“MORFOFONEMIK”
1.
Pengertian
Morfofonemik
Menurut Sumadi (2010:140) morfofonemik ialah “perubahan fonem” yang terjadi akibat bertemunya morfem yang satu dengan morfem yang lain. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Zaenal Arifin dan Junaiyah (2009:16) morfofonemik ialah proses berubahannya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan.
Morfofonemik
( disebut juga morfonologi atau morfofonologi ) adalah kajian mengenai
terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya
proses morfologi , baik proses afiksasi,proses reduplikasi , maupun proses
komposisi (Abdul Chaer
, 2008: 43 ). Contohnya dalam proses
pengimbuhan sufiks –an pada kata dasar hari akan muncul bunyi [y] yang dalam
ortografi tidak dituliskan, tetapi dalam ucapa dituliskan.
Hari
+ an -> [hariyan]
Contoh lain, dalam proses pengimbuhan sufiks –an pada
dasar jawab akan terjadi pergeseran letak bunyi [b] kebelakang, membentuk suku
kata baru.
Ja.wab
+ an -> [ja.wa.ban]
Berikut
ini menurut Abdul Chaer (2008:43) beberapa jenis perubahan fonem dan
bentuk-bentuj morfofonemik pada beberapa proses morfologi, antara lain
a) Jenis
perubahan
Dalam bahasa Indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem
berkenaan dengan proses morfologi ini. Diantaranya adalah proses :
a) Proses Pemunculan Fonem
Yaitu munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang ada pada mulanya
tidak ada, misalnya dalam proses pengimbuhan prefiks me- pada dasar baca akan
memunculkan bunyi sengau [m] yang semula tidak ada.
me + baca -> membaca
Contoh lain, seperti yang telah disebutkan di atas yaitu dalam proses
pengimbuhan sufiks –an pada dasar hari akan mencul bunyi semi vokal [y] seperti
Hari + an -> hariyan
b) Proses Pengekalan Fonem
Yaitu hilangnya suatu fonem dalam suatu proses morfologi, misalnya dalam
proses pengimbuhan prefiks ber- pada dasar renang, maka bunyi [r] yang ada pada
prefiks ber- dilesapkan. Juga di dalam proses pengimbuhan “akhiran” wan pada
dasar sejarah, maka fonem /h/ pada dasar sejarah itu dilesapkan, contohnya
antara lain :
ber + rengan -> berenang
sejarah + wan -> sejarawan
anak + nda -> ananda
c) Proses Peluluhan Fonem
Menurut Abdul Chaer (2008:44) peluluhan fonem ialah
luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu
proses morfologi, umpamanya dalam pengimbuhan prefiks me- pada dasar sikat,
maka fonem /s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem
nasal /ny/ yang ada pada prefiks me- itu, contohnya antara lain :
me + sikat -> menyikat
pe + sikat -> penyikat
Peluluhan fonem ini tampaknya hanya terjadi pada proses pengimbuhan prfiks
me- dan prefiks pe- pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /s/
sedangkan lainnya tidak ada.
d) Proses Perubahan Fonem
Ialah berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya
proses morfologi, umpamanya dalam pengimbuhan prefiks ber- pada dasar ajar
terjadi perubahan bunyi, dimana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/, contohnya
antara lain :
ber + ajar -> belajar
Contoh lain dalam Abdul Chaer (2008:45) proses pengimbuhan afiks ter- pada
dasar anjur terjadi perubahan fonem, di mana fonem /r/ berubah menjadi fonem
/l/, contohnya antara lain :
ter + anjur -> terlanjur
e) Proses Pergeseran Fonem
Dalam Abdul Chaer (2008:45) pergeseran fonem ialah bergesernya posisi sebuah
fonem dari satu suku kata ke dalam satu suku kata lainnya, umpamanya dalam
pengimbuhan sufiks –i pada dasar lompat, terjadi pergeseran di mana fonem /t/
yang semula berada pada suku kata pat menjadi berada pada suku kata ti,
contohnya yaitu :
lompat + i -> me.lom.pati
Demikian juga dalam pengimbuhan sufiks –an pada dasar jawab. Disini fonem
/b/ yang semula berada pada suku kata wab berpindah menjadi berada pada suku
kata ban, contohnya antara lain :
ja.wab + an -> ja.wa.ban
ma.kan + an -> ma.ka.nan
mi.num + an -> mi.nu.man
b)
Morfofonemik dalam pembentukan kata Bahasa Indonesia
Morfofonemik
dalam pembentukan kata bahasa Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi.
Dalam proses reduplikasi dan komposisi hampir tidak ada. Dalam proses
reduplikasi dan hanya dalam prefiksasi ‘ber-, prefiksasi me-, prefiksasi
pe-, prefiksasi per-, konfiksasi pe-an, konfiksasi per-an,
dan sufiksasi –an. (Abdul Chaer 2008:46).
Menurut Chaer, Abdul (2008:46) morfofonemik dalam pembentukan bahasa Indonesia sebagai berikut :
1.
Prefiksasi ber-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan
prefiks ber- berupa :
a.
Pelesapan fonem /r/
pada prefiks ber- itu terjadi
apabila bentuk dasar ang diimbuhi mulai dengan fonem /r/,
misal : ber
+ ragam = beragam
b.
Perubahan fonem /r/
pada prefiks ber- menjadi fonem /l/
terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar, misal : ber + ajar = belajar
c.
Pengekalan fonem /r/
pada prefiks ber- tetap /r/ terjadi
apabila bentuk dasarnya bukan ada pada a dan b di atas, misal
: ber
+ lari = berlari
2. Prefiksasi
me- ( termasuk klofiks me-kan dan me-i )
Morfofonemik dalam proses
pengimbuhan dengan prefiks me- menurut Abdul Chaer (2008:47) dapat
berupa :
a. Pengekalan
fonem,hal ini terjadi apabila bentuk dasarnya di awali dengan konsonan
/r,l,w,y,m,n,ng,dan ny/,contoh : me + rawat = merawat.
b. Penambahan
fonem,yakni penambahan fonem nasal /m,n,ng,dan nge/.Penambahan fonem nasal /m/
terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsosnan /b/ dan /f/.Contoh :me
+ fitnah = memfitnah
Penambahan fonem nasal /n/ terjadi
apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /d/,contoh : me + dapat = mendapat.
Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi
apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /g,h,kh,a,l,u,e,dan o/.Salah
satu contoh : me
+ goda = menggoda
Penambahan fonem nasal /nge/
terjadi apabila bentuk dasarnya hanya terdiri dari suku kata.Contoh : me + cat = mengecat.
c. Peluluhan
fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai
dengan konsonan bersuara /s,k,p,dan t/. Contoh : me + sikat = menyikat
me + kirim = mengirim
me + pilih = memilih
3. Prefiksasi
pe- dan konfiksasi pe-an
Abdul Chaer
(2008:49) menyebutkan morfofonemik dalam
proses pengimbuhan dengan prefiks pe- dan konfiks pe-an sama dengan
morfofonemik yang terjadi dalam proses pengimbuhan dengan me-yaitu :
a) Pengekalan
fonem,dapat terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan
/r,l,y,m,n,ng,dan ny/.Contoh : pe
+ latih pelatih pelatihan.
b) Penambahan
fonem,yaitu penambahan fonem nasal /m,n,ng,dan nge/ antara prefiks dan bentuk
dasar. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh
konsonan /b/.Contoh : pe
+ baca pembaca pembacaan
Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila
bentuk dasarnya diawali oleh konsonan /d/.Contoh : pe + didik pendidik pendidikan
Penambahan
fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan
/g,h,kh,a,l,u,e, dan o/. Contoh: pe
+ gali penggali penggalian
Penambahan fonem nasal
/nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa bentuk dasar satu suku. Contoh: pe +cat pengecat pengecatan
c) Peluluhan fonem, apabila
prefiks pe- (pe-an) diimbuhkan pada bentuk kata dasar yang diawali
dengan konsonan bersuara /s,k,p, dan t/. Contoh: pe
+ saring penyaring penyaringan
4. Prefiksasi per- dan
konfiksasi per-an
morfofonemik dalam pengimbuhan
prefiks per- dan konfiks per-an dibagi 3:
a) pelepasan
fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /r/. per +
ringan peringan
b) Perubahan
fonem /r/ menjadi /l/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa kata ajar. per + ajar pelajar
c) Pengekalan
fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang disebutkan pada a dan b di
atas. per
+ kaya perkaya
5. Sufiksasi
-an
Abdul Chaer
(2008:54) menjelaskan bahwa morfofonemik dalam
pengimbuhan sufiks –an dibagi dua :
a) Pemunculan fonem, ada
tiga macam fonem yang dimunculkan dalam pengimbuhan ini, yaitu fonem /w/,/y/,
dan fonem glotal /?/. pandu
+ an panduwan
b) Penggeseran
fonem, terjadi apabila sufiks
-an diimbuhkan pada bentuk dasar
yang berakhir dengan sebuah konsonan. jawab + an ja.wa.ban
6. Prefiksasi
ter-
Morfofonemik dalam
prosespengimbuhan dengan prefiks ter- menurut
Abdul Chaer dibagi menjadi tiga :
a) Pelepasan
fonem dapat terjadi apabila prefiks ter- diimbuhkan pada bentuk dasar yang
dimulai dengan konsonan /r/. ter
+ rasa terasa
b) Perubahan
fonem /r/ pada prefiks ter- menjadi fonem /l/ pada kata anjur. ter + anjur telanjur
c) Pengekalan
fonem /r/ pada prefiks ter- tetap menjadi /r/ apabila prefiks ter- diimbuhkan
pada kata dasar selain a dan b. ter
+ lempar terlempar.
2.
Bentuk
nasal dan tak bernasal
Hadir dan tidaknya bunyi nasal dalam pembentukan
kata bahasa Indonesia sangat erat kaitannya dengan tiga hal menurut Abdul Chaer (2008:56) dalam bukunya yaitu
: pertama, tipe verba yang “menurunkan” bentuk kata itu; kedua,
upaya pembentukan kata sebagai istilah; ketiga, upaya pemberian makna
tertentu.
a. Kaitan
dengan tipe verba
Dalam bukunya Abdul Chaer (2008:56) menyebutkan dalam
bahasa Indonesia ada empat macam tipe verba dalam kaitannya dengan proses
nasalisasi. Keempat verba itu adalah (a) verba berprefiks me- (termasuk
verba me-kan, dan me-i), (b) verba berprefiks me- dengan
pangkal per-, per-kan, dan per-l), (c) verba berprefiks ber-,
dan (d) verba dasar (tanpa afiks apapun).
Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me-
(dengan nomina pe- dan pe-an) yang diturunkan adalah sebagai
berikut.
1) Nasal
tidak akan muncul bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem / l, r, w, y, m, n,
ny, atau ng/. Contoh:
Meloncat, peloncat, peloncatan
Merawat, perawat, perawatan
2) Akan
muncul nasal /m/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /b, p, dan f/.
Contohnya:
Membina, pembina, pembinaan
Memilih, pemillih, pemilihan
3) Akan
muncul nasal /n/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /d, atau t/. Contoh:
Mendengar, pendengar, pendengaran
Mendapat, pendapat, pendapatan
4) Akan
muncul nasal /ny/ bila bentuk dasarnya mulai denga fonem /s, c, dan j/. Contoh:
Menyambut, penyambut, penyambutan
Menyakiti, penyakit, penyakitan
5) Akan
muncul nasal /ng/ bila bentuk dasarnya diawali dengan fonem /k, g, h, kh, a, i,
u, e, atau o/. Contoh:
Mengirim, pengirim, pengiriman
Menggali, penggali, penggalian
6) Akan
muncul nasal /nge-/ apabila bentuk dasarnya berupa kata ekasuku. Misalnya:
Mengetik, pengetik, pengetikan
Mengelas, pengelas, pengelasan
Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- yang
bentuk dasarnya berupa pangkal berafiks per-, per-kan, dan per-l
(dengan nomina bentuk pe- dan pe-an yang diturunkannya) adalah
sebagai berikut.
1) Fonem
/p/ sebagai fonem awal pada dasar yang berupa pangkal per-, per-kan,
atau per-l tidak diluluhkan dengan nasal /m/ bila diimbuhi prefiks me-,
karena fonem /p/ itu adalah sebagian dari prefiks pe- yang menjadi
dasar pembentukan. Contoh: me + perpendek memperpendek
2) Nomina
pelaku yang diturunkan dari verba memper bersifat potensial, dan nomina
hal/proses bersifat aktual menggunakan bentuk per-an. Contoh: memperpendek
perpendekan.
3) Nomina
pelaku yang diturunkandari verba memper-kan dan memper-l adalah
bentuk pemer-; ada yang aktual ada yang masih potensial. Contoh:
mempersatukan pemersatu.
4) Nomina
hal/proses yang diturunkan dari verba memper-kan atau memper-l
berbentuk pemer-an. Contoh: mempertahankan pemertahanan.
Pembentukan nomina pelaku berprefiks pe- dan
nomina hal yang berkonfiks per-an tidak memunculkan bunyi nasal kita.
Contoh:
Bekerja pekerja pekerjaan
Bertani petani pertanian
b. Kaitan
dengan upaya pembentukan istilah
Dalam
bukunya Abdul Chaer (2008) menyebutkan dalam
peristilahan olahraga sudah ada istilah petinju (yang diturunkan dari
verba bertinju) sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju
(yang diturunkan dari verba meninju) yang bukan menyatakan profesi. Kemudian
berdasarkan bentuk petinju dibuatlah istilah-istilah dalam bidang
olahraga seperti petembak (bukan penembak), petenis (bukan penenis),
peterjun (payung) (bukan penerjun payung), pegolf (bukan penggolf).
c. Kaitan
dengan upaya semantic
Dalam bukunya Abdul Chaer (2008:61) menyebutkan bahwa
Untuk memberi makna tertentu, bentuk yang seharusnya tidak
bernasal diberi nasal. Umpamanya, bentuk mengkaji dalam arti ‘meneliti’
dibedakan dengan bentuk mengkaji yang berarti ‘membaca Alquran’. Contoh
yang lain: penjabat pejabat, penglepasan pelepasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar