Selasa, 17 Januari 2017

HAKIKAT MORFOLOGI



“MORFOLOGI SEBAGAI CABANG ILMU LINGUISTIK”

1.      Hakikat Morfologi
Abdul Chaer (2008:3) menjelaskan bahwa secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti ‘bentuk’ dan kata logi yang berarti ‘ilmu’. Jadi secara harfiah kata morfologi dapat diartikan ‘ilmu mengenai bentuk’. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti ‘ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata’, sedangkan di dalam kajian biologi morfologi berarti ‘ilmu mengenai bentuk-bentuk sel-sel tumbuhan atau jasad-jasad hidup’. Memang selain dalam kajian linguistik, dalam kajian biologi pun juga menggunakan istilah morfologi. Kesamaannya adalah sama-sama mengkaji mengenai bentuk.
Ilmu morfologi mempelajari masalah bentuk-bentuk dan pembentukan kata dalam Abdul Chaer (2008:3) menjelaskan bahwa semua satuan bentuk sebelum menjadi kata, yakni yang disebut morfem dengan segala bentuk dan jenisnya, perlu dibicarakan. Pembentukan kata meliputi pembicaraan mengenai komponen atau unsur pembentukan kata itu, yaitu morfem, baik morfem dasar maupun morfem afiks, dengan berbagai alat proses pembentukan kata itu, yaitu afiks dalam proses pembentukan kata melalui proses afiksasi, duplikasi ataupun pengulangan dalam proses pembentukan kata melalui proses reduplikasi, penggabungan dalam proses pembentukan kata melalui proses komposisi dan sebagainya. Jadi ujung dari proses morfologi adalah terbentuknya kata dalam bentuk dan makna sesuai dengan keperluan dalam satu tindak pertuturan.
Bentuknya dikatakan berterima menurut Abdul Chaer (2008:3) yaitu jika bentuk dan makna yang terbentuk dari satu proses morfologi sesuai dengan yang diperlukan dalam pertuturan, namun jika tidak sesuai dengan yang diperlukan, maka bentuk itu dikatakan tidak berterima. Namun yang menjadi perhatian disini adalah alasan gramatikal semata. Sedangkan alasan masuk dalam kajian sosiolonguistik (lihat Chaer, 2004)
Abdul Chaer (2008:4) menjelaskan bahwa ilmu morfologi dalam tataran lingustik terletak diantara kajian fonologis dan sintaksis dan semuanya saling berkaitan. Keterkaitan dengan ilmu fonologi jelas dengan adanya kajian yang disebut morfonologi atau morfofonemik adalah ilmu yang mengkaji terjadinya perubahan fonem akibat adanya proses morfologi, contohnya pada fonem /y/ pada dasar kata ‘hari’ bila diberi sufiks –an
hari + an                  ->                     (hariyan)
atau pindahnya konsonan /b/ pada jawab apabila diberi sufiks –an
       jawab + an                ->                     ja.wa.ban
Menurut Abdul Chaer (2008:4) keterkaitan antara morfologi dan sintaksis tampak dengan adanya kajian yang disebut dengan morfosintaksis (gabungan kata morfologi dan sintaksis). Cohtohnya pada satuan bahasa yang disebut kata, dalam kajian morfologi merupakan satuan terbesar, sedangkan dalam kajian sintaksis merupakan satuan terkecil di dalam pebentukan kalimat atau satuan lainnya. Sedangkan dalam Abdul Chaer (2008:5) istilah yang sering digunakan di dalam moffologi antara lain :
-          Wacana yaitu satuan bahasa terbesar atau tertinggi, yang berisi satu satuan ujaran yang legkap dan utuh serta dibangun oleh kalimat yang dihubungkan secara kohesi dan koherensi (Krisdalaksana, 1977)
-          Kalimat yaitu suatu sintaksis yang dibangun oleh konstituen dasar (biasanya berupa klausa) yang dilengkapi dengan konjungsi (bila diperlukan) disertai dngan intonasi final, bisa berupa deklaratif, interogatif, imperatif atau interjektif).
-          Klausa yaitu suatu satuan sintaksis yang berinti adanya sebuah predikat serta adanya fungsi lainnya. Bisa disebut klausa yaitu kontruksi yang bersifat predikatif/
-          Frase yaitu satuan sintaksis berupa kelompok kata yang posisinya tidak melewati batas fungsi sintaksis yang meliputi subjek, predikat, objek atau keterangan.
-          Kata yaitu suatu satuan terkecil dalam morfologi serta dapat menduduki salah satu fungsi sintaksis yang berupa subjek, predikat, objek atau keterangan.
-          Morfem yaitu satuan gramatikal terkecil yang bermakna (seacara inheren).
-          Fonem yaitu suatu satuan bunyi terkecil (dalam kajian fonologi) yang dapat membedakan makna sebuah kata.
-          Fon yaitu suatu satuan bunyi bahasa yang dapat dilihat tanpa meperhatikan statusnya sebagai pembeda makna kata (dalam kajian fonetik).

