Selasa, 17 Januari 2017

MORFOFONEMIK



MORFOFONEMIK


1.      Pengertian Morfofonemik

                 Menurut Sumadi (2010:140) morfofonemik ialah “perubahan fonem” yang terjadi akibat bertemunya morfem yang satu dengan morfem yang lain. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Zaenal Arifin dan Junaiyah (2009:16) morfofonemik ialah proses berubahannya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan.
          Morfofonemik ( disebut juga morfonologi atau morfofonologi ) adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi , baik proses afiksasi,proses reduplikasi , maupun proses komposisi (Abdul Chaer , 2008: 43 ). Contohnya dalam proses pengimbuhan sufiks –an pada kata dasar hari akan muncul bunyi [y] yang dalam ortografi tidak dituliskan, tetapi dalam ucapa dituliskan.
                 Hari + an         ->         [hariyan]
Contoh lain, dalam proses pengimbuhan sufiks –an pada dasar jawab akan terjadi pergeseran letak bunyi [b] kebelakang, membentuk suku kata baru.
                 Ja.wab + an     ->         [ja.wa.ban]
          Berikut ini menurut Abdul Chaer (2008:43) beberapa jenis perubahan fonem dan bentuk-bentuj morfofonemik pada beberapa proses morfologi, antara lain
a)      Jenis perubahan
            Dalam bahasa Indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem berkenaan dengan proses morfologi ini. Diantaranya adalah proses :
a)      Proses Pemunculan Fonem
Yaitu munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang ada pada mulanya tidak ada, misalnya dalam proses pengimbuhan prefiks me- pada dasar baca akan memunculkan bunyi sengau [m] yang semula tidak ada.
me + baca      ->         membaca
Contoh lain, seperti yang telah disebutkan di atas yaitu dalam proses pengimbuhan sufiks –an pada dasar hari akan mencul bunyi semi vokal [y] seperti
Hari + an       ->         hariyan

b)      Proses Pengekalan Fonem
Yaitu hilangnya suatu fonem dalam suatu proses morfologi, misalnya dalam proses pengimbuhan prefiks ber- pada dasar renang, maka bunyi [r] yang ada pada prefiks ber- dilesapkan. Juga di dalam proses pengimbuhan “akhiran” wan pada dasar sejarah, maka fonem /h/ pada dasar sejarah itu dilesapkan, contohnya antara lain :
ber + rengan              ->         berenang
sejarah + wan            ->         sejarawan
anak + nda                ->         ananda

c)      Proses Peluluhan Fonem
Menurut Abdul Chaer (2008:44) peluluhan fonem ialah luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi, umpamanya dalam pengimbuhan prefiks me- pada dasar sikat, maka fonem /s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada prefiks me- itu, contohnya antara lain :

me + sikat                  ->         menyikat
pe + sikat                   ->         penyikat

Peluluhan fonem ini tampaknya hanya terjadi pada proses pengimbuhan prfiks me- dan prefiks pe- pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /s/ sedangkan lainnya tidak ada.

d)     Proses Perubahan Fonem
Ialah berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya proses morfologi, umpamanya dalam pengimbuhan prefiks ber- pada dasar ajar terjadi perubahan bunyi, dimana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/, contohnya antara lain :
ber + ajar                   ->         belajar
Contoh lain dalam Abdul Chaer (2008:45) proses pengimbuhan afiks ter- pada dasar anjur terjadi perubahan fonem, di mana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/, contohnya antara lain :
ter + anjur                  ->         terlanjur

e)      Proses Pergeseran Fonem
Dalam Abdul Chaer (2008:45) pergeseran fonem ialah bergesernya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam satu suku kata lainnya, umpamanya dalam pengimbuhan sufiks –i pada dasar lompat, terjadi pergeseran di mana fonem /t/ yang semula berada pada suku kata pat menjadi berada pada suku kata ti, contohnya yaitu :

lompat + i                  ->         me.lom.pati

Demikian juga dalam pengimbuhan sufiks –an pada dasar jawab. Disini fonem /b/ yang semula berada pada suku kata wab berpindah menjadi berada pada suku kata ban, contohnya antara lain :

ja.wab + an                ->         ja.wa.ban
ma.kan + an               ->         ma.ka.nan
mi.num + an              ->         mi.nu.man

b)     Morfofonemik dalam pembentukan kata Bahasa Indonesia

Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi. Dalam proses reduplikasi dan komposisi hampir tidak ada. Dalam proses reduplikasi dan hanya dalam prefiksasi ‘ber-, prefiksasi me-, prefiksasi pe-, prefiksasi per-, konfiksasi pe-an, konfiksasi per-an, dan sufiksasi –an. (Abdul Chaer 2008:46).
 Menurut Chaer, Abdul (2008:46) morfofonemik dalam pembentukan bahasa Indonesia sebagai berikut :

1.      Prefiksasi ber-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks ber- berupa :
a.       Pelesapan fonem /r/ pada prefiks ber- itu terjadi apabila bentuk dasar ang diimbuhi mulai dengan fonem /r/, misal : ber + ragam = beragam
b.      Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar, misal : ber + ajar = belajar
c.       Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber- tetap /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan ada pada a dan b di atas, misal : ber + lari = berlari

2.      Prefiksasi me- ( termasuk klofiks me-kan dan me-i )
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan  prefiks me- menurut Abdul Chaer (2008:47) dapat berupa :
a.       Pengekalan fonem,hal ini terjadi apabila bentuk dasarnya di awali dengan konsonan /r,l,w,y,m,n,ng,dan ny/,contoh : me + rawat = merawat.
b.      Penambahan fonem,yakni penambahan fonem nasal /m,n,ng,dan nge/.Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsosnan /b/ dan /f/.Contoh :me + fitnah = memfitnah
Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /d/,contoh : me + dapat = mendapat.
Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /g,h,kh,a,l,u,e,dan o/.Salah satu contoh : me + goda = menggoda
Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya hanya terdiri dari suku kata.Contoh : me + cat = mengecat.
c.       Peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara /s,k,p,dan t/. Contoh :     me + sikat = menyikat
                      me + kirim = mengirim
                      me + pilih = memilih

3.      Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe-an
Abdul Chaer (2008:49) menyebutkan morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks pe- dan konfiks pe-an sama dengan morfofonemik yang terjadi dalam proses pengimbuhan dengan me-yaitu :
a)      Pengekalan fonem,dapat terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /r,l,y,m,n,ng,dan ny/.Contoh : pe + latih            pelatih pelatihan.
b)      Penambahan fonem,yaitu penambahan fonem nasal /m,n,ng,dan nge/ antara prefiks dan bentuk dasar. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh konsonan /b/.Contoh : pe + baca              pembaca              pembacaan
       Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh konsonan /d/.Contoh : pe + didik             pendidik  pendidikan
       Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /g,h,kh,a,l,u,e, dan o/. Contoh: pe + gali           penggali penggalian
       Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa bentuk dasar satu suku. Contoh: pe +cat          pengecat   pengecatan
c)      Peluluhan fonem, apabila prefiks pe- (pe-an) diimbuhkan pada bentuk kata dasar yang diawali dengan konsonan bersuara /s,k,p, dan t/. Contoh:  pe + saring          penyaring    penyaringan 

4.      Prefiksasi per- dan konfiksasi per-an
morfofonemik dalam pengimbuhan prefiks per- dan konfiks per-an dibagi 3:
a)      pelepasan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /r/. per + ringan           peringan
b)      Perubahan fonem /r/ menjadi /l/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa kata ajar. per + ajar          pelajar
c)      Pengekalan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang disebutkan pada a dan b di atas. per + kaya           perkaya

5.    Sufiksasi -an
Abdul Chaer (2008:54) menjelaskan bahwa morfofonemik dalam pengimbuhan sufiks –an dibagi dua :
a)      Pemunculan fonem, ada tiga macam fonem yang dimunculkan dalam pengimbuhan ini, yaitu fonem /w/,/y/, dan fonem glotal /?/. pandu + an          panduwan
b)      Penggeseran fonem, terjadi apabila sufiks 
-an diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan sebuah konsonan. jawab + an          ja.wa.ban

6.      Prefiksasi ter-
Morfofonemik dalam prosespengimbuhan dengan prefiks ter- menurut Abdul Chaer dibagi menjadi tiga :
a)      Pelepasan fonem dapat terjadi apabila prefiks ter- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /r/. ter + rasa           terasa
b)      Perubahan fonem /r/ pada prefiks ter- menjadi fonem /l/ pada kata anjur. ter + anjur            telanjur
c)      Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ter- tetap menjadi /r/ apabila prefiks ter- diimbuhkan pada kata dasar selain a dan b. ter + lempar              terlempar.

2.      Bentuk nasal dan tak bernasal
Hadir dan tidaknya bunyi nasal dalam pembentukan kata bahasa Indonesia sangat erat kaitannya dengan tiga hal menurut Abdul Chaer (2008:56) dalam bukunya yaitu : pertama, tipe verba yang “menurunkan” bentuk kata itu; kedua, upaya pembentukan kata sebagai istilah; ketiga, upaya pemberian makna tertentu.
a.       Kaitan dengan tipe verba
Dalam bukunya Abdul Chaer (2008:56) menyebutkan dalam bahasa Indonesia ada empat macam tipe verba dalam kaitannya dengan proses nasalisasi. Keempat verba itu adalah (a) verba berprefiks me- (termasuk verba me-kan, dan me-i), (b) verba berprefiks me- dengan pangkal per-, per-kan, dan per-l), (c) verba berprefiks ber-, dan (d) verba dasar (tanpa afiks apapun).
Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- (dengan nomina pe- dan pe-an) yang diturunkan adalah sebagai berikut.
1)      Nasal tidak akan muncul bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem / l, r, w, y, m, n, ny, atau ng/. Contoh:
         Meloncat, peloncat, peloncatan
         Merawat, perawat, perawatan
2)      Akan muncul nasal /m/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /b, p, dan f/. Contohnya:
         Membina, pembina, pembinaan
         Memilih, pemillih, pemilihan
3)      Akan muncul nasal /n/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /d, atau t/. Contoh:
         Mendengar, pendengar, pendengaran
         Mendapat, pendapat, pendapatan
4)      Akan muncul nasal /ny/ bila bentuk dasarnya mulai denga fonem /s, c, dan j/. Contoh:
         Menyambut, penyambut, penyambutan
         Menyakiti, penyakit, penyakitan
5)      Akan muncul nasal /ng/ bila bentuk dasarnya diawali dengan fonem /k, g, h, kh, a, i, u, e, atau o/. Contoh:
         Mengirim, pengirim, pengiriman
         Menggali, penggali, penggalian
6)      Akan muncul nasal /nge-/ apabila bentuk dasarnya berupa kata ekasuku. Misalnya:
         Mengetik, pengetik, pengetikan
         Mengelas, pengelas, pengelasan
Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- yang bentuk dasarnya berupa pangkal berafiks per-, per-kan, dan per-l (dengan nomina bentuk pe- dan pe-an yang diturunkannya) adalah sebagai berikut.
1)      Fonem /p/ sebagai fonem awal pada dasar yang berupa pangkal per-, per-kan, atau per-l tidak diluluhkan dengan nasal /m/ bila diimbuhi prefiks me-, karena fonem /p/ itu adalah sebagian dari prefiks ­pe- yang menjadi dasar pembentukan. Contoh: me + perpendek  memperpendek
2)      Nomina pelaku yang diturunkan dari verba memper bersifat potensial, dan nomina hal/proses bersifat aktual menggunakan bentuk per-an. Contoh: memperpendek  perpendekan.
3)      Nomina pelaku yang diturunkandari verba memper-kan dan memper-l adalah bentuk pemer-; ada yang aktual ada yang masih potensial. Contoh: mempersatukan  pemersatu.
4)      Nomina hal/proses yang diturunkan dari verba memper-kan atau memper-l berbentuk pemer-an. Contoh: mempertahankan  pemertahanan.
Pembentukan nomina pelaku berprefiks pe- dan nomina hal yang berkonfiks per-an tidak memunculkan bunyi nasal kita. Contoh:
         Bekerja  pekerja  pekerjaan
         Bertani  petani  pertanian

b.      Kaitan dengan upaya pembentukan istilah

Dalam bukunya Abdul Chaer (2008) menyebutkan dalam peristilahan olahraga sudah ada istilah petinju (yang diturunkan dari verba bertinju) sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju (yang diturunkan dari verba meninju) yang bukan menyatakan profesi. Kemudian berdasarkan bentuk petinju dibuatlah istilah-istilah dalam bidang olahraga seperti petembak (bukan penembak), petenis (bukan penenis), peterjun (payung) (bukan penerjun payung), pegolf (bukan penggolf).

c.       Kaitan dengan upaya semantic
Dalam bukunya Abdul Chaer (2008:61) menyebutkan bahwa Untuk memberi makna tertentu, bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal. Umpamanya, bentuk mengkaji dalam arti ‘meneliti’ dibedakan dengan bentuk mengkaji yang berarti ‘membaca Alquran’. Contoh yang lain: penjabat  pejabat, penglepasan  pelepasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar