Selasa, 03 April 2018

TEKS, KOTEKS DAN KONTEKS



Resum Wacana Bahasa Indonesia
Pengertian dan hubungan Teks, Ko-Teks, dan Konteks
Oleh : Ratna Agustin
A.    Pendahuluan
Perihal wacana dalam bidang kebahasaan wacana merupakan unit yang paling besar diantara unit-unit lainnya, dalam wacana sendiri dibentuk melalui srtuktur kalimat yang salig berhubungan satu sama lainnya, kalimat yang telah dirangkai oleh penulis aka membentuk teks, dalam teks pula terdapat koteks juga konteks. Teks, karena teks merupakan perwujudan dari wacana. Teks bukan hanya merupakan wacana tulis, tetapi juga wacana lisan. Disisi lain perlu dipahami bahwa tidak semua teks mengandung wacana, akan tetapi setiap wacana pasti merupakan suatu teks. Terkait dengan syarat wacana, selain harus memuat teks maka juga harus ada unsur lain yakni ko-teks dan konteks.

B.     Pengertian Teks, Ko-Teks, dan Konteks
1.      Teks
Pengertian teks menurut Kridalaksana (2011:238) menjabarkan teks adalah suatu ujaran yang dihasilkan berdasarkan tindak tutur berupa kalimat, kata dan lainnya dalam satuan bahasa lengkap yang bersifat abstrak. Teks dapat diwujudkan dalam percakapan maupun transkirp tertulis seperti yang erdapat pada novel atau puisi (Fairclough,1995:4). Oleh sebab itu, teks merupakan kesatuan bahasa yang memilliki kesatuan bentuk lisan dan tulisan dari penyampai pesan kepada penerima pesan. Terkait hubungan dengan wacana.
Pengertian mengenai teks menurut Luxemburg (1989) dan Kridalaksana(2011:238)  dalam kamus linguistik secara garis besar keduanya menyatakan bahwa teks merupakan bahasa yang berbentukmtertulis yang didalamnya terdapat kalimat (sintaksis) dan berupa ujaran atau tindak tutur (Pragmatik).
Komunikasi baik lisan maupun tertulis seharusnya dapat dimengerti oleh penerima pesan, agar pesan yang disampaikan tidak mengalami kesalahfahaman. Oleh karena itu pentingnya mempelajari ciri-ciri teks, berikut penjelasannya:
a.      Kohesi: kesatuan makna
Contohnya: kohesi gramatikal: konjungsi temporal=”lalu”
b.      Koherensi: kepaduan kalimat (keterkaitan antarkalimat)
 Contohnya: ada hubungan alasan-sebab.

2.      Ko-teks
Kridalaksana (2011 : 137) ko-teks diartikan sebagai kalimat atau unsur-unsur yang mendahului  dan/atau mengikuti sebuah unsur lain dalam wacana. Ko-teks tidak hanya berupa kalimat dan paragraf yang lengkap, tetapi juga dapat berupa frase atau kata. Teks dan ko-teks mempunyai kedudukan yang sama bahkan bisa secara terpisah dalam suatu teks. Frasa “selamat datang” saat melewati suatu kota pasti ditutup dengan kalimat “sampai jumpa”, dua frasa tersebut merupakan hubungan timbal balik yang saling melengkapi. Pada contoh lain bisa saja suatu wacana tidak secara tersurat tertulis misalkan saja “tutup pntunya”, orang yang mendengar kalimat tersebut akan mencari pintu terdekat dan menutupnya. Teks ini juga dapat dikatakan memiliki ko-teks karena adanya timbal balik dari kalimat yang diucapkan walau tidak tertulis.
Secara sepintas ko-teks dan kohesi terlihat sama yakni menunjuk pada suatu yang ada pada wacana. Jika dijabarkan  bahwa teks memiliki kedudukan ha pir sama dengan teks dan bersifat sebab akibat, sedangkan kohesi hanya berupa hubungan yang mereferensi pada sesuatu yang belum tentu timbal balik. Lebih spesifik lagi bahwa kohesi merujuk pada kata ganti orang, benda, subtitusi, repetisi dan kolokasi.

3.      Konteks
Konteks merupakan aspek lingkungan yang secara fisik atau sosial kait mengkait dalam suatu ujaran atau teks yang muncul (Kridalaksana, 2011 : 134) konteks juga dapat menjadi sebab atau yang melatarbelakangi suatu dialog. Suatu wacana atau paragraf masih harus ada keterkaitan unsur-unsur dalam satu konteks untuk dapat dipahami bersama. Kleden (dalam Sudaryat, 2009:141) mengatakan konteks adalah ruang dan waktu yang spesifik yang dihadapi seseorang atau kelompok orang. Halliday (1994 : 6) mengemukakan bahwa konteks adalah teks yang menyertai teks. Artinya konteks itu hadir menyertai teks.
Berikut penjelasan mengani macam-macam konteks :
a.       Konteks Situasi
Halliday & Hasan (1994) mengatakan yang dimaksud dengan konteks situasi adalah lingkungan langsung tempat teks itu benar-benar berfungsi. Atau dengan kata lain, kontek situasi adalah keseluruhan lingkungan, baik lingkungan tutur (verbal) maupun lingkungan tempat teks itu diproduksi (diucapkan atau ditulis).
Hymes dalam Brown & Yule (1983: 38-39) memberi penjelasan lebih rinci mengenai ciri-ciri konteks yang relevan dalam konteks situasi, yaitu:
a.       Pembicara/Penulis (Addressor)Pembiacara atau penulis adalah seseorang yang memproduksi/menghasilkan suatu ucapakan.
b.      Pendengar/pembaca (Addresse)Pendengar/pembaca adalah seseorang yang menjadi mitra tutur/baca dalam suatu berkomunikasi atau dapat dikatakan seseorang yang menjadi penerima (recepient) ujaran.
c.       Topik pembicaraan (Topic)Mengetahui topik pembicaraan, akan mudah bagi seseorang pendengar/pembaca untuk memahami pembicaraan atau tulisan.
d.      Saluran (Channel)Selain partisipan dan topic pembicaraan, saluran juga snagat penting di dalam menginterpretasikan makna ujaran. Saluran yang dimaksud dapat secara lisan atau tulisan.
e.       Kode (Code)Kode yang dimaksud adalah bahasa, dialek atau gaya bahasa seperti apa yang digunakan di dalam berkomunikasi. Misalnya, jika saluran yang digunakan bahasa lisan.
f.       Bentuk Pesan (Message Form)Pesan yang disampaikan haruslah tepat, karena bentuk pesan ini bersifat penting.
g.      Peristiwa (Event)Peristiwa tutur tentu sangat beragam. Hal ini ditentukan oleh tujuan pembicaraan itu sendiri
h.      Tempat dan waktu (Setting)Keberadaan tempat, waktu, dan hubungan antara keduanya, dalam suatu peristiwa komunikasi dapat memerikan makna tertentu. Di mana suatu tuturan itu berlangsung; di pasar, di kantot, dan lainna. Demikian juga, kapan suatu tuturan itu berlangsung; pagi hari, siang hari, suasana santai, resmi, tegang, dan lainnya.
b.      Konteks Pengetahuan
Schiffirin (2007: 549) mengatakan bahwa teori tindak tutur dan pragmatik memandang konteks dalam istilah pengetahuan, yaitu apa yang mungkin bisa diketahui oleh antara si pembicaradengan mitra tutur dan bagaimana pengetahuan tersebut membimbing/menunjukkan penggunaan bahasa dan interpretasi tuturannya

C.    Hubungan antara Teks, Ko-teks dan Konteks
Berdasarkan definis diatas dapat dijelaskan bahwa hubungan antara teks, ko-teks dan konteks saling berkaitan satu sama lainnya untuk membentuk suatu wacana yang lengkap. Konteks dalam wacana terdiri dari konteks linguistik, konteks situasi, dan konteks budaya. Konteks linguistik yakni unsur-unsur dalam kalimat dan paragraf. Konteks situasi yakni keadaan suatu ujaran itu muncul. Konteks budaya yakni faktor umur, jenis kelamin, dan sosial.
Dapat dicontohkan pada suatu kalimat “hati-hati banyak anak kecil, terimakasih”. Kalimat ini  biasanya muncul pada suatu jalan atau gang, walau pada saat kita melewati tempat tersebut tidak ada anak-anak yang lalu lalang. Dari kalimat ini dapat dijabarkan bahwa unsur teks yakni keseluruhan kalimat. Unsur ko-teks yakni ucapan “terimaksih”. Unsur konteks yakni lingkungan dimana kalimat itu muncul misal lokasi ersebut merupakan perkampungan atau ada sekolahan.

D.    Kesimpulan
Berdasarkan beberapa pendapat disimpulkan bahwa teks adalah suatu kesatuan bahasa baik lisan maupun tulisan yang memiliki isi dan bentuk yang saling  berkaitan. Ko-teks diartikan sebagai kalimat atau unsur-unsur yang mempunyai keterkaitan atau kesejajaran  dengan teks yang didampinginya (teks lain). Konteks adalah ruang dan waktu yang meliputi lingkungan fsik dan sosial tertentu dalam memahami  suatu teks, yakni kejadian-kejadian nonverbal  atau keseluruhan teks itu.


Sumber :

Kridalaksana, Harimurti. (2011). Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Sudaryat , Yayat. (2009). Makna dalam Wacana Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik. Bandung: CV Yrama Widya
Fairclough, Norman. (1995). Critical Discourse Analysis. New York: Longman Group Limited

1 komentar:

  1. terima kasih artikelnya, bermanfaat untuk referensi ada sumbernya lagi,....Sukses Slalu buat Ratna Agustin.. Aamiin

    BalasHapus