Sedangkan dalam Abdul Chaer (2008:7) menjelaskan bahwa objek kajian morfologi antara lain satuan-satuan morfologi, proses-proses morfologi dan alat-alat dalam proses morfologi itu. Satuan dan komponen morfologi itu antara lain :
1)      Morfem (akar atau afiks).
2)      Kata
3)      Dasar (bentuk dasar)
4)      Alat pembentuk (afiks, duplikasi, komposisi, akronimisasi dan konversi)
5)      Makna gramatikal.
Kemudian Abdul Chaer (2008:6) meyebutkan keterkaitan ilmu morfologi dengan ilmu kebahasaan lainnya, anatara lain :
-     Morfologi dengan Leksikologi
Morfologi mengarah pada masalah proses pembentukan kata sedangkan leksikologi mengarah pada kata yang sudah jadi, baik terbentuk secara arbitrer, maupun yang terbentuk sebagai hasil proses morfologi.

-          Morfologi dengan Leksikografi
Leksikografi merupakan kelanjutan kerja dari leksikologi, dalam artian jika kalau hasil kerja leksikologi dituliskan, maka proses penulisan itulah yang disebut dengan leksikografi, lalu hasilya adalah sebuah kamus.

-          Morfologi dengan Etimologi
Morfologi membahas proses pembentukan kaya yang berlaku secara umum sebagai suatu sistem berkaidah. Sedangkan etimologi membahas pembentukan atau terbentuknya kata atau asal-usul yang tidak berkaidah, contohnya lata sinonimi berasal dari bahsa Yunani syn yang artinya ‘dengan’ dan kata bahasa Yunani Onoma yang berarti ‘nama’.

-          Morfologi dengan Filologi
Morfologi membicarakan proses pembentukan kata dari sebuah dasar melalui salah satu proses morfologi sehingga terjadi kata. Sedangkan filologi membahas kata yang terdapat dalam naskah dalam kaitannya dengan sejarah dan budaya.

a)      Hakikat morfologi dari beberapa pakar

Berikut pengertian morfologi dari beberapa pakar ahli antara lain :
Morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik (Ramlan, 1987: 21). Sedangkan Kridalaksana (1993:51) morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata yakni morfem (Kridalaksana, 1993: 51).
Morfologi adalah bagian dari tatabahasa yang membicarakan bentuk kata (Keraf, 1984: 51). Sedangkan menurut Verhaar (1996: 97), menyatakan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Pengertian morfologi menurut Samsuri (1988: 15), mendefinisikan morfologi sebagai cabang linguistik yang mempelajari struktur dan bentuk-bentuk kata. Hal ini sependapat dengan Ramlan (1978:2) Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti kata.
Nida (1974: 1) berpendapat bahwa morfologi adalah suatu kajian tentang morfem-morfem dan penyusunan morfem dalam rangka pembentukan kata. Sedangkan menurut Crystal (1980: 232-233) morfologi adalah cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan morfem. Definisi marfologi menurut Bauer (1983: 33) morfologi membahas struktur internal bentuk kata.
Definisi marfologi menurut Rusmaji (1993: 2) morfologi mencakup kata, bagian-bagiannya, dan prosesnya. Sedangkan menurut O’Grady dan Dobrovolsky (1989: 89-90) morfologi adalah komponen kata bahasa generatif transformasional (TGT) yang membicarakan tentang struktur internal kata, khususnya kata kompleks.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapatlah dinyatakan bahwa morfologi adalah bidang linguistik, ilmu bahasa, atau bagian dari tatabahasa yang mempelajari morfem dan kata beserta fungsi perubahan-perubahan gramatikal dan semantiknya.
b)      Morfem
Morfem merupakan satuan bahasa paling kecil yang menjadi sasaran kajian morfologi. Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul Morfologi Bahasa Indonesia mengatakan bahwa morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna (2008:7). Sedangkan menurut Zaenal Arifin dalam bukunya Morfologi Bentuk dan Makna mengatakan bahwa morfem adalah satuan bahasa terkecil yang mengandung makna. Hal serupa juga dikemukakan Ramlan, menurut beliau morfem merupakan satuan gramatik  paling kecil yang tidak mempunyai satuan lain selain unsurnya (Ramlan, 1983 : 26). Bloch dan Trager dalam Kushartanti (2001:120) mengatakan bahwa morfem yaitu semua bentuk  baik bebas maupun terikat yang tidak dapat dibagi ke dalam bentuk terkecil yang mengandung arti.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa morfem adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna. Dengan kata lain morfem merupakan satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna. Dikatakan terkecil artinya tidak dapat dianalisis lagi menjadi lebih kecil tanpa merusak maknanya. Misalnya bentuk kata membeli dapat dianalisis menjadi dua bentuk terkecil  yaitu {me-} dan {beli}. Bentuk {me} adalah sebuah morfem, yakni morfem afiks yang secara gramatikal memiliki sebuah makna; dan bentuk {beli} juga morfem, yakni morfem dasar yang secara leksikal memiliki makna. Kalau kata beli dianalisis menjadi lebih kecil lagi menjadi be- dan li, jelas keduanya tidak memiliki makna apa-apa. Jadi keduanya bukan morfem.

