Resum Wacana Bahasa
Indonesia
Pengertian dan hubungan
Teks, Ko-Teks, dan Konteks
Oleh : Ratna Agustin
A.
Pendahuluan
Perihal wacana
dalam bidang kebahasaan wacana merupakan unit yang paling besar diantara
unit-unit lainnya, dalam wacana sendiri dibentuk melalui srtuktur kalimat yang
salig berhubungan satu sama lainnya, kalimat yang telah dirangkai oleh penulis
aka membentuk teks, dalam teks pula terdapat koteks juga konteks. Teks,
karena teks merupakan perwujudan dari wacana. Teks bukan hanya merupakan wacana
tulis, tetapi juga wacana lisan. Disisi lain perlu dipahami bahwa tidak semua
teks mengandung wacana, akan tetapi setiap wacana pasti merupakan suatu teks.
Terkait dengan syarat wacana, selain harus memuat teks maka juga harus ada
unsur lain yakni ko-teks dan konteks.
B.
Pengertian
Teks, Ko-Teks, dan Konteks
1.
Teks
Pengertian teks menurut
Kridalaksana (2011:238) menjabarkan teks adalah suatu ujaran yang dihasilkan
berdasarkan tindak tutur berupa kalimat, kata dan lainnya dalam satuan bahasa
lengkap yang bersifat abstrak. Teks dapat diwujudkan dalam percakapan maupun
transkirp tertulis seperti yang erdapat pada novel atau puisi
(Fairclough,1995:4). Oleh sebab itu, teks merupakan kesatuan bahasa yang
memilliki kesatuan bentuk lisan dan tulisan dari penyampai pesan kepada
penerima pesan. Terkait hubungan dengan wacana.
Pengertian mengenai teks menurut Luxemburg
(1989) dan Kridalaksana(2011:238) dalam
kamus linguistik secara garis besar keduanya menyatakan bahwa teks merupakan
bahasa yang berbentukmtertulis yang didalamnya terdapat kalimat (sintaksis) dan
berupa ujaran atau tindak tutur (Pragmatik).
Komunikasi baik lisan maupun tertulis
seharusnya dapat dimengerti oleh penerima pesan, agar pesan yang disampaikan
tidak mengalami kesalahfahaman. Oleh karena itu pentingnya mempelajari
ciri-ciri teks, berikut penjelasannya:
a.
Kohesi:
kesatuan makna
Contohnya: kohesi
gramatikal: konjungsi temporal=”lalu”
b. Koherensi: kepaduan
kalimat (keterkaitan antarkalimat)
Contohnya: ada hubungan alasan-sebab.
2.
Ko-teks
Kridalaksana (2011 :
137) ko-teks diartikan sebagai kalimat atau unsur-unsur yang mendahului dan/atau mengikuti sebuah unsur lain dalam
wacana. Ko-teks tidak hanya berupa kalimat dan paragraf yang lengkap, tetapi
juga dapat berupa frase atau kata. Teks dan ko-teks mempunyai kedudukan yang
sama bahkan bisa secara terpisah dalam suatu teks. Frasa “selamat datang” saat
melewati suatu kota pasti ditutup dengan kalimat “sampai jumpa”, dua frasa
tersebut merupakan hubungan timbal balik yang saling melengkapi. Pada contoh
lain bisa saja suatu wacana tidak secara tersurat tertulis misalkan saja “tutup
pntunya”, orang yang mendengar kalimat tersebut akan mencari pintu terdekat dan
menutupnya. Teks ini juga dapat dikatakan memiliki ko-teks karena adanya timbal
balik dari kalimat yang diucapkan walau tidak tertulis.
Secara sepintas ko-teks
dan kohesi terlihat sama yakni menunjuk pada suatu yang ada pada wacana. Jika
dijabarkan bahwa teks memiliki kedudukan
ha pir sama dengan teks dan bersifat sebab akibat, sedangkan kohesi hanya
berupa hubungan yang mereferensi pada sesuatu yang belum tentu timbal balik. Lebih
spesifik lagi bahwa kohesi merujuk pada kata ganti orang, benda, subtitusi,
repetisi dan kolokasi.
3.
Konteks
Konteks merupakan aspek
lingkungan yang secara fisik atau sosial kait mengkait dalam suatu ujaran atau
teks yang muncul (Kridalaksana, 2011 : 134) konteks juga dapat menjadi sebab
atau yang melatarbelakangi suatu dialog. Suatu wacana atau paragraf masih harus
ada keterkaitan unsur-unsur dalam satu konteks untuk dapat dipahami bersama.
Kleden (dalam Sudaryat, 2009:141) mengatakan konteks adalah ruang dan waktu
yang spesifik yang dihadapi seseorang atau kelompok orang. Halliday (1994 : 6)
mengemukakan bahwa konteks adalah teks yang menyertai teks. Artinya konteks itu
hadir menyertai teks.
Berikut penjelasan mengani macam-macam konteks
:
a.
Konteks Situasi
Halliday & Hasan
(1994) mengatakan yang dimaksud dengan konteks situasi adalah
lingkungan langsung tempat teks itu benar-benar berfungsi. Atau dengan kata
lain, kontek situasi adalah keseluruhan lingkungan, baik lingkungan tutur
(verbal) maupun lingkungan tempat teks itu diproduksi (diucapkan atau ditulis).
Hymes dalam Brown & Yule (1983: 38-39)
memberi penjelasan lebih rinci mengenai ciri-ciri konteks yang relevan dalam
konteks situasi, yaitu:
a.
Pembicara/Penulis
(Addressor)Pembiacara atau penulis adalah seseorang yang
memproduksi/menghasilkan suatu ucapakan.
b.
Pendengar/pembaca
(Addresse)Pendengar/pembaca adalah seseorang yang menjadi
mitra tutur/baca dalam suatu berkomunikasi atau dapat dikatakan seseorang yang
menjadi penerima (recepient) ujaran.
c.
Topik
pembicaraan (Topic)Mengetahui topik pembicaraan, akan mudah bagi
seseorang pendengar/pembaca untuk memahami pembicaraan atau tulisan.
d.
Saluran (Channel)Selain
partisipan dan topic pembicaraan, saluran juga snagat penting di dalam
menginterpretasikan makna ujaran. Saluran yang dimaksud dapat secara lisan atau
tulisan.
e.
Kode (Code)Kode yang
dimaksud adalah bahasa, dialek atau gaya bahasa seperti apa yang digunakan di
dalam berkomunikasi. Misalnya, jika saluran yang digunakan bahasa lisan.
f.
Bentuk Pesan (Message
Form)Pesan yang disampaikan haruslah tepat, karena
bentuk pesan ini bersifat penting.
g.
Peristiwa (Event)Peristiwa tutur
tentu sangat beragam. Hal ini ditentukan oleh tujuan pembicaraan itu sendiri
h.
Tempat dan
waktu (Setting)Keberadaan tempat, waktu, dan hubungan antara
keduanya, dalam suatu peristiwa komunikasi dapat memerikan makna tertentu. Di
mana suatu tuturan itu berlangsung; di pasar, di kantot, dan lainna.
Demikian juga, kapan suatu tuturan itu berlangsung; pagi hari, siang
hari, suasana santai, resmi, tegang, dan lainnya.
b.
Konteks Pengetahuan
Schiffirin
(2007: 549) mengatakan bahwa teori tindak tutur dan pragmatik memandang konteks
dalam istilah pengetahuan, yaitu apa yang mungkin bisa diketahui oleh antara
si pembicaradengan mitra tutur dan bagaimana pengetahuan tersebut
membimbing/menunjukkan penggunaan bahasa dan interpretasi tuturannya
C.
Hubungan
antara Teks, Ko-teks dan Konteks
Berdasarkan definis diatas dapat
dijelaskan bahwa hubungan antara teks, ko-teks dan konteks saling berkaitan
satu sama lainnya untuk membentuk suatu wacana yang lengkap. Konteks dalam
wacana terdiri dari konteks linguistik, konteks situasi, dan konteks budaya.
Konteks linguistik yakni unsur-unsur dalam kalimat dan paragraf. Konteks
situasi yakni keadaan suatu ujaran itu muncul. Konteks budaya yakni faktor
umur, jenis kelamin, dan sosial.
Dapat
dicontohkan pada suatu kalimat “hati-hati banyak anak kecil, terimakasih”.
Kalimat ini biasanya muncul pada suatu
jalan atau gang, walau pada saat kita melewati tempat tersebut tidak ada
anak-anak yang lalu lalang. Dari kalimat ini dapat dijabarkan bahwa unsur teks
yakni keseluruhan kalimat. Unsur ko-teks yakni ucapan “terimaksih”. Unsur
konteks yakni lingkungan dimana kalimat itu muncul misal lokasi ersebut
merupakan perkampungan atau ada sekolahan.
D.
Kesimpulan
Berdasarkan beberapa pendapat
disimpulkan bahwa teks adalah suatu kesatuan bahasa baik lisan maupun tulisan
yang memiliki isi dan bentuk yang saling
berkaitan. Ko-teks diartikan sebagai kalimat atau unsur-unsur yang mempunyai
keterkaitan atau kesejajaran dengan teks
yang didampinginya (teks lain). Konteks adalah ruang dan waktu yang meliputi
lingkungan fsik dan sosial tertentu dalam memahami suatu teks, yakni kejadian-kejadian nonverbal atau keseluruhan teks itu.
Sumber :
Kridalaksana,
Harimurti. (2011). Kamus Linguistik Edisi
Keempat. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Sudaryat
, Yayat. (2009). Makna dalam Wacana
Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik. Bandung: CV Yrama Widya
Fairclough,
Norman. (1995). Critical Discourse Analysis. New York: Longman Group Limited
terima kasih artikelnya, bermanfaat untuk referensi ada sumbernya lagi,....Sukses Slalu buat Ratna Agustin.. Aamiin
BalasHapus