Selasa, 17 Januari 2017

AFIKSASI (PEMBENTUKAN AJEKTIVA)



“AFIKSASI PEMBENTUKAN AJEKTIVA”


3)      AFIKSASI PEMBENTUKAN AJEKTIVA

Dalam Abdul Chaer (2008:168) menjelaskan kosakata bahasa Indonesia yang berkategori atau berkelas ajektiva pada umumnya berupa kata yang telah ‘jadi’ atau berbentuk akar. Maka tidak perlu dibentuk dahulu dengan pemberian afiks.
Ciri gramatikal kosakata bahasa Indonesia ‘asli’ yang berkategori ajektiva memang tidak tampak. Hal ini berbeda dengan kosakata yang berasala dari unsur serapan bahasa Arab, bahasa Inggris dan bahasa Belanda. Kita hanya bisa mengenal kosakata berkategori ajektiva yang berasal ‘asli’ bahasa Indonesia dari segi semantik dan fungsi.
Sedangkan kata-kata berafiks yang dapat digolongkan sebagai kelas berkelas ajektiva yang berasal dari unsur serapan dengan penggunaan ‘afiks’ serapannya dalam pembentukan kata berkelas ajektiva.

1.      Dasar Ajektiva berafiks asli indonesia

Abdul Chaer (2008:169) menyatakan adanya ketumpangtindihan kata-kata berkelas ajektiva dengan kelas lain, seperti kelas nomina dan verba, berikut menurut Abdul Chaer (2008:169) antara lain :

1)      Dasar Ajektiva berprefiks pe-

Abdul Chaer (2008:169) menjelaskan ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe- pada dasar ajektiva, antara lain :

-          Diimbuhkan secara langsung, dapat terjadi kalau dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+sikap batin) dan memberi makna gramatikal ‘yang memiliki sifat (dasar), contohnya pada kata pemalu, pemarah, penakut, pengecut, peragu dan pencemas.
-          Diimbuhkan melalui verba berafiks me-kan, dapat tejadi apabila dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+keadaan fisik) dan memebri makna gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’, contohnya pada kata pembersih, pemutih, pemanas, pencemar, pelicin, penghitam, dan penjinak.

2)      Dasar Ajektifa berprefiks se-

Dasar ajektiva dengan prefiks se- dalam Abdul Chaer (2008:170) bukanlah berkategori ajektiva sebab tidak dapat diawali adverbia agak atau sangat. Bentuk agak dan sangat sepintar tidak berterima. Prefiks se- pada dasar ajektifa bertugas membentuk tingkat perbandingan ‘sama’ atau sederajat salam satu sistem penderajatan, contohnya
-          setinggi -> sama tinggi -> tingkat sama
-          (tinggian) -> lebih tinggi -> tingkat lebih
-          (tertinggi) -> paling tinggi -> tingkat paling (superatif)

3)      Dasar ajektiva bersufiks –an

Dalam Abdul Chaer (2008:171) pemberian sufiks –an pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘lebih (dasar)’ pada nomina yang mengikutinya, contohnya :
-          pintaran a, ‘lebih pintar a’
-          mahalan b, ‘lebih mahal b’
-          nakalan c, ‘lebih nakal c’

4)      Dasar ajektiva berprefiks ter-

Abdul Chaer (2008:171) menjelaskan bahwa pengimbuhan prefiks ter- pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘paling dasar’, contohnya :
-          tercantik, ‘paling cantik’
-          terbodoh, ‘paling bodoh’
-          tertinggi, ‘paling tinggi’

5)      Dasar ajektiva berkonfiks ke-an

Pengimbuhan konfiks ke-an pada dasar ajektiva akan memberi makna gramatikal ‘agak (dasar)’ bila ajektiva itu memiliki komponen makna (+warna), contohnya :
-          kehitaman, ‘agak hitam’
-          kemerahan, ‘agak merah’
-          kehijauan, ‘agak hijau’

6)      Dasar Ajektiva berklofiks me-kan

Abdul Chaer (2008:174) menyebutkan dasar ajektiva berklofiks me-kan memiliki makna gramatikal ‘menyebabkan jadi (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+sikap batin), contohnya
-          memalukan, ‘menyebabkan malu’
-          memilukan, ‘menyebabkan pilu’
-          mengecewakan, ‘menyebabkan kecewa’

Dasar ajektiva dalam Abdul Chaer (2008:174) menyebutkan bahwa klofiks me-kan sesungguhnya berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat, dan verba dapat diikuti oleh sebuah objek. Jadi bentuk-bentuk atau konstruksi berikut dapat diterima :

-          agak memalukan orang banyak
sangat memalukan orang banyak
-          agak menakutkan anak-anak
sangat menakutkan anak-anak

7)      Dasar ajektiva berklofiks me-i

Dasar ajektiva  menurut Abdul Chaer (2008:175) berklofiks me-i memiliki makna gramatikal ‘merasa (dasar) pada’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+rasa batin), contohnya antara lain :

-          mencintai, ‘merasa cinta pada’
-          mengagumi, ‘merasa kagum pada’
-          menyenangi, ‘merasa senang pada’

Dasar ajektiva dengan klofiks me-i ini pada Abdul Chaer (2008:175) sesungguhnya berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba, sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat, dan dapat diikuti oleh sebuah objek, jadi bentuk-bentuk atau kontrusi beriku diterima, contohnya :

-          agak mencintai gadis itu
sangat mencintai gadis itu
-          agak menghormati guru itu
sangat menghormati guru itu

8)      Dasar lain berkomponen makna (+keadaan)

Kosakata yang berkategori ajektiva dalam Abdul Chaer (2008:175) juga memiliki komponen makna (+bendaan) atau (+tindakan), contohnya ajektiva merah dan kuning memiliki juga komponen makna (+bendaan), sehingga keduanya bisa didahului negasi bukan dan tidak. Bentuk-bentuk bukan merah dan tidak merah sama-sama berterima. Ajektifa marah dan benci juga memiliki komponen makna (+tindakan).
9)      Pembentukan ajektiva dengan “afiks” serapan

Menurut buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman Pembentukan Istilah (PPI), penyerapan kata dari bahasa asing dilakukan secara untuh, bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya, dalam Abdul Chaer (2008:176) yang dapat dibagi menjadi :

-          Kata serapan dari bahasa inggris dan belanda yang berkategori ajektif dapat kita kenali dari ‘akhiran’ (dalam tanda petik), contohnya :
If, misal aktif, pasif, objektif, edukatif, konsultatif, administratif, kolektif, primitif, dan konsumtif.

-          Kata serapan dari bahasa arab yang berkategori ajektiva dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda perik), antara lain :
i, misal :rohani, jasmani, islami, abadi, qurani dan madani.
iah, misal : islamiah, islamiah, jasmaniah, rohaniah, abadiah, dan quraniah
wi, misal : duniawi, ukhrawi, nabawi, surgawi, manusiawi, dan kimiawi







Tidak ada komentar:

Posting Komentar