-          Identifikasi Morfem
Untuk mengenal morfem secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan petunjuk sebagai pegangan. Ada tujuh prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem (Abdul Chaer, 2008:13-15), yakni sebagai berikut:
1)      Dua bentuk yang sama atau lebih memiliki makna yang sama merupakan sebuah morfem. Umpamanya kata “bulan” pada ketiga kalimat berikut adalah sebuah morfem yang sama.
-          Bulan depan dia akan menikah
-          Sudah tiga bulan dia belum bayar uang SPP
-          Bulan November lamanya 30 hari
2)      Dua bentuk yang sama atau lebih bila memiliki makna yang berbeda merupakan dua morfem yang berbeda. Misalnya kata “bunga” pada kedua kalimat berikut adalah dua buah morfem yang berbeda.
-          Bank Indonesia memberi bunga 5 persen per tahun
-          Dia datang membawa seikat bunga
3)      Dua buah bentuk yang berbeda, tetapi memiliki makna yang sama, merupakan dua morfem yang berbeda. Umpamanya, kata  “ayah”  dan “bapak”  pada kedua kalimat berikut adalah dua morfem yang berbeda.
-          Ayah pergi ke Medan
-          Bapak baru pulang dari Medan
4)      Bentuk-bentuk yang mirip (berbeda sedikit) tetapi maknanya sama adalah sebuah morfem yang sama, asal perbedaan bentuk itu dapat dijelaskan secara fonologis. Umpamanya bentuk-bentuk seperti  me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge- pada kata-kata berikut adalah morfem yang sama.
-          melihat
-          membina
-          mendengar
-          menyusul
-          mengambil
-          mengecat
5)      Bentuk yang hanya muncul dengan pasangan satu-satunya adalah juga sebuah morfem. Umpamanya bentuk segar bugar, hitam legam, kuning langsat, tua renta dan kering mersik.
6)      Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih besar apabila memiliki makna yang sama merupakan morfem yang sama. Misalnya bentuk tulis pada kata-kata berikut adalah sebuah morfem yang sama.
-          membaca
-          pembaca
-          pembacaan
-          bacaan
-          terbaca
-          keterbacaan
7)      Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih besar (klausa, kalimat) apabila maknanya berbeda secara polisemi, merupakan morfem yang sama. Adapun pengertian polisemi yaitu suku kata yang memiliki banyak makna. Contohnya kata “kepala” pada kalimat-kalimat berikut memiliki makna yang berbeda secara polisemi, tetapi tetap merupakan morfem yang sama.
-          Ibunya menjadi kepala sekolah
-          Nomor teleponnya tertera pada kepala surat itu
-          Kepala jarum itu terbuat dari plastik
-          Setiap kepala mendapat bantuan sepuluh ribu rupiah
-          Tubuhnya memang besar tetapi sayang kepalanya kosong.

-          Morf dan Alomorf
 Abdul Chaer (2008:15) menjelaskan bahwa morfem sebenarnya merupakan barang abstrak karena ada dalam konsep. Sedangkan yang konkret, yang ada dalam petuturan adalah alomorf, yang tidak lain adalah realisasi dari morfem itu. Jadi, alomorf adalah bentuk realisasi morfem yang bersifat nyata/ada. Contohnya morfem {kuda} direalisasikan dalam bentuk unsur leksikal kuda, dan morfem {-kan} direalisasikan dalam bentuk sufiks –kan sepeti terdapat pada meluruskan atau membacakan.
Pada umumnya sebuah morfem hanya memiliki sebuah alomorf. Namun, ada juga morfem yang direalisasikan dalam beberapa bentuk alomorf. Misalnya, morfem {ber-} memiliki tiga bentuk alomorf yaitu ber-, be- dan bel-, dalam Abdul Chaer (2008:16) seperti yang nampak pada bagan berikut.

Morfem
Alomorf
Contoh (pada kata)
ber-
ber-
bertemu, berdoa
be-
beternak, bekerja
bel-
belajar

Sedangkan morfem {me-} memiliki enam buah alomorf seperti pada bagan berikut ini.

Morfem
Alomorf
Contoh (pada kata)
me-
me-
melihat, merawat
mem-
membaca, membawa
men-
menduga, mendengar
meny-
menyisir, menyusul
meng-
Menggali, mengebor
menge-
Mengecat, mengetik

Keraf dalam Kushartanti (2005) mengatakan bahwa variasi itu disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang dimasukinya. Maksudnya, bergantung kepada jenis fonem awal sebuah satuan yang dilekati oleh morfem tersebut. Perubahan /n/ itu harus homogen. Sebagai contoh /n/ akan menjadi /m/ apabila dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali fonem /b/.fonem /m/ dan /b/ sama-sama bunyi bilabial. Sedangkan yang dimaksud dengan morf adalah wujud kongkret dari alomorf itu sendiri.

2 komentar: