaan
pendefisian dari proses semiotic, Morris mengidentifikasi 3 cara untuk
mempelajari tanda: sintaksis adalah studi tentang hubungan formal antara
tanda-tanda yang satu dengan yang lain; semantik adalah studi tentang bagaimana
tanda-tanda tersebut dihubungkan dengan objek-objek yang dirujukinya atau yang
dapat dirujuknya; pragmatik adalah studi tentang hubungan tanda-tanda dengan
interpreter. Dengan demikian, pragmatic adalah studi tentang bagaimana
menggunakan atau mengikutsertakan pemakai tanda atau penerima tanda pada saat
memaparkan (pengonstruksikan dari interpretan) tanda itu sendiri.
Ada 2 konsep pokok yang
dibahas dalam pragmatik menggunakan model Grice yaitu :
1)
Makna Tutur
Konsep utama yang penting
dari pragmatik model Grice adalah makna penutur. Makna penutur tidak hanya
memberikan perbedaan antara dua hal makna (pembagian antara makna semantik dan
makna pragmatik), dan juga pandangan definite tentang komunikasi manusia yang
memfokusan pada maksud/tujuan. Grice (1957) memisahkan non-alami (meaning-nn)
dari makna alami. Makna alami adalah ketiadaan maksud/tujuan manusia.
Contoh :
·
Those spots mean meales (Bintik itu bermakna penyakit campak). Makna
non-alami kira-kira sama dengan maksud komunikasi.
·
Grice mencontohkan Those
three rings on the bell (of the bus) mean that” the bus is full.” (tiga
bunyi bel dalam bus itu bermakna bahwa bus penuh).
2)
Pransip kerja sama
Agar mengerti prinsip
kerja sama (PK), perlu menggambarkan pandangan Grice tentang makna logis dalam
relevansinya dengan bahasa alamiah. Pokok bahasan kami juga akan memusatkan
pada konsep implikatif, kesimpulan tentang maksud penutur yang timbul dari penggunaan
makna semantic dan prinsip-prinsip percakapan oleh penerimaan. Karna implikatur
berhubungan dengan makna semantic “tanda” tetap penting dalam makna non-alami.
Tetapi, karena implikatur juga berdiri sendiri dalam prinsip percakapan
“konteks” menjadi media pengguna tanda. Grice (1975) memerhatikan hubungan
antara logika dan percakapan (sebenarnya “Logic and conversation” adalah
judul tulisan).
Contoh :
·
I went to the store and I
put gas gas in the car (saya pergi ke toko dan saya meletakkan gas dalam mobil).
Mungkin disajikan sebagai P dan Q (di mana “P” adalah melambangkan proposisi
dalam klausa pertama dan “Q” yang kedua).
Mengawali dari observasi yang paling umum,
Grice mengajukan sebuah prinsip umum bahwa partisipan diharapkan mengobservasi:
“Buatlah sumbangan percakapan anda sedemikian rupa sebagaimana diharapkan, pada
tingkat percakapan yang bersangkutan, oleh tujuan percakapan yang lazim/
diketahui/ disepakati atau oleh arah percakapan yang sedang anda ikuti.
“Prinsip ini diberi nama prinsip kerja sama (PK).
Yang menandai dari sebuah implikatur
adalah mereka harus dapat dipertimbangkan oleh mitra tutur. Grice
mendeskripsikan proses tersebut sebagai berikut:
Untuk memahami implikatur percakapan
definite eksis, mitra tutur akan mempercayakan data berikut:
1)
makna lazim dari kata-kata yang digunakan
bersama-sama dengan identitas dari beberapa referensi atau keterangan yang
mungkin terkait.
2)
PK dan maksim-maksimnya
3)
Konteks, linguistik atau dengan cara lain
dari tuturan
4)
Hal-hal lain tentang latar belakang
pengetahuan
5)
Fakta (fakta yang diduga) bahwa semua hal
yang relevan berkenaan dengan masalah sebelumnya yang ada pada kedua partisipan
dan kedua partisipan mengetahui atau menerimanya sebagai kasus.
1. Acuan Peristilahan: Proses Pragmatic Dalam Wacana
Pragmatik model grice memberikan sebuah
cara untuk menganalisi inferensi makna penutur:bagaimana mikra tutur menduga
maksud yang mendasari tuturan penutur.ini tidak dimaksudkan sebagai ancangan
pada analisis wacana misalnya, untuk tahapan tuturan. Dalam bab ini, saya
menunjukkan bagaimana PK dapat membantu menetapkan cara informasi dari satu
tuturan memberikan sumbangan pada makna tuturan yang lain dengan (cara)
demikian menambah makala pada pengetahuan tentang hubungan antar tuturan.
2. Analisis Sampel : Tahapan Acuan Dalam Cerita
Analisis sampel dalam bagian ini berdasarkan pada ekspresi ekspresi
penunjuk dalam wacana khusus dalam sebuah narasi. Setelah menyajikan narasi
atau cerita.
C. Definisi Analisis Percakapan
Analisis percakapan (coversation analysis,
selanjutnya disingkat AP) merupakan salah satu pendekatan analisis wacana dalam
disiplin ilmu soiologi. AP dipelopori oleh Harold Garfinkel yang dikenal juga
sebagai bapak sosiologi. AP berakar dari pendekatan yang telah dikembangkan
sebelumnya, yaitu etnometodologi (yang dipengaruhi fenomenologi Alfred Schutz).
Namun, AP berbeda dengan cabang sosiologi lainnya karena AP bukan menganalisis
pranata sosial itu sendiri, melainkan menemukan bagaimana cara anggota masyarakat
membentuk hakikat dari sebuah pranata sosial.
Dalam praktik analisisnya, AP
memperhatikan masalah pranata sosial dan cara kerja bahasa dalam membentuk
pranata sosial serta cara konteks sosial membentuk bahasa. AP mirip dengan
etnografi komunikasi dalam kaitannya dengan pengetahuan manusia. Pendekatan itu
juga berfokus pada analisis detail ujaran tertentu. Namun, AP memiliki asumsi,
metodologi (termasuk terminologi), dan kerangka teoretisnya sendiri.
AP juga perlu dibedakan dengan analisis
pragmatik. Memang, pragmatik (yang di dalamnya ada konsep speech act) menganalisis percakapan, tetapi analisis itu didasarkan
pada pengertian bahwa percakapan itu didasarkan pada pengertian bahwa
percakapan itu merupakan serangkaian “discrete acts” (kejadian yang berbeda
satu dengan yang lainnya). Metode itu memokuskan diri pada interpretasi ucapan
dan bagaimana penjelasan tentang aspek penggunaan bahasa dapat dimasukkan ke
dalam mode gramatik. Oleh karena itu pula, teori tentang “speech act” digunakan
pula oleh pakar semantik generatif dalam menganalisis bahasa (lihat Yule, 2006;
Gordon dan Lakoff, 1971).
AP berakar dari etnometodologi. Istilah
etnometodologi digunakan oleh Garfinkel (1974) dalam analisis lintas budaya
yang berkaitan dengan cara-cara bertindak (doing)
dan apa yang diketahui (knowing)
(dalam Schffrin, 1994:233). Apa yang diketahui tidak hanya terbatas pada
pengetahuan secara sempit, tetapi juga meliputi kebiasaan yang ada. Alasan
penggunaan istilah di atas pada prinsipnya sama dengan pengertian etnometodologi
itu sendiri. Pakar pendekatan itu berkeyakinan bahwa percakapan merupakan suatu
aktivitas yang diatur oleh aturan (rulegoverned). Percakapan itu bukanlah
aktivitas yang acak (random) maupun
tak bertujuan (aimless), melainkan suatu aktivitas yang memperagakan
keteraturan (regulaty) dan pola (patterns) (Marcellino, 1993:60).
Istilah etnometodologi itu sendiri berasal
dari penelitian Garfinkel yang bahwa “metodologi” dalam etnometodologi
mempunyai arti mengatur pertimbangan yang sesuai dengan konsep tertentu dengan
bukti yang kuat, penjelasan yang masuk akal, dan sebaganinya. Oleh Garfinkel
etnometodologi merujuk pada pengertian “a
social actor’s, or community’s. Own lay methodology” (Taylor dan Cameron,
1987:101).
Penelitian etnometodologi menghindarkan
penyianagan (idealizations) dan membantah bahwa apa yang dihasilkan adalah
suatu perlambangan (typification), yaitu hanya berdasarkan aturan
interaksi/organisasi percakapan yang diatur. Hasil itu didasarkan pada
kenyataan bahwa walaupun bahasa adalah alat untuk membentuk kategori yang
berterima (common sence categories),
tetapi sebaliknya makna dan penggunaan tuturan tertentu masih dapat
dinegosiasikan dan tidak dapat ditentukan secara eksak. Artinya kaitan antara
kata-kata dan objek merupakan masalah kajian hubungan dunia sosial (lingkup
sosial) dan aktivitas di mana kata-kata tersebut digunakan.
Analisis percakapan sebagai metode
etnometodologi, menganalisis aturan sosial dan menemukan metode yang digunakan
anggota masyarakat untuk menghasilakn makna aturan sosial. Analisis percakapan
lebih menawarkan solusi untuk masalah yang berpusat pada pergantian atau
transisi dalam berkomunikasi yang
operasinya dapat ditunjukkan dalam pembicaraan yang nyata. Analisis AP dicontohkan
dengan cara kerja “there + BE + ITEM” yang mengizinkan sebutan pertama, sebutan
berikutnya dan hanya sebutan dalam kaitannya dengan pasangan berdekatan,
pemberian giliran, dan manajemen topik yang kesemuanya sebagai kemajuan tuturan
dalam mengungkap distribusi dan fungsi-fungsi interaksional fenomena
percakapan.
AP adalah percakapan sebagai peristiwa
aktual, dengan cara percakapan direkam tanpa rekayasa, hasil rekaman
ditranskrip sebagaimana adanya. Tiga asumsi AP, yaitu (a) interaksi yang
diorganisasi secara struktural, (b) kontribusi terhadap interaksi yang
berorientasi kontekstualitas, dan (c) dalam interaksi tidak terdapat
urut-urutan pembicara, eksidental bahkan tidak relevan (tidak ada
typification). Kemudian, dalam AP juga ada dua perspektif yang harus
diperhatikan, yaitu (a) organisasi percakapan dan (b) tema-isi percakapan
(bagaimana tema pembicaraan dibahas, apakah pembicaraan membentuk sebuah benang
merah atau malah tidak relevan dengan tema).
Meskipun percakapan umumnya berlangsung
secara berpasangan, ada cara yang memungkinkan diperluasnya pasangan, yaitu
sebelum diawali (lihat Achegloff 1980;Levinson 1983: 345-64), setelah selesai
(lihat Fox 1987: 23-8), atau bahkan persisi ketika berlangsung percakapan
berpasangan (lihat Jefferson 1972). Persoalan penting yang mendasari percakapan
adalah masalah “distribusi”, yaitu bagaimana penutur menempatkan giliran ketika
berbicara? Bagaimana mereka tahu kapan diperkirakan orang akan berbicara dan
mitra tutur harus diam? Bagaimana orang atau kapan harus berhenti berbicara,
dan mitra tutur harus mulai berbicara, dengan sekecil mungkin jarak pertuturan
dan jarak bertutur bersamaan antara giliran?
AP menawarkan solusi terhadap masalah itu
(dan yang sejenisnya) seputar ganti-giliran dalam percakapan; sebuah solusi
yang prosesnya teramati ketika sedang berlangsung percakapan. Solusi tersebut
merupakan “seperangkat aturan dasar yang mengatur formasi giliran, memberikan
alokasi giliran berikutnya pada suatu kelompok percakapan, sehingga memperkecil
jarak perututran dan jarak bertutur bersamaan” [Sacks (1974) dalam Schiffrin,
1994:238).
Ringkasnya, fokus AP adalah percakapan
sebagai peristiwa aktual, dengan cara percakapan direkam tanpa rekayasa, hasil
rekaman ditranskip sebagaimana adanya, AP tidak mengakui penyiangan sebagai
dasar, baik bagi ilmu sosial maupun kebiasaan manusia dalam bertindak.
Dikemukakan oleh Sacks (1984) bahwa banyak penyiangan dalam ilmu sosial
menghasilkan konsep yang bersifat umum sehingga mengakibatkan ketidakjelasan
dan ketidakpastian hubungan khusus dalam rentetansuatu peristiwa (dalam
Schiffrin, 1994:234). Pada prinsipnya, konteks perlakuan AP masih didasarkan
pada etnometodologi. Walaupun demikian,
dalam membuat transkip percakapan, AP tidak terlalu memperhatikan hubungan
sosial atau konteks sosial, seperti identitas sosial, latar, dan stribut
personal (Schffrin, 1994:235).
Heritage (1984) mengemukakan tiga sumsi AP
, yaitu (a) interaksi yang diorganisasi secara struktural, (b) kontribusi
terhadap interaksi yang berorientasi kontekstualitas, dan (c) dalam interaksi
tidak terdapat urutan-urutan pembiacara, eksidental bahkan tidak relevan (tidak
ada typification) (lihat Schffrin, 1994:236). Pada sumber lain dikemukakan
bahwa ada sua perspektif yang harus diperhatikan dalam AP, yaitu (a) organisasi
percakapan dan (b) tema isi percakapan (bagaimana tema pembicaraan membentuk
sebuah benang merah atau malah tidak relevan dengan tema).
Schffrin (1994) juga mengemukakan salah
satu struktur percakapan yang perlu diperhatikan adalah pasangan berdekatan
(adjacency pairs), yaitu dua tuturan yang berpasangan/berdekatan dituturkan
oleh dua pembicara secara berurutan (sebagai bagian pertama dan bagian kedua)
sehingga bagian pertama memerlukan bagian atau jarak khusus dari bagian kedua.
Perhatikan contoh berikut.
1.) Analisis Sample: “There + BE + ITEM”
Pendekatan analisis percakapan terhadap
wacana memerhatikan bagaimana partisipan dalam pembicaraan membangun sokusi
sistematis pada masalah pengaturan secara berulang-ulang. Di antara banyak
masalah yang dipecahkan adalah membuka dan menutup pembicaraan, pengambilan
giliran, perbaikan, pengaturan topik penerima informasi, dan menunjukkan
persetujuan dan ketidaksetujuan. Solusi atas masalah itu ditemuka melalui
analisis ketat terhadap bagaimana partisipan itu sendiri berbicara dan dari
aspek apa dari pembicaraan yang mereka bahas: analisis percakapan menghindari
penempatan setiap kategori (apakah sosial atau linguistik) yang memiliki
relevansi terhadap partisipan sendiri yang tidak ditunjukkan dalam pembicaraan
nyata. Analisis harus menunjukkan bahwa aspek pembicaraan sangat bervariasi
(Heritage 1984; Pomerants 1984), koreksi kesalahan (Jefferson 1974, tertawa
(Jefferson 1979), diam (Jefferson 1989), dan struktur sintaksis (Ford dan
Thompson 1986; Goodwin (1979) releva terhadap pengelolaan percakapan yang
sedang berlangsung.
(1) Contoh adanya
kontruksi there yang digunakan oleh penanggungjawab perpustakaan (P) untuk
membuka sebuah pertanyaan selama wawancara dengan pustakawan. Kontruksi there
memfokuskan butir (item) yang dicari (P).
Contoh (1): P: (J)
There used to be a monthly report that comes from S-securities Excange
Commission..on insider’s transactions.
(biasanya ada laporan bulanan dari Komisi Pertukaran Keamanan
tentang transaksi orang dalam).
(L): (k) UH huh
(uh huh(tidak...tidak)
P: (l) and many years ago you used to carry it.
(dan beberapa tahun lalu kamu biasa membuatnya.)
(m)
and I haven’t seen it in a long time.
(dan saya sudah
lama tak pernah melihatnya.)
Pertanyaan dibuka
dengan there used to be: predikat ini tidak berarti apa-apa tetapi
keberadaannya (mendahului waktu berbicara) apa yang kami sebut ITEM. Deskripsi
ITEM P yang sedang ditanyakan mencakup sejumlah besar informasi di dalam frasa
benda: ketika publikasi data (monthly : bulanan), asalnya (Securities Exchange
Commission : Komisi Pertukaran Keamanan), dan topiknya (insider’s transactions
: transaksi orang dalam. Ketika P melanjutkan informasi tambahan tentang ITEM
ini (kapan dilakukan (1), pengetahuannya sendiri tersedia (m), namun, ITEM
dimunculkan melalui pronomina it. Jadi, keberadaan konstruksi there dalam (1)
mengawali rangkaian acuan (bab 6) dengan cara sebutan pertama tidak tentu
(indefinite) dan eksplisit (laporan bulanan) dan sebutan berikutnya tentu
(definite) dan tidak eksplisit.
Kami telah
mencatat bahwa riset analisis percakapan (khususnya diawali dan diteruskan oleh
sisiolog) secara tipikal memberi sedikit perhatian pada struktur linguistik itu
sendiri. Dalam praktiknya, saya tidak akan mengacu pada fokus analisis seperti
keberadaan konstruksi there, tetapi konstruksi There + BE + ITEM . penamaan
deskripsi ini memperbolehkan kita untuk mengabaikan apa yang sering dilihat
sebagai perbedaan struktur dan semantik di antara bentuk-bentuk lahir yang
berbeda dari konstruksi ini.
a.)
“Penyebutan,” “There + BE +
ITEM,” dan Pasangan Terdekat
Percakapan secara khusus terjadi dalam
model berpasangan, anti organisasi percakapan yang mendasar adalah urutan
percakapan bagi dua. Sistem pasangan dapat juga mengalami modifikasi. Namun,
pasangan pendahuluan dapat diperluas sebelum, setelah selesai, atau bahkan
selama pasangan dibentuk. Perluasan organisasi pasangan terdekat mendukung ide
bahwa pasangan terdekat merupakan pusat pelaksanaan urutan.
Bagian ini mempertimbangkan bagaimana
penyebutan pertama dan penyebutan berikutnyadari sebuah ITEM disajikan dalam
“there + BE + ITEM” yang dikaitkan dengan organisasi pasangan terdekat. “There
+ BE + ITEM” ditemukan dalam dua jenis pasangan pertanyaan/jawaban (Q/A) yang
disisipkan dalam pembicaraan, baik sebagai pra urutan ataupun penyisipan
urutan.
b.) “There + BE + ITEM” dan Organisasi Giliran
pada Berbicara
Bagian ini terfokus pada sumber utama
struktur dan pengaturan berbicara: struktur pertukaran menciptakan kebutuhan
untuk pergantian giliran. Penggunaan “there + BE + ITEM” itu peka atas
pengelolaan giliran individu dan bagaimana giliran dirancang bagi penerima:
kita menemukan preferensi “there + BE + ITEM” untuk menduduki satu unit
konstruksional giliran dan ditempatkan dalam posisi internal-giliran. Meskipun
bagian ini mengilustrasikan metode analisis percakapan dalam mempertimbangkan
cara yang mirip (lagi, kita sedang menempatkan alat-alat linguistik dalam
struktur percakapan), kendala yang ditentukan oleh sistem pertukaran giliran
adalah sangat berbeda dari yang ditentukan oleh sistem pasangan terdekat.
Pengamatan bahwa hampir semua contoh
dalam korpus tujuh puluh konstruksi “There + BE + ITEM” yang dipertimbangkan di
sini dihasilkan di bawah satu kontur intonasi berkelanjutan. Ingat bahwa kasus
yang berlanjut secara intonasional termasuk tidak hanya beberapa kata dan tidak
terbatas secara sintaksis pada transisi giliran (seperti contoh 12 di bawah
ini) tetapi juga yang lebih panjang dan terbatas rentang sintaksisnya dalam
transisi giliran (lihat contoh 13 di bawah ini).
(12)
There’s three
(ada tiga)
(13) There’s always something to do in a
home where there is a family.
(Selalu ada sesuatu untuk
dikerjakan di rumah yang ada keluarga).
Pembicaraan itu menghasilkan di bawah
satu intonasi berkelanjtan bahan itu mengambil kasus “There + Be + ITEM” yang
meluas melaumpaui transisi pembatas sintaksis giliran transisi yang menunjukkan
preferensi untuk “There + Be + ITEM” menjadi satu unit kontruksi giliran.
Dengan kata lain, contoh seperti (14) dapat dihasilkan secara aktual, tanpa
memotong-motong intonasi:
(14) because there wa homes over through
there that I knew like from a
kid.
(karena ada
rumah-rumah melewati sana yang saya ketahui seperti dari mainan)
Fakta
bahwa ujaran dihasilkan secara rutin di bawah satu intonasi berkelanjutan
(seperti dalam 14) menunjukkan sebuah preferensi untuk “There + Be + ITEM”
dikabarkan sebagai satu unit kontruksi giliran.
Analisis percakapan menemukan
secara khusus bukti lanjutan untuk sistem preferensi dengan membandingkan
struktur yang disenangi dengan pikiran-pikiran yang tidak disenangi biasanya.
Ditandai secara struktural dalam beberapa cara (Fomerantz 1984). Mari kita
mengamati beberapa contoh “There + Be + ITEM” yang tidak berkelanjutan secara
struktural dari cara lain yang menunjukkan bahwa contoh itu tidak disukai.
Berikut ini merupakan contoh dari data yang dianggap secara intonasional tidak
berkelanjutan.
c.) “There + BE + ITEM” dan Organisasi
Topik
Dalam bagian ini, kita
mendiskusikan bagaimana “There + BE + ITEM” dapat membantu mengelola masalah
ini. Saya memfokuskan pada peranan “There + BE + ITEM” alam Sacks (1972:15-16)
yang menyebutkan tahap transisi.
Transisi topik terhadap
mungkin dibangun dengan beberapa cara. Meskipun deskripsi Sacks tentang
pergeseran dari satu topik ke topik lain tidak memerlukan transisi leksikal
secara eksplisit, maka kemungkinan secara linguistik menandai transisi
bertahap, yaitu melalui repitisi (atau anaphora) dan ikatan metalingual
(seperti dalam “Speaking of that reminds me of (topik 2)”. Transisi kurang
eksplisit dapat mengurangi kejelasan penanda atau terkait dengan menginferensi
kategori yang berhubungan antara topik-topik tersebut. Dikusi tentang rumah
(topik 1), misalnya, dapat menjadi diskusi membagi level rumah (topik 1b).
Meskipun bermacam-macam topik yang berbeda yang mungkin berhubungan dengan atau
tanpa penanda eksplisit yang mengikat semua contoh berhasil sebagai transisi
dengan menyebutkan topik tanpa membuka atau menutup topik itu secara eksplisit.
Meskipun kita sedang
memberi pengantar dalam bagian ini masalah baru (diskusi tentang topik yang
berbeda) dengan solusi baru (tahap transisi topik, analisis kita terhadap
“There + BE + ITEM” dalam kaitannya dengan masalah ini dan solusi yang dapat
dikembangkan berdasarkan yang telah kita pelajari. Kita telah melihat lebih
dulu bahwa “There + BE + ITEM” dapat berimplikasi dalam dua arti secara
berurutan: itu dapat menangkap pembicaraan yang lalu dan menciptakan kelanjutan
untuk pembicaraan berikutnya. Langkah transisi topik adalah makna organisasi
urutan hasil karya masa lalu dan masa akan datang: mereka mengikuti apa pun
yang diperkenalkan pada apa yang baru saja dibicarakan (Sacks 1972:15-16).
Jadi, kita boleh berharap “There + BE + ITEM” untuk mengikuti tahap transisi
topik sederhana karena keduanya mengembangkan jenis implikatif yang berurutan.
Kita mulai dengan (24),
sebuah contoh yang mana topik 1 (“relief: pertolongan) secara eksplisit
disediakan lebih dulu dari topik 1a (“rumah sabub”), dan topik 1a-x (“a place
up on Francis Avenue”: ‘menempati pada jalan Raya prancis’). Topik 1 dan 1a-x
masuk pembicaraan melalui “There + BE + ITEM”.
Contoh 24 :
(a)
I mean, in them days there was no thing
as rek as relief
‘Maksud saya, pada zaman mereka tidak ada barang semacam seperti rel
seperti relief.’
(b)
You had to make a livin, y’know.
‘Kamu harus manecari nafkah, kamu tahu.’
(c)
And they had free soap houses.
‘dan mereka mempunyai rumah sabun gratis.’
(d)There’s
place up on Francis Avenue here, oh about three miles up.
‘ada suatu tempat di jalan Prancis, kira-kira 3 ml lebih.
(e)
That’s still in existence yet.
‘Hal ini masih ada.’
(f)
They se-they go in there and they make
give you soap, for free.
‘Mereka se-mereka masuk ke sana dan mereka memberi sabun gratis’.
Pembicaraan mulai
dengan kontruksi “There + BE + ITEM” yang mencatat selain keberadaan dari
“relief” (topik 1). Setelah memulai alternatif “relief” (cb) you had to make a
livin, y’know), dia menyatakan bahwa satu jenis bantuan adalah “free soap
houses” (rumah sabun gratis): and they had free soap houses (c). Meskipun free
soap houses” (topik 1a) merupakan seperangkat anggota “relef” kategori yang
lebih besar (topik 1), topik itu juga sebuah kategori yang dapat dikhususkan
lebih lanjut. Ini persis seperti yang terjadi pada (d) sampai (f): pembicara
menyebutkan dulu sebuah rumah sabun secara khusus (topik 1a-x) dengan format
“There + BE + ITEM” (d), dan menyediakan dua properti dan rumah sabun itu
(e,f). Jadi, “There + BE + ITEM) memberi pengantar topik 1 (“relief) dan
membantu menggeser topik dari 1a (“soap house”) sampai topik yang lebih khusus
1a-x (“a place up on Francis Avenue here”).
D. Definisi Analisis Variasi
Ancangan analisis
variasi digunakan dalam bidang linguistik. Banyak permasalahan yang tertuju pada
variasionis yaitu permasalahan yang sudah diketahui linguis pada umumnya,
misalnya dalam permasalahan perubahan linguistik. Riset variasionis terhadap
unit-unit dalam wacana yang membebani secara sistematis dan terpola memiliki
hubungan satu dengan yang lain. Ancangan variasionis pada “unit-unit” dalam
wacana dan cara-cara unit itu “memiliki hubungan” satu dengan lainnya, meliputi
metode-metode analisis untuk hubungan-hubungan tersebut.
Analisis variasi adalah
realitas sosial tetapi juga membawa pada sebuah pengertian mengapa narasi telah
memberikan sumber data yang segar untuk analisis: narasi adalah unit wacana
dengan susunan yang baik teratur yang bebas pada bagaimana mereka terlibat
dalam lingkup pembicaraan. Contoh narasi yaitu :
“Salah satu yang paling dramatis cerita bahaya kematian (danger-of-death)
yang dituturkan oleh seorang pensiunan pegawai pos pada Negara Bagian Timur.
Kakaknya dibacok kepalanya dengan pisau. Dia mengambil kesimpulan : Dan dokter
hanya berkata,”ini hanyalah dilebih-lebihkan” dan dia berkata,” dan kamu telah
mati.” (Labov, 1972b : 387).
Ancangan variasionis
pada wacana adalah ancangan linguistic yang mempertimbangkan konteks sosial
pada metodologi tertentu dan keadaan analisis meskipun unit wacana seperti
narasi adalah sensitif untuk konteks sosial yang diceritakan dan pokoknya dari
nilai pembicara dan pengalaman yang subjektif, struktur cerita dapat dianalisis
terpisah dari caranya dan ditempatkan secara lokal. Analisis variasionis dari
wacana lainnya daripada narasi menunjukkan perpisahan yang sama antara bahasa
dan kehidupan sosial- keengganan untuk menghubungkan dua sistem dasar yang
saling berhubungan (bandingkan, sosiolinguistik interaksi, etnografi
komunikasi, analisis percakapan).
1)
Analisis Sampel: “Daftar” sebagai Teks
Analisis ini yaitu terpusat pada
kategori-kategori dan anggota kelompok. Ini dimaksudkan untuk menguraikan
struktur daftar-daftar, tetapi juga menyarankan perbandingan struktur tekstual
sebagai penerapan analisis variasi sebagai bentuk perbandingan dan struktur
dalam teks-teks yang lainnya.
· Struktur temporer
Struktur temporer
sebagai kriteria utama dalam mendefinisikan narasi, informasi temporer (apa
yang terjadi). Kesimpulan dari itu adalah secara luas presentasi yang
berkesinambungan dari dua klausa dalam percakapan. Cara yang lain, interpretasi
dari narasi sebagaian besar terletak pada penataan waktu yang ada (periode
waktu dalam hubungannya dengan sesuatu yang dapat diasumsikan telah terjadi.
(3) ilustrasi ( ini adalah contoh satu klausa yang statis dari narasi
secara sederhana karena predikat statis begitu umum dalam “list”)
3. (a) And then, an uh, you rode
twenty miles one way
(a) ‘Dan “then”, dan
“uh”, kamu bersepeda 20 miles sekali jalan’
(b) and
then uh there was on old deserted ranch house there.
(b) ‘dan “then uh”, ada sebuah rumah peternakan tua yang telah
ditinggalkan disana’.
(c) and that’s where I-we used to
meet the other fellow Comin’ from the other direction
(c) ‘dan itulah tempat dimana saya, kita biasa bertemu kawan yang datang dari
tempat lain’.
“Rode twenty miles” dalam kalimat (a)
adalah sebuah predikat prestasi sedangkan kalimat (b) adalah suatu pernyataan
(bagian dari predikat eksistensial, digunakan seringkali dalam daftar). Kita
menginterpretasikan keberadaannya dalam hubungannya dengan tindakan pembicara
sebelumnya. Yaitu kita berpendapat bahwa dia mengamati/melihat rumah tersebut
setelah dia bersepeda 20 miles (jarak yang tertulis di (a), dengan pengertian
bahwa ada sebuah rumah peternakan tua yang sudah tidak terpakai, hampir seperti
prestasi seolah-olah si penutur telah memerhatikan rumah tersebut atau dia
sedang menyampaikan pengamatannya kepada mitra tutur.
·
Struktur Deskriptif
Deskriptif dalam narasi
khususnya ditempatkan pada latar belakang fungsi “orientasi”. Pengenalan pada
siapa yang hadir, dimana sesuatu terjadi, kapan sesuatu terjadi, sering kali
mendahului kegiatan narasi itu sendiri. Orientasi naratif mungkin jugta
ditambahkan dalam tindakan yang lebih luas, dan dalam hal ini mungkin mempunyai
fungsi evaluasi deskriptif (“and”/ “or”).
5
(a) see, Every five miles they had
a little stone.
‘Lihat, setiap 5 mile mereka mendapati
kerikil (mendapat rintangan’)
(b) Say on one side was mexico and
the other side was the Us Y know?
‘Di satu sisi mexico dan sisi lain Amerika
Serikat, tahukan?’
(c) And then, and uh, you rode
twenty miles one way.
‘Dan kemudian, dan uh, kamu berkendaraan 20 miles sekali jalan’
Klausa (a) dan (b)
dibatasi latar belakang anak kalimat situasi deskriptif yang statis relevan
bagi periode waktu yang terbatas dalam penyampaian/ pelaporan pengal;aman.
Pernyataan dalam kalimat 5 juga menyatakan sebagai petunjuk. Mereka adalah
lokasi yang digunakan penutur sebagai dasar orientasi aktivitas berikutnya. (c)
jadi orientasi anak kalimat no 5 mempunyai relevansi yang terbatas dalam cerita
tersebut, mereka adalah lokasi yang sangat penting bagi aktivitas berikutnya
yang kembali pada aturan sementara dari cerita.
2)
Ancangan Wacana Analisis Variasi
Ancangan wacana dalam analisis variasi berasal dari
studi perubahan dan variasi linguistik. Analisis tersebut berfokus pada
pembatasan sosial dan varian linguistik secara semantik, ancangan tersebut juga
diperluas ke arah teks. Dalam hal ini, terdapat dua level analisis yang
dilakukan, yaitu membandingkan tipe teks dan menganalisis variasi di dalam
teks. Jadi, dalam analisis variasi ini melihat unsur dalam teks itu sendiri dan
konteks yang mendukung teks tersebut. Unit dasar narasi adalah peristiwa
sedangkan unit dasar daftra adalah kesatuan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
narasi berkaitan dengan unsur konteks sedangkan daftar bekaitan dengan unsur
linguistik atau bahasanya, misalnya fonologi, morfologi, sintaksis atau dapat
juga dikatakan berkaitan dengan kohesi dalam wacana. Hal ini perlu diperhatikan
agar wacana yang diproduksi dapat dipahami oleh mitra tutur.
Hal ini karena teks terbangun dari konstituen
linguistik yang memiliki hubungan formal antara satu dengan yang lainnya
sehingga terciptanya teks yang koheren dalam sebuah interaksi. Hasil
menunjukkan bagaiman perbedaan sintaksis dan semanti di antara item linguistik
merefleksikan struktur teks, namun apa yang terlihat sama sebagai satu level
sintaksis sebenarnya berbeda dalam level teks. misalnya seperti yang terdapat
pada materi sebelumnya tentang tindak tutur dalam kalimat “Anda ingin permen”,
dapat berperan sebagai perminataan informasi, atau sebagai penawaran, atau
sebagai sebuah pertanyaan. Dalam suatu wacana, antar kalimat dalam teks sangat
terkait dengan makna referensial (makna yang sebenarnya) atau makna fungsional
(terkait dengan makna secara pragmatik sesuai konteks).
Faktor-faktor sosial dan linguistik yang membatasi
variasi linguistik. Dalam menghasilkan teks lisan tentunya sangat ditentukan
oleh intonasi sebagaimana pernah dibahas pada bab sebelumnya, agar apa yang
disampaikan dapat dipahami dengan baik, kapan digunakan intonasi naik dan kapan
digunakan intonasi turun (apakah ujaran yang disampaikan merupakan suatu
pertanyaan atau pernyataan) agar tidak terjadi keraguan pada mitra tutur. Dalam
analisis variasi juga berkaiatan dengan interaksional dan situasional dalam
teks, mengedepankan “faktor” bagaimana wujud suatu teks terkait secara
linguistik dan sosial.
E. Penutup
Dari beberapa penjelasan
diatas mengenai bahwa ancangan kajian wacana terdiri dari enam yaitu
tindak tutur, etnografi komunikasi, sosiolinguistik interaksional, kajian
pragmatik, analisis percakapan, dan analisis variasi. Di sini kami membahas
hanya membahas pragmatik, analisis percakapan dan analisis variasi. Pragmatik adalah studi tentang bagaimana
menggunakan atau mengikutsertakan pemakai tanda atau penerima tanda pada saat
memaparkan (pengonstruksikan dari interpretan) tanda itu sendiri. Ada 2 konsep pokok dalam kajian pragmatic menggunakan model Grice yaitu
makna tutur dan prinsip kerjasama.
Sumber :
Schiffrin, Deborah. Approaches to Discourse. USA:
Blackwell Publishing, 1994.
1]Deborah Schiffrin, Approaches to Discourse (USA:
Blackwell Publishing, 1994), h. 232.
[2]Talbot J. Taylor dan Deborah Cameron, Analysing
Conversation (Oxford: Pergamon Press,1987), h. 101.
[3]Deborah Schiffrinh, op.cit., h. 239
Tidak ada komentar:
Posting Komentar