“AFIKSASI PEMBENTUKAN AJEKTIVA”
3)
AFIKSASI PEMBENTUKAN
AJEKTIVA
Dalam Abdul Chaer (2008:168)
menjelaskan kosakata bahasa Indonesia yang berkategori atau berkelas ajektiva
pada umumnya berupa kata yang telah ‘jadi’ atau berbentuk akar. Maka tidak
perlu dibentuk dahulu dengan pemberian afiks.
Ciri gramatikal kosakata bahasa
Indonesia ‘asli’ yang berkategori ajektiva memang tidak tampak. Hal ini berbeda
dengan kosakata yang berasala dari unsur serapan bahasa Arab, bahasa Inggris
dan bahasa Belanda. Kita hanya bisa mengenal kosakata berkategori ajektiva yang
berasal ‘asli’ bahasa Indonesia dari segi semantik dan fungsi.
Sedangkan kata-kata berafiks yang dapat
digolongkan sebagai kelas berkelas ajektiva yang berasal dari unsur serapan
dengan penggunaan ‘afiks’ serapannya dalam pembentukan kata berkelas ajektiva.
1.
Dasar Ajektiva berafiks asli indonesia
Abdul Chaer (2008:169) menyatakan adanya
ketumpangtindihan kata-kata berkelas ajektiva dengan kelas lain, seperti kelas
nomina dan verba, berikut menurut Abdul Chaer (2008:169) antara lain :
1)
Dasar Ajektiva berprefiks pe-
Abdul Chaer (2008:169) menjelaskan ada dua macam proses
pembubuhan prefiks pe- pada dasar ajektiva, antara lain :
-
Diimbuhkan secara langsung, dapat terjadi kalau dasar
ajektiva itu memiliki komponen makna (+sikap batin) dan memberi makna
gramatikal ‘yang memiliki sifat (dasar), contohnya pada kata pemalu, pemarah,
penakut, pengecut, peragu dan pencemas.
-
Diimbuhkan melalui verba berafiks me-kan, dapat tejadi
apabila dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+keadaan fisik) dan memebri
makna gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’, contohnya pada kata pembersih,
pemutih, pemanas, pencemar, pelicin, penghitam, dan penjinak.
2)
Dasar Ajektifa berprefiks se-
Dasar ajektiva dengan prefiks se- dalam Abdul Chaer
(2008:170) bukanlah berkategori ajektiva sebab tidak dapat diawali adverbia
agak atau sangat. Bentuk agak dan sangat sepintar tidak berterima. Prefiks se-
pada dasar ajektifa bertugas membentuk tingkat perbandingan ‘sama’ atau
sederajat salam satu sistem penderajatan, contohnya
-
setinggi -> sama tinggi -> tingkat sama
-
(tinggian) -> lebih tinggi -> tingkat lebih
-
(tertinggi) -> paling tinggi -> tingkat paling
(superatif)
3)
Dasar ajektiva bersufiks –an
Dalam Abdul Chaer (2008:171) pemberian sufiks –an pada
semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘lebih (dasar)’ pada nomina yang
mengikutinya, contohnya :
-
pintaran a, ‘lebih pintar a’
-
mahalan b, ‘lebih mahal b’
-
nakalan c, ‘lebih nakal c’
4)
Dasar ajektiva berprefiks ter-
Abdul Chaer (2008:171) menjelaskan bahwa pengimbuhan
prefiks ter- pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘paling dasar’,
contohnya :
-
tercantik, ‘paling cantik’
-
terbodoh, ‘paling bodoh’
-
tertinggi, ‘paling tinggi’
5)
Dasar ajektiva berkonfiks ke-an
Pengimbuhan konfiks ke-an pada dasar ajektiva akan
memberi makna gramatikal ‘agak (dasar)’ bila ajektiva itu memiliki komponen
makna (+warna), contohnya :
-
kehitaman, ‘agak hitam’
-
kemerahan, ‘agak merah’
-
kehijauan, ‘agak hijau’
6)
Dasar Ajektiva berklofiks me-kan
Abdul Chaer (2008:174) menyebutkan
dasar ajektiva berklofiks me-kan memiliki makna gramatikal ‘menyebabkan jadi
(dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+sikap batin),
contohnya
-
memalukan, ‘menyebabkan malu’
-
memilukan, ‘menyebabkan pilu’
-
mengecewakan, ‘menyebabkan kecewa’
Dasar ajektiva dalam Abdul Chaer
(2008:174) menyebutkan bahwa klofiks me-kan sesungguhnya berkategori ganda,
yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh
adverbia agak dan sangat, dan verba dapat diikuti oleh sebuah objek. Jadi
bentuk-bentuk atau konstruksi berikut dapat diterima :
-
agak memalukan orang banyak
sangat memalukan orang banyak
-
agak menakutkan anak-anak
sangat menakutkan anak-anak
7) Dasar ajektiva
berklofiks me-i
Dasar
ajektiva menurut Abdul Chaer (2008:175)
berklofiks me-i memiliki makna gramatikal ‘merasa (dasar) pada’ apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+rasa batin), contohnya antara lain :
-
mencintai, ‘merasa cinta pada’
-
mengagumi, ‘merasa kagum pada’
-
menyenangi, ‘merasa senang pada’
Dasar ajektiva dengan klofiks me-i ini
pada Abdul Chaer (2008:175) sesungguhnya berkategori ganda, yaitu ajektiva dan
verba, sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan
sangat, dan dapat diikuti oleh sebuah objek, jadi bentuk-bentuk atau kontrusi
beriku diterima, contohnya :
-
agak mencintai gadis itu
sangat mencintai gadis itu
-
agak menghormati guru itu
sangat menghormati guru itu
8)
Dasar lain berkomponen makna (+keadaan)
Kosakata yang berkategori ajektiva dalam Abdul Chaer
(2008:175) juga memiliki komponen makna (+bendaan) atau (+tindakan), contohnya
ajektiva merah dan kuning memiliki juga komponen makna (+bendaan), sehingga
keduanya bisa didahului negasi bukan dan tidak. Bentuk-bentuk bukan merah dan
tidak merah sama-sama berterima. Ajektifa marah dan benci juga memiliki
komponen makna (+tindakan).
9) Pembentukan
ajektiva dengan “afiks” serapan
Menurut buku
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman
Pembentukan Istilah (PPI), penyerapan kata dari bahasa asing dilakukan secara
untuh, bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya, dalam Abdul Chaer
(2008:176) yang dapat dibagi menjadi :
-
Kata serapan dari bahasa inggris dan belanda yang
berkategori ajektif dapat kita kenali dari ‘akhiran’ (dalam tanda petik),
contohnya :
If, misal aktif, pasif, objektif, edukatif, konsultatif,
administratif, kolektif, primitif, dan konsumtif.
-
Kata serapan dari bahasa arab yang berkategori ajektiva
dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda perik), antara lain :
i, misal :rohani, jasmani, islami, abadi, qurani dan
madani.
iah, misal : islamiah, islamiah, jasmaniah, rohaniah,
abadiah, dan quraniah
wi, misal : duniawi, ukhrawi, nabawi, surgawi, manusiawi,
dan kimiawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar