Selasa, 17 Januari 2017

AFIKSASI (PEMBENTUKAN NOMINA)




“AFIKSASI PEMBENTUKAN NOMINA”




2)      AFIKSASI: PEMBENTUKAN NOMINA
Dalam bukunya Abdul Chaer (2008:144) menyebutkan bahwa pembentukan dengan afiksasi ini ada yang di bentuk langsung dari akar, tetapi sebagaian besar di bentuk dari akar melalui kelas verba dari akar itu. Yang di bentuk langsung dari akar adalah nomina turunan berkonfiks ke-an, seperti kepandaian yang bermakna ‘hal pandai’ dan kepartaian yang bermakna ‘hal partai’. Sedangkan contoh yang di bentuk dari akar melalui verba daru akar itu adalah pembaca yang bermakna gramatikal  ‘yang membaca’, pembacaan yang bermakna  gramatikal ‘hasil membaca’ atau ‘yang dibaca’.
Afiks-afiks pembentukan nomina menurut Abdul Chaer (2008:144), antara lain :
(1)   Nomina berprefiks ke-

Abdul Chaer (2008:145) menjelaskna bahwa nomina berprefiks ke- sejauh data yang ada hanyalah ada tiga biuah kaya, yaitu kata ketua, kekasih dan kehendak dengan mekna gramatikal ‘yang dituai’, ‘yang dikasihi’ dan ‘yang dikehendaki’, sedangkan contoh lainnya tidak ada.

(2)   Nomina berkonfiks ke-an

Ada dua macam proses pembentukan nomina dengan konfiks ke-an menurut Abdul Chaer (2008:145) yaitu pertama yang langsung dibentuk dari bentuk dasar, baik dari akar tunggal maupun akar majemuk, contohnya hutan + ke-an -> kehutanan.
Kedua dibentuk dari akar, tetapi melalui verba (yang dibentuk dari akar tersebut) yang menjadi predikat dalam saty klausa, contohnya keberania (yang diturunkan dari verba berani, dari klausa ‘mereka sungguh berani’).
Sedangkan menurut Abdul Chaer (2008:145) nomina berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal, antara lain :

(a)    memiliki makna gramatikal (a) ‘hal (dasar)’ atau ‘tentang (dasar)’ apabila bentu dasarnya itu memiliki komponen mankna (+bendaan) dan (+objek bicara), contohnya antara lain :

-          kehutanan, artinya ‘hal hutan’
-          keolahragaan, artinya ‘hal olahraga’
-          kebersamaan, artinya ‘hal bersama’
-          ketidakadilan, artinya ‘hal terbaca’

(b)   memiliki makna gramatikal ‘tempat’ atau ‘wilayah’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+bendaan), (+wilayah) dan (+jabatan), contohnya antara lain :

-          kelurahan, artinya ‘wilayah lurah’
-          kecamatan, aratinya ‘wilayah camat’
-          kerajaan, artinya ‘wilayah raja’
-          kesultanan, artinya ‘wilayah sultan’
-          kepresidenan, artinya ‘wilayah presiden’

(3)   Nomina berprefiks pe-

Abdul Chaer (2008:147) telah menjelaskan bahwa ada dua macam proses pembentukan nomina dengan prefiks pe-, antara lain :

(a)    Nomina berprefiks pe- yang mengikuti kaidah persengauan

Prefiks pe- yang mengikuti kaidah persengauan dapat berbentuk pe-, pem-, pen-, per-, peng-, peny- dan peng-. Bentuk atau alomorf pe- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem l r,l,w,y,m,n,ny dan ngl, contohnya yaitu pada kata perawat (verba merawat), perakit (verba merakit), peyakin (verba meyakini).

Dalam bukunya Abdul Chaer (2008:147) telah dijelaskna bahwa bentuk atau alomorf pem- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai denga fonem lb, p, b dan vl. Dengan catatan fonem lb, f dan vl tetap berwujud, sedangkan fonem lpl disenyawakan dengan bunyi nasal dari prefiks itu, cocntohnya yaitu pada kata pembina (verba membina), pemotong (verba memotong), pemfitnah (verba memfitnah).

Sedangkan nomina berprefiks pe- menurut Abdul Chaer (2008:149) memiliki sejumlah makna gramatikal, antara lain :

-          memiliki makna gramatikal ‘yang (dasar) apabila bentuk dari dasar melalui verba yang sama dengan dasar itu, contohnya pada kata :
pembuk (dari verba mabuk dalam kalimat “anak-anak itu sering mabuk di sana”)
-          memiliki makna gramatikal ‘yang me- (dasar)’ apabila dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks me- yang dibentuk dari dasar itu, contonya pada kata penulis (dari dasar itu melalui verba menulis)
-          memiliki makna gramatikal ‘yang me-kan (dasar)’ apabila dibentuk dari dasar melalui verba berklofiks me-kan yang dibentuk dari dasar itu, contohnya yaitu pada penjinak (dari dasar jinak melalui verba ,enjinakkan)
-          memiliki makna gramatikal ‘yang me-i (dasar) apabila dibentuk dari dasar melalui verba me-i yang dibentuk dari dasar itu, contohnya yaitu pewaris (dari dasar waris melalaui verba mewarisi)

(b)   Nomina berprefiks pe- yang tidak mengikuti kaidah pengsengauan

Menurut Abdul Chaer (2008:150) menjelaskan bahwa nomina berprefiks pe- yang tidak mengikuti kaidah persengauan berkaitan dengan verba berprefiks ber- atau verba berklofiks memper-kan yang dibentuk dari dasar itu, sedangkan makna gramatikal yang dimiliki adalah ‘yang ber (dasar), contohnya yaitu peladang (dari dasar ‘ladang melaui verba berladang)

(c)    Nomina berprefiks pe- melalui proses analogi

Dalam Abdul Chaer (2008:152) ada dua macam pembentukan nomia berprefiks pe- yang dibentuk melalui proses analogi, antara lain :

-          Adanya bentuk penyuruh (dengan makna gramaatikal ‘yang menyuruh) dan pesuruh (dengan makna gramatikal ‘yang disuruh’), makan terbentuklah pasangan penatar ‘yang menatar’ dan petatar ‘yang ditatar’
-          Adanya bentuk petinju dan pegulat dengan makna gramatikal ‘yang berolahraga tinju’ dan ‘yang berolah raga gulat’, maka dibentuklah istilah-isttilah seperti pegolf, peyudo, petembak, petenis dans emua istilah olahraga ini tidak mengenal kaidah persengauan.

(4)   Nomina berkonfiks pe-an
Abdul Chaer (2008:153) menjelaskna bahwa konfiks pe-an dalam pembentukan nomina mempunyai enam buah bentuk atau alomorf, yaitu pe-an, pem-an, pen-an, peny-an, peng-an dan penge-an.
Bentuk atau alomorf pe-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem lr,l,w,y,m,n,ny dan ngl , contohnya antara lain perawatan, pelarian, pewarisan, peyakinan, pemantapan, penantian.
Dalam Abdul Chaer (2008:155) menjelaskan bahwa proses pembentuka berkonfiks pe-an dilakukan dari dasar melalui verba berprefiks me-, berklofiks me-kan atau berklofiks me-i, maka makna gramatikal yang dimiliki adalah :

-          Memiliki maka gramatikal ‘hal/proses me (dasar)’ apabila dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks me- inflektif, conthnya pada kata pembacaan, artinya ‘hal membaca’
-          Makna gramatikal ‘hal/proses me-kan (dasar)’ apabila dibentuk dari dasar melalui verba berklofikss me-kan yang dibentuk dari dasar itu, contohnya yaitu pembenaran, artinya ‘hal membenarkan’.
-          Makna gramatikal ‘hal/proses me-i (dasar)’ apabila dibentuk dari dasar melalui vera berklofiks me-i yang dibentuk dari dasar itu, contohnya yaitu pewarisan, artinya ‘hal mewarisi’.

(5)   Nomina berkonfiks per-an

Abdul Chaer (2008:156) menjelaskan bahwa ada dua macam proses nomina dengan konfiks per-an, antara lain :

-          Dibentu dari dasar melalui verba ber- bentuknya mengikuti perubahan bentuk prefiks ber-, sehingga menjadi bentuk per-an, pe-an dan pel-an  contohnya perdagangan (dari verba dagang)
-          Dibentuk dari dasar (baik akar maupun bukan) nomina ccontohnya perkaretan, perburuhan dan perkantoran.

Sedangkan makn graatikal yang dibentuk  dari nominal berkonfiks per-an antara lain :

(a)    ‘hal ber- (dasar), contohnya antara lain :

-          pergerakan, bermakna ‘hal gerak’
-          perselingkuhan, bermakna ‘hal berselingkuh’
-          pertemuan, bermakna ‘hal bertemu’
-          perdebatan, bermakna ‘hal berdebat’
-          pergunjingan, bermakna ‘hal bergunjing

(b)   ‘hal, tentang atau masalah (dasar), contohnya antara lain :

-          perekonomian, artinya ‘hal ekonomi’
-          perkreditan, artinya ‘hal kredit’
-          perhotelan, artinya ‘hal hotel’
-          perkaretan, artinya ‘hal karet’
-          perkotaan, artinya ‘hal kota’

(c)    ‘daerah, wilayah atau tempat’ antara lain :

-          pergunungan, berarti ‘daerah gunung’
-          pedalaman, berabti ‘daerah dalam’
-          pemukiman, berarti ‘tempat mukim’
-          pertapaan, berarti ‘tempat tapa’
-          peristirahatan, berarti ‘tempat istirahat’

(6)   Nomina bersufiks –an

Abdul Chaer (2008:159) menjelaskan bahwa ada dua macam proses pembentukan nomina  bersufiks –an, antara lain :

(a)    Dibentuk melalui dasar verba melalui verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal antara lain :

-          Memiliki makna gramatikal ‘hasil me (dasar)’ apabila hubungan antara verba me- inflekif yang dibentuk dari dasar itu dengan objeknya ‘menyatakan ‘hasil’ contohnya tulisan, dalam arti ‘hasil menulis (diturukan melalui verba menulis, di mana hubungan verba menulis dengan objeknya, misalnya surat mempunyai hubungan hasil.
-          Memiliki makna gramatikal ‘yang di (dasar)’ apabila hubungan antara verba me-inflektif yang dibentuk dari dasar itu dengan objeknya menyatakan ‘sasaran’ seperti nomina makanan, bacaan dan tahanan, contohnya yaitua makanan di lemari sudah tidak tersisa lagi.
-          Memiliki makna gramatikal ‘alat (me)’ apabila verba berprefiks me- yang dilaluinya memiliki komponen makna (+alat) seperti nomina saringan (dari verba menyaring), ayakan (dari verba mengayak) dan kukusan (dari verba mengukus)
(b)   Dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘tempat ber- (dasar)’, misalnya pada nomina kubangan, tepian, pangkalan pada kalimat :
lubang-lubang di jalan itu ada yang sebesar kubangan kerbau (kubangan berarti ‘tempat berkubang)
(c)    Sufiks –an yang dibentuk dari dasar menurut Abdul Chaer (2008:162) menjelaskan sebagai berikut :
-          memiliki makna gramatikal ‘tiap-tiap’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ukuran) atau (+takaran), seperti nomina bulanan pada kalimat majalah ini terbit bulanan.
-          memiliki makna gramatikal ‘tiap-tiap’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+kebendaan) dan (+kecil) seperti nomina ubanan pada kalimat “kakak masih muda, tetapi rambutnya masih ubanan”
-          memiliki makna gramatikal ‘tiap-tiap’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+kebendaan) seperti nomina murahan pada kalimat “saya tidak mau membeli barang muarahan”

(7)   Nomina bersufiks –nya

Menurut Abdul Chaer (2008:163) menjelaskan bahwa ada dua bentu nomina bersufiks –nya antara lain
-          nomina besufiks –nya sebagai pronomina persona ketiga tunggal, contohnya saya mau minta tolong kepadanya.
-          nomina bersufiks –nya membentuk nomina dengan makna gramatikal, contohnya (1) hak dasar yang memiliki komponen makna (+keadaan) contohnya naiknya harga BBM mengurangi pendapatan sopir taksi, (2) memiliki makna gramatikal ‘penegasan’ kalau bentuk dasarnya (+kebendaan) atau (+tindakan), contohnya mau makan, nasinya habis.

(8)   Nomina berprefiks ter-

Menurut Abdul Chaer (2008:164) menjelaskan bahwa nomina berprefiks ter- dengan makna gramatikal ‘yang di (dasar)’ hanya terdapat sebagai istilah dalam bidang hukum, contohnya tersangka, terperiksa, terdakwa, tergugat, tertuduh, terhukum dan terpidana.

(9)   Nomina berinfiks –el, -em- dan –er-
Abdul Chaer (2008:165) menjelaskna bahwa di dalam perkembangan bahasa Indonesia banyak menyerap kosakata asing, terutama dari bahasa Arab, Inggris dan Belanda, ada yang diserap secara utuh artinya kosakata itu diserap sekaligus dengan “sufiks” yang menjadi penanda kategori kata serapan itu antara lain :

NO
SUFIKS PENANDA
PADA KATA
MAKNA GRAMATIKAL
1.
in
hadirin



laki-laki yang (dasar)
muslimin
mukminin
mukimin
muhajirin
2.
at
hadirat


perempuan yang (dasar)
muslihat
mukminat
3.
-ah
gairah

perempuan yang (dasar)
hafizah
4.
si
kritisi


yang bergerak dalam bidang (dasar)
musisi
politisi
teknisi
redaksi
5.
-ika
fisika
ilmu tentang (dasar)
mekanika
linguistika
matematika
fonetika
6.
-ir
importir
pelaku kegiatan (dasar)
eksportir
leveransir
donasir
7.
-ur
direktur
laki-laki yang menjadi (dasar)
kondektur
redaktur
inspektur
8.
-us
Politikus
orang-orang yang melakukan dasar
Musikus
kritikus
9.
-isme
Kapitalisme
paham mengenai (dasar)
Foedalisme
islamisme
daerahisme
sukuisme
10.
-sasi
organisasi
proses pe-an (dasar)
spesialisasi
inventarisasi
tendanisasi
neonisasi
11.
-or
aktor
Yang melakukan/menjadi (dasar)
diktator
proklamator
konduktor
indikator

Catatan dalam Abdul Chaer (2008:167) yaitu sufiks asing tidak produktif dalam pembentukan nomina bahasa Indonesia, kata-kata “asli” Indonesia yang telah diberi sufiks asing itu yang ada hanyalah kata-kata sukuisme, daerahisme, tendanisasi, neonisasi dan lelenisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar