Resum Wacana
Bahasa Indonesia
Prasarat Wacana :
Kohesi, Koherensi Dan Topik Wacana
Oleh : Ratna Agustin
A.
PENDAHULUAN
Istilah wacana berasal dari kata sanskerta yang
bermakna ucapan atau tuturan. Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak
disebut seperti halnya demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup.
Seperti halnya banyak kata yang digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak
menegtahui secara jelas apa pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada
yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada
juga yang mengartikan sebagai pembicaraan. kata wacana juga banyak dipakai oleh
banyak kalangan mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik,
komunikasi, sastra, dan sebagainya. Pembahasan wacana berkaitan erat dengan
bahasa keterampilan berbahasa terutama keterampilan berbahasa yang bersifat
produktif, yaitu berbicara dan menulis. Baik wacana maupun keterampilan
berbahasa, sama-sama menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.
B.
PEMBAHASAN
a)
Kohesi
Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan
bentuk secara structural membentuk ikatan sintaktikal. Konsep kohesif
sebenarnya mengacu kepada hubungan bentuk. Artinya unsur-unsur wacana (kata
atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan
secara padu dan utuh. Hanya dengan hubungan kohesif seperti itulah suatu unsur
dalam wacana dapat di interpretasikan, sesuai dengan ketergantungannya dengan
unsur-unsur lainnya. Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi
gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal artinya kepaduan bentuk
sesuai dengan tata bahasa. Kohesi leksikal artinya kepaduan bentuk sesuai
dengan kata.
Gutwisnky, 1976 : 26 (Tarigan, 2009 : 93),
kohesi merupakan organisasi sintaksis,
merupakan wadah kalimat-kalimat disususun secara padu dan padat untuk
menghasilkan tuturan. Hal ini berarti bahwa hohesi adalah hubungan antarkalimat
dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal
tertentu.
Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu
kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal artinya kepaduan
bentuk sesuai dengan tata bahasa. Kohesi leksikal artinya kepaduan bentuk
sesuai dengan kata.
1. Kohesi gramatikal meliputi:
a. Referensi (pengacuan), merupakan pengacuan
satuan lingual tertentu terhadap satuan lainnya. Di lihat dari acuannya,
referensi terbagi atas:
ü Referensi eksofora yaitu pengacuan satuan
lingual yang berada di luar teks wacana. Contoh: Itu matahari, kata itu pada
tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu “benda berpijar yang
menerangi alam ini”.
ü Referensi endofora yaitu pengacuan satuan
lingual yang berada di dalam teks wacana. Referensi endofora terbagi atas:
·
Referensi anaphora yaitu pengacuan satual lingual yang disebutkan
terlebih dahulu, mengacu yang sebelah kiri.
·
Referensi katafora yaitu pengacuan satuan lingual yang disebutkan
setelahnya, mengacu yang sebelah kanan.
b. Substitusi ( penggantian), diartikan sebagai
penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Substitusi dilihat
dari satuan lingualnya dapat dibedakan atas:
ü Substitusi nominal yaitu penggantian satuan
lingual dengan satuan lingual lain yang berupa kata benda. Contoh: Memang Soni
mencintai gadis itu. Wanita itu saja untuk menengok Nenek di desa.
ü Substitusi klausal yaitu penggantian satuan
lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang berupa klausa. Contoh:
Nida: jika perubahan yang dialami oleh azam tidak bisa diterima
dengan baik oleh orang-orang di sekitarnya, mungkin hal itu dikarenakan oleh
kenyataan bahwa orang –orang tesebut banyak yang tidak sukses seperti azam.
Barik : tampaknya
memang begitu!
ü Substitusi verbal yaitu penggantian satuan
lingual dengan satuan lingual lain yang berupa kata kerja. Contoh: Soni
berusaha menyembuhkan penyakitnya dengan berobat ke dokter kemarin sore.
Ternyata dia di vonis menderita penyakit kanker. Selain berusaha ke dokter, dia
juga tidak lupa berdoa dan selalu berikhtiar pada allah.
ü Substitusi frasa yaitu penggantian satuan
lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang berupa frasa. Contoh: Hari ini
hari minggu. Mumpung hari libur aku manfaatkan. Contoh: Tuhan selalu memberikan
kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-saat yang menentukan dalam
penyusunan skripsi ini. Terima kasih. Kalimat kedua yang berbunyi terima kasih
merupakan elipsis. Unsur yang hilang adalah subjek dan predikat. Kalimat
tersebut selengkapnya berbunyi: Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan,
ketika saya menghadapi saat-saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini.
Saya mengucapkan terima kasih.
c. Elipsis atau pelesapan, adalah pelesapan satuan
lingual tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya berasal dari Surakarta.
Pacarnya itu memang cantik, halus budi bahasanya, dan bersifat keibuan.
d. Konjungsi (perangkaian), adalah kohesi
gramatikal yang dilakukan dengan menghubungkan unsure yang satu dengan unsure
yang lain. Unsur yang dirangkai berupa kata, frasa, klausa, dan paragraf.
Macam-macam
konjungsi sebagai berikut:
ü Sebab-akibat. Konjungsi yang digunakan antara
lain: karena, sebab, makanya, sehingga, oleh karena itu, dengan demikian dan
sebagainya.
ü Pertentangan. Konjungsi yang digunakan yaitu
tetapi dan namun.
ü Kelebihan atau
eksesif ditandai dengan konjungsi malah.
ü Perkecualian atau eksepsif ditandai dengan
konjungsi kecuali.
ü Tujuan. Konjungsi yang digunakan yaitu: agar
dan sehingga.
ü Penambahan atau aditif. Konjungsi yang
digunakan yaitu: dan, juga, serta, selain itu.
ü Pilihan atau alternative. Konjungsi yang digunakan
yaitu atau dan apa.
ü Harapan atau optatif. Konjungsi yang digunakan
yaitu semoga, moga-moga.
ü Urutan atau sekuential. Konjungsi yang
digunakan yaitu setelah itu, lalu, kemudian, terus, mula-mula.
ü Syarat. Konjungsi yang digunakan yaitu: apabila
dan jika.
ü Cara. Konjungsi yang digunakan yaitu: dengan
cara.
2. Kohesi leksikal yaitu perpaduan bentuk dalam struktur kata. Kohesi leksikal meliputi:
a. Pengulangan atau repetisi
Repetisi merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hubungan
konsesif antar kalimat. Hubungan ini dibentuk dengan mengulang satuan lingual.
Contoh: Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita
tahu dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa
tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak
terbatas ini.
b. Sinonimi
Contoh: Hari pahlawan diperingati tiap 10 November. Mereka adalah
pejuang bangsa yang rela mengorbankan jiwa raga demi kesatuan Negara Republik
Indonesia. Jasa mereka selalu dikenang sepanjang masa.
c. Antonim
Contoh: Dalam rangka menyambut peringatan kemerdekaan Republic
Indonesia, warga setempat mengadakan kerja bakti. Bagi yang putri sebagian besar membawa sapu, sedangkan yang putra
membawa sabit. Tak ketinggalan pula nenek maupun kakek ikut serta meramaikan
peringatan tersebut.
d. Hiponim
Contoh: Setiap hari Anita menyiram bunga di taman. Bermacam-macam
bunga diantaranya mawar, melati, dahlia, dan anggrek.
e. Kolokasi
Contoh: Bermula dari goresan bolpoin pada selembar kertas namanya
sekarang tenar. Dari lembaran-lembaran kertas tersebut di gabung dalam satu
buku. Buku tersebut menjadi perbincangan banyak orang karena banyak dimuat
dalam majalah, koran, televisi. Berkat media massa, namanya menjadi terkenal.
Contoh: Setiap hari aku belajar dengan rajin. Bu Narti sebagai
guruku selain mengajarkan mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, beliau juga mengajarkan pendidikan moral.
b)
Koherensi
Koherensi adalah
pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu
untaian yang logis sehingga kita mudah memahami pesan yang dikandungnya (Wohl,
1978:25). koherensi adalah kekompakan hubungan antar kalimat dalam wacana.
Koherensi juga hubungan timbale balik yang serasi antar unsure dalam kalimat
(Keraf, 2005:30). Sejalan dengan hal tersebut Halliday dan Hasan (Mulyana,
2005:31) menegaskan bahwa struktur wacana pada dasarnya bukanlah struktur
sintaksis, melainkan struktur semantic, yakni semantic kalimat yang didalmnya
mengandung proporsi-proporsi. Sebab beberapa kalimat hanya akan menjadi wacan
sepanjang ada hubungan makna (arti) di antara kalimat-kalimat itu sendiri. Dari
penjabaran diatas, dapat sisimpulkan koherensi adalah penelitian atau jalinan
antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta
yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang
berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang
menghubungkannya.
Koherensi ini secara
mudah dapat diamati di antaranya dari kata hubung (konjungsi) yang dipakai
untuk menghubungkan fakta. Kata hubung (konjungsi) yang dipakai (dan, akibat,
tetapi, lalu, karena, meskipun) menyebabkan makna yang berlainan ketika hendak
menghubungkan kalimat.
c)
)TOPIK
WACANA PERCAKAPAN
Topik merupakan salah satu unsur yang penting
dalam wacana percakapan . Howe (1983:5) mengatakan bahwa topik itu merupakan
syarat terbentuknya wacana percakapan. Ia mencontohkannya penggalan wacana
seperti berikut.
A :”Selamat
pagi”
B :”Selamat pagi”
(adaptasi dari Howe 1983:5)
Contoh bukan merupakan wacana atau percakapan.
Sepasang ujaran itu merupakan salam (tegur) dan jawaban salam. Kedua ujaran itu
merupakan awal terjadinya percakapan. Selama salam itu tidak dilanjutkan,
pasangan ujaran itu tidak dapat digolongkan sebagai wacana percakapan sebab
penggalan wacana seperti itu tidak mempunyai topik. Dengan demikian, jelas
bahwa topik (wacana) merupakan bagian yang penting dalam sebuah wacana
percakapan.
Topik merupakan bagian yang difokuskan dan yang
diterangkan oleh bagian yang lain (yaitu komentar). Dalam konteks wacana, topik
merupakan suatu ide atau hal yang dibicarakan dan dikembangkan sehingga
membentuk sebuah wacana. Analisis topik dalam wacana tidak cukup dengan
menganalisis sebuah kalimat. Topik dapat diidentifikasi apabila analisis wacana
memahami konteks wacana yang
C.
PENUTUP
Berdasarkan
materi yang telah dijelaskan dapat ditarik kesimpulan bahwa kohesi menurut
Gutwisnky, 1976 : 26 (Tarigan, 2009 : 93), merupakan organisasi sintaksis, merupakan wadah
kalimat-kalimat disususun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Hal
ini berarti bahwa hohesi adalah hubungan antarkalimat dalam sebuah wacana, baik
dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal. Koherensi adalah kekompakan hubungan antar kalimat
dalam wacana. Koherensi juga hubungan timbale balik yang serasi antar unsure
dalam kalimat (Keraf, 2005:30). Sedangkan topik menurut Howe
(1983:5) mengatakan bahwa topik itu merupakan syarat terbentuknya wacana
percakapan.
Sumber :
Tarigan,
Henry Guntur. 2009. Pengajaran Wacana. Bandung:
Angkasa Grup.
Dedy,
dkk. 2011. Analisis Wacana. Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang
Rani,
dkk. 2006. ANALISIS WACANA. Malang: Bayumedia Publishing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar