“KOMPOSISI”
1.
Pengertian Komposisi
Dalam bukunya Abdul Chaer (2008:209)
komposisi adalah hasil dan proses penggabungan dasar (biasanya berupa akar maupun
bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu “konsep” yang belum tertampung dalam
sebuah kata. Padahal seperti yang kita ketahui semua konsep dalam kehidupan
kita banyak sekali, sedangkan jumlah kosakata terbatas. Oleh karena itu, proses
komposisi ini dalam bahasa indonesia merupakan suatu mekanisme yang cukup
penting dalam pembentukan dan pengayaan kosakata. Misalnya disebutkan dalam
Abdul Chaer (2008:209) bahwa kata bukit untuk mengacu pada konsep “gunung
kecil”, tetapi dalam kehidupan nyata kita punya juga “bukit kecil”, maka konsep
“bukit kecil” itu kita wadahi dengan gabungan anak bukit.
Sedangkan
menurut Prof. Dr. E. Zaenal Arifin dan Dra. Junaiyah H.M., M.Hum (2009:15)
menjelaskan bahwa komposisi atau pemajemukan atau penggabungan adalah suatu
proses morfologis yang mengubah gabungan leksem menjadi satu kata, yakni kata
majemuk. Misalnya leksem sapu dan leksem tangan dapat dibentuk menjadi sebuah
kata majemuk dengan menggunakan proses morfologis komposisi menjadi saputangan.
Pemajemukan menurut Prof. Dr. E. Zaenal Arifin dan Dra. Junaiyah H.M., M.Hum
(2009:15) dapat berupa (1) pemajemukan bentuk bebas dengan bentuk bebas, (2)
pemajemukan bentuk bebas dengan bentuk terikat, ataupun (3) pemajemukan bentuk
terikat dengan bentuk terikat.
Contoh
pemanjemukan bentuk bebas dengan bentuk bebas
dalam Prof. Dr. E. Zaenal Arifin dan Dra. Junaiyah H.M., M.Hum (2009:15)
adalah kerja sama, terima kasih, buku kas, bebas tugas, riwayat hidup, masuk
bursa, garis servis tengah, unit gawat darurat, dan gaya angkat bebas balon.
Sedangkan contoh pemajemukan bentuk bebas dengan bentuk terikat adalah biodata,
dwibahasa, dwiktub, dwinama, dwitunggal, nonbaku, nonpartai, narapidana,
narasumber, nirbentuk, niraksair nirgigi, nirbentuk, pasca lahir, pascatsunami,
pascaledakan, pascaperang dan durtindak.
Penyataan di
atas selaras dengan Wendi Widya Ratna Dewi (2009:39) bahwa komposisi disebut
juga pemajemukan. Pemajemukan meupakan suatu proses pembentukan kata dengan
menggabungkan dua kata atau lebih. Hasil dari proses pemajemukan adalah kata
majemuk. Kata majemuk adalah kata yang terdiri atas dua kata atau lebih yang
mempunyai arti berbeda dengan kata-kata pembentuknya. Menurutnya kata majemuk
terdiri atas dua unsur. Unsur pembentuk kata majemuk dapat berupa :
1.
Kata dan kata, misalnya rumah sakit, kamar kecil, meja
makan, kereta api dan orang tua.
2.
Kata dan pokok kata atau pokok kata dengan kata, misalnya
ruang lingkup, kolam renang, kamar tunggu, ulang tahun dan sepak pojok.
3.
Pokok kata dan pokok kata, misalnya cetak ulang, misalnya
cetak ulang, serah terima, lomba juang, baca tulis dan tanam paksa.
Ciri kata
majemuk menurut Wendi Widya Ratna Dewi (2009:39) antara lain :
1)
Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata. Pokok
kata ialah satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa
dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas, yang dapat dijadikan bentuk
dasar bagi suatu kata., contohnya tempur, tahan, renang, jual, beli dan masih
banyak lagi.
2)
Hubungan antar unsur-unsur pembentuknya sangat erat
sehingga unsur-unsurnya tidak dapat dipisahkan dengan keterangan. Jika diberi
keterangan, keterangan itu harus dikenakan pada keseluruhan konstruksinya,
bukan unsur masing-masing. Jadi kalimat rumah besar sekali tidak berterima,
sedangkan kalimat rumah sakit besar. Hal tersebut berbeda halnya dengan frasa
rumah rusak yang dapat diberi keterangan pada unsurnya masing-masing, contohnya
rumah ayah rusak.
3)
Unsur pembentuk kata majemuk tidak dapat diperlukan
(dibalik susunannya), misalnya antara lain :
rumah makan -> makan
rumah
ruang baca -> baca
ruang
panjang tangan -> tangan
panjang
4)
Jika mengalami proses pembentukan kata, kata majemuk itu
menjadi bentuk dasar secara utuh, misalnya antara lain :
kereta api -> perkeretaapian
tanggung jawab -> pertanggungjawaban
2. Komposisi dalam Peristilahan
Dalam bab
mengenai komposisi, Kridalaksana (1989)
menyamakan istilah komposisi sama dengan perpaduan atau pemajemukan, yaitu
proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Hasil proses itu
disebut paduan leksem atau kompositum, yang menjadi calon kata majemuk.
Kridalaksana (1989) juga menjelaskan kalau kata majemuk yang berasal dari
paduan leksem atau kompositum adalah hasil proses morfologi, maka yang disebut
frase adalah hasil proses sintaksis. Frase dibentuk dari paduan kata dengan
kata, bukan leksem dengan leksem. Jadi, dengan kata lain kalau komposisi adalah
masalah morfologi, maka frase adalah hasil sintaksis. Oleh karena itu, ada
kemungkinan adanya sebuah data kebahasaan bila dilihat dari segi morfologi
sebagai sebuah komposisi, tetapi kalau dilihat dari segi sintaksis sebagai
sebuah frase.
Sekarang kita
lihat konsep komposisi ini dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Alwi,
1998). Buku ini yang membuat deskripsi bahasa berdasarkan kategori, tidak
membicarakan komposisi dalam satu bab khusus, melainkan dimaksukkan dalam
pembicaraan mengenai verba, ajektifa dan nomina. Jadi ada verba majemuk,
ajektifa majemuk dan nomina majemuk. Uraian yang diberikan cukup membingungkan,
sebab, misalnya dalam pembicaraan verba majemuk, bentuk-bentuk idiom tidak
termasuk verba majemuk, tetapi dalam pembicaraan ajektifa, bentuk-bentuk idiom
dimasukkan juga sebagai ajektifa majemuk. Jadi, kriteria yang digunakan untuk
menyebut verba majemuk dan nomina majemuk di satu pihak, tidak sama dengan
kriteriauntuk menyebut ajektifa majemuk di pihak lain. (Abdul Chaer, 2008:212)
3. Aspek Semantik Komposisi
Tujuan utama
membentuk komposisi menurut Abdul Chaer (2008:202) adalah untuk menampung atau
mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan kita tetapi belu ada wadahnya
dalam bentuk sebuah kata. Dilihat dari usaha untuk menampung konsep-konsep ini
dapat dibedakan menjadi lima macam komposisi menurut Abdul Chaer (2008:212)
antara lain :
1)
Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan
sederajat,sehingga membentuk komposisi yang koordinatif, misalnya penggabungan dasar
makan dan dasar minum menjadi komposisi makan minum, penggabungan dasar kaya
dan dasar miskin menjadi komposisi kaya miskin, dan penggabungan dasar ayam dan
dasar itik menjadi komposisi ayam itik. Makna gramatikal hasil penggabungan
koordinatif bisa ‘dan’ bisa juga ‘atau’ tergantung pada konteks kalimatnya,
bisa juga bermakna idiomatik, contohnya lain :
-
Baca tulis ‘baca
dan tulis’
-
Pulang pergi ‘pulang
dan pergi’
-
Makan pakai ‘makan
dan pakai’
-
Cantik molek ‘cantik
dan molek’
-
Tua muda ‘tua
dan muda’
-
Jauh dekat ‘jauh
dan dekat’
-
Tikar bantal ‘tikar
dan bantal’
2)
Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabung tidak
sederajat, sehingga melahirkan komposisi yang subordinatif. Di dalam komposisi ini
unsur pertama merupakan unsur utama dan unsur kedua merupakan unsur penjelas,
misalnya dasar sate sebagai unsur utama digabung dengan dasar ayam sebagai
unsur penjelas menjadi komposisi sate ayam yang bermakna gramatikal ‘sate yang
berbahan dasar ayam’.
Makna
gramatikalkomposisi subordinatif ini memang tergantung pada komponen makna yang
dimiliki unsur keduanya. Seperti contoh di atas pada sate ayam, dasar ayam
memiliki komponen makna (+bahan), bisa (+tempat), (campuran) maupun (+pembuat).
3)
Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni yang
maknanya sudah pasti, sudah tertentu, meskipun bebas dari konteks
kalimatnya, karena sebagai istilah hanya digunakan dalam bidang ilmu atau
kegiatan tertentu. Makna istilahdalam komposisi ini tidak ditentukan oleh
hubungan kedua unsurnya, melainkan ditentukan oleh keseluruhannya, beberapa
contoh istilah menurut Abdul Chaer (2008:213) dalam bentuk komposisi antara
lain :
a) Istilah
Olahraga :
-
tolak peluru
-
angkat besi
-
terjun payung
-
terbang layang
-
balap sepeda
b) Istilah
Linguistik :
-
fonem vokal
-
morfem bebas
-
frase endosentik
-
klausa verbal
-
kalimat inti
c) Istilah Politik
:
-
suaka politik
-
hak angket
-
hak pilih
-
hak prerogatif
-
sidang paripurna
d) Istilah
Pendidikan
-
buku ajar
-
tahun ajaran
-
guru bantu
-
model pembelajaran
-
tenaga kependidikan
e) Istilah Agama
(Islam)
-
hadis sahih
-
ayat kursi
-
wali hakim
-
zakat fitrah
-
ibadah haji
4)
Komposisi pembentukan idiom, yakni penggabungan dasar dengan
dasar yang menghasilkan makna idiomatik, yaitu makna yang tidak dapat
diprediksi secara leksikal maupun gramatikal, contohnya penggabungan meja dengan dasar hijau yang menghasilkan komposisi meja hijau dengan makna ‘pengadilan’. Berikut contoh komposisi idiomatik
lainnya :
-
memerass keringat ‘bekerja keras’
-
membanting tulang ‘bekerja keras’
-
menjual gigi ‘tertawa keras-keras’
-
beratap seng ‘sudah tua’
-
bau kencur ‘(masih) kanak-kanak’
Sebetulnya ada
dua macam bentuk komposisi idiomatik, yaitu pertama yang berupa idiom penuh di
mana semua unsurnya merupakan satu kesatuan, seperti contoh di atas. Yang kedua
adalah idiom sebagian yaitu idiom yang salah satu unsurnya bermakna leksikal,
misalnya
-
daftar hitam, daftar yang berisi nama-nama orang yang
diduga berbuat salah’
-
baju kebesaran,’baju berkenaan dengan kepangkatan’
-
gaji buta,’gaji yang diterima meskipun sudah tidak
bekerja’
5)
Komposisi yang menghasilkan nama, yakni yang mengacu pada
sebuah maujud dalam dunia nyata, misalnya griya matraman, stasiun gambir dan
selat sunda.
4. Pengembangan Komposisi
Sebenaranya
dalam Abdul Chaer (2008:205) mejelaskan bahwa maksud utama pembentukan
komposisi adalah untuk mewadahi komsep-konsep yang ada dalam kehidupan nyata
tetapi belum ada kosakatanya dalam bentuk tunggal. Dalam bukunya Abdul Chaer (2008:215) bahwa komposisi sebenarnya dapat
dikembangkan menjadi beberapa bentuk antara lain :
1)
Komposisi Nomina
Abdul
Chaer (2008:216) menyebutkan yang dimaksud dengan komposisi nominal adalah komposisi yang
pada satuan klausa berkategori nomina. Misalnya komposisi kakek nenek dan baju baru.
Komposisi
nominal dapat dibentuk dari dasar :
a)
Nomina + nomina, seperti kakek nenek, meja kayu dan sate
kambing.
b)
Nomina + verba, seperti meja makan, buku ajar dan ruang
tunggu.
c)
Nomina + ajektifa, seperti guru muda, mobil kecil dan
meja hijau.
d)
Adverbia + nomina, seperti bukan uang, banyak uang,
banyak buaya, beberapa murid.
Kemudian dalam Adul Chaer (2008:217)
disebutkan bahwa dalam semantik, dibedakan menjadi beberapa macam komposisi nomina, yaitu :
a)
Komposisi Nominal Bermakna
Gramatikal
Makna gramatikal dalam
Abdul Chaer (2008:146) menyebutkan bahwa makna yang muncul dalam proses
penggabungan dasar dengan dasar dalam pembentukan sebuah komposisi. Makna
gramatikal yang muncul dalam proses pembentukan komposisi nominal, antara lain
adalah makna yang menyatakan seperti pada kolom berikut ini :
No
|
Makna
Gramatikal
|
Pengertian
|
Memiliki
komponen makna
|
Contoh
|
1.
|
Gabungan
biasa
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan
|
( + pasangan
antonim relasional)
|
Ayah ibu,
guru murid, suami istri
|
( + anggota
dari satu medan makna)
|
Topan badai,
sawah ladang, kampung halaman
|
|||
2.
|
bagian
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari
|
Unsur pertama
(+bagian dari kedua unsur), unsur kedua (+keseluruhan mencakup unsur pertama)
|
Awal tahun,
tengah semester, akhir bulan, suku bangsa, pangkal paha
|
3.
|
Kepunyaan
atau pemiliki
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata milik
|
Unsur pertama
(+benda termilik), unsur kedua (+insan), (+yang diinsankan) atau (+pemilik)
|
Sepatu adik,
rumah nenek, tanah negara, mobil direktur
|
4.
|
Asal bahan
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari
|
Unsur pertama
(+bahan pembuat unsur pertama)
|
Cincin emas,
sate ayam, kursi rotan, jaket kulit, lemari besi
|
5.
|
Asal tempat
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata berasal
dari
|
Unsur kedua
(+tempat berasalnya unsur pertama)
|
Sate padang,
jeruk bali, soto madura, dodol garut, jambu bangkok.
|
6.
|
Bercampur
atau dicampur dengan
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata berasal dari
|
Unsur kedua
(pencampur pada unsur pertama)
|
Teh susu,
roti keju, lontong sayur, sate lontong, semen pasir, gula mentega
|
7.
|
Hasil buatan
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata buatan
|
Unsur kedua
(+pembuat unsur pertama)
|
Puisi
Chairil, mobil Jepang, Lukisan Afandi, novel Idrus, buku Gramedia
|
8.
|
Tempat
melakukan sesuatu
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata tempat
|
Unsur pertama
(+ruang), unsur kedua (+tindakan)
|
Kamar
periksa, rumah makan, ruang tunggu, kamar mandi, halaman parkir
|
9.
|
Kegunaan
tertentu
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk
|
Unsur pertama (+kegunaan), unsur kedua (+tindakan)
|
Uang belanja,
mobil dinas, kapal perang, kendaraan angkutan, pintu masuk, jalan tembus.
|
10.
|
bentuk
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata
benrbentuk
|
Unsur pertama
(+benda), unsur kedua (+bentuk) dan (+wujud)
|
Meja bundar,
rumah mungil, karet gelang, kotak persegi, paku payung.
|
11.
|
Jenis
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata jenis
|
Unsur pertama
(+benda generik), unsur kedua (+benda spesifik)
|
Mobil sedan,
pisau lipat, ayam petelur, burung merpati, bunga anggrek
|
12.
|
keadaan
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dalam
keadaan
|
Unsur pertama
(+benda), unsur kedua (+keadaan)
|
Mobil rusak,
daerah kumuh, gubuk reyot, radio antik, bangku baru, anak malas
|
13.
|
Seperti atau
menyerupai
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti
atau serupa
|
Unsur pertama
(+benda buatan), unsur kedua (+ciri khas benda)
|
Gula pasir,
akar rambut, kopi bubuk, garam bata, gelag akar, rem cakram
|
14.
|
Jender atau
jenis kelamin
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata
berkelamin
|
Unsur pertama
(+makhluk), unsur kedua (gender)
|
Ayam jantan,
sapi betina, ayam jago, anak laki-laki, atlet putra
|
15.
|
model
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata model
|
Unsur pertama
(+benda buatan), unsur kedua (+ciri khas dari sesuatu)
|
Celana
jengki, topi koboy, rambut prajurit, kebaya encim, kebaya kartini
|
16.
|
Memakai atau
menggunakan
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipi kata memakai
|
Unsur pertama
(+benda alat), unsur kedua (+bahan yang digunakan)
|
Kapal layar,
mesin uap, rem angin, mesin diesel, sumpah pocong, kereta listrik
|
17
|
Yang di...
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipi kata yang di...
|
Unsur kedua
(+perlakuan terhadap unsur pertama)
|
Anak angkat,
ayam goreng, roti bakar, pisang rebus, tempe bacem, ketan panggang
|
18.
|
Ada di...
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipi kata di
|
Unsur pertama
(+kegiatan), unsur kedua (+tempat)
|
Bajak laut,
kapal udara, uang muka, lari gawang, angkatan darat, wisata alam
|
19.
|
Yang (biasa)
melakukan
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipi kata melakukan
atau yang mengerjakan
|
Unsur
pertama (+pelaku), unsur kedua
(+tindakan) atau (+kegiatan)
|
Jago balap,
jago makan, juru bayar, juru parkir, tukang todong, tukang tipu.
|
20.
|
Wadah atau
tempat
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipi kata wadah atau
tempat
|
Unsur pertama
(+wadah), unsur kedua (benda berwadah)
|
Kaleng cat,
botol kecap, tabung gas, mangkuk bubur, kamar mayat, cangkir kopi.
|
21.
|
Letak atau
posisi
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipi kata yang
berada di...
|
Unsur pertama
(+benda), unsur kedua (+posisi)
|
Pintu depan,
kamar tengah, pintu samping, paviliun kiri, laci atas,
|
22.
|
Mempunyai
atau di lengkapi dengan
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipi kata
|
Unsur pertama
(+benda alat), kedua (+pelengkap)
|
Kursi roda,
truk gandengan, amplop berjendela, sepeda motor, kamar AC
|
23.
|
Jenjang,
tahap atau tingkat
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipi kata tahap atau
tingkat
|
Unsur pertama
(+kegiatan), unsur kedua (+tahap) atau (+tingkatan)
|
Sekolah
dasar, pemain pemula, pendidikan awal, bagian pengantar, sekolah tinggi
|
24.
|
Rasa atau bau
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipi kata yang
rasanya atau yang baunya
|
Unsur pertama
(+benda rasa) atau (benda bau), unsur kedua (+rasa) atau (+bau)
|
Kacang asin,
gulai pedas, air tawar, mi sedap, gulai pedas, obat pahit.
|
b)
Komposisi Nominal Bermakna Idiomatik
Dalam
Abdul Chaer (2008:222) menyebutkan bahwa Ada sejumlah komposisi nominal
memliki makna idiomatic, berupa idiom penuh maupun berupa idiom sebagian. Yang
berupa idiom penuh artinya, seluruh komposisi itu memiliki makna yang tidak
dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal, misalnya :
-
Orang tua, dalam arti ‘ayah ibu’
-
Kambing hitam, dalam arti ‘orang yang dipersalahkan dalam
satu perkara’
-
Kumis kucing, dalam arti ‘sejenis tanaman obat’
-
Meja hijau, dalam arti ‘pengadilan’
-
Kupu-kupu malam dalam arti ‘wanita tuna susila’
-
Daun muda, dalam arti ‘wanita remaja’
-
Buaya darat, dalam arti ‘penjehat kecil’
Komposisi yang
berupa idiom sebagian menurut Abdul Chaer (2008:223) adalah salah satu unsurnya
masih memiliki makna leksikalnya, seperti komposisi daerah, hitam, pakaian
kebesaran, koran kuning dan gaji buta. Kata daerah pada komposisi daerah hitam,
kata pakaian pada komposisi pakaian kebesaran, kata koran pada komposisi koran
kuning dan kata gaji pada komposisi gaji buta masih memiliki makna leksikalnya.
c)
Komposisi Nominal Metaforis
Dalam
bukunya Abdul Chaer (2008:223) menyebutkan bahwa Ada sejumlah komposisi nominal yang
salah satu unsurnya digunakan secara metaforis yakni dengan mengambil salah
satu komponen makna yang dimiliki oleh unsur tersebut, umpamanya
unsur kaki pada komposisi kaki gunung diberi makna metaforis dari komponen
makna kaki, yaitu (+terletak pada bagian bawah). Sedangkan pada komposisi kaki
meja diberi makna metaforis dari komponen makna kaki, yaitu (+penunjang
berdirinya tubuh), berikut beberapa contoh komposisi nominal metaforis antara
lain :
-
kaki mobil
- daun jendela
-
catatan kaki - daun pintu
-
kepala surat - daun telinga
-
kepala paku - mulut gua
-
kepala kantor - mulut botol
d)
Komposisi Nominal Nama dan Istilah
Dalam
Abdul Chaer (2008:224) menyebutkan bahwa ada sejumlah komposisi nominal yang
berupa nama atau istilah sebagai nama atau istilah komposisi ini tidak bermakna
gramatikal ,tidak bermakna idiomatic, juga bermakna metaforis, contohnya
Nama Istilah
Hotel Indonesia buku ajar
Apotik Rini lepas
landas
Jalan Jagorawi suku
cadang
Kampung Bali anak
angkat
Dukuh Zamrud bapak
angkat
Tanah Abang rumah
singgah
e)
Komposisi Nominal dengan Adverbia
Dalam
bukunya Abdul Chaer (2008:224) menyebutkan bahwa ada sejumlah komposisi nominal yang
bentuk dari kelas adverbia dan kelas nominal. Makna komposisi jenis ini di
tentukan oleh makna “leksikal” dari kata adverbial itu, Adverbia yang
mendampingi nomina adalah adverbia yang menyatakan negasi, yaitu bukan, tiada
dan tanpa, dan advervia yang menyatakan jumlah, yaitu beberapa sejumlah, contoh
:
-
bukan anjing - sedikit air
-
tiada air - sejumlah orang
-
tanpa uang - jarang penduduk
-
banyak hujan - kurang semen
-
beberapa siswa
Kedalam
kelompok ini bisa juga dimasukkan komposisi dengan unsur preposisi, seperti :
-
di pasar
-
dari kampus
-
ke hutan
-
pada bulan
-
suatu saat
2) Komposisi Verbal
Dalam
Abdul Chaer (2008:225) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan komposisi verbal
adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal, misalnya
komposisi menyanyi dan datang menghadap pada kedua kalimat berikut :
-
Mereka menyanyi menari sepanjang malam.
-
Dia datang menghadap kepala sekolah
Dalam Abdul
Chaer (2008:225) komposisi verbal ini dibentuk dari dasar :
a.
verba + verba, seperti menyanyi menari , datang
mengahdap, duduk termenung, dan lari bersembunyi.
b.
verba + nomina, seperti gigit jari, membanting tulang,
makari tangan, dan lompat galah.
c.
verba + ajektifa, seperti lompat tinggi, lari cepat,
berkata keras, dan makan besar.
d.
adverbia + verba, seperti sudah makan, tidak datang,
belum jumpa dan masih tidur.
Kemudian dalam Adul Chaer (2008:226)
disebutkan bahwa dalam semantik, dibedakan menjadi beberaa macam komposisi
verbal, yaitu :
a)
Komposisi Verbal Bermakna Gramatikal
Dalam
bukunya, Abdul Chaer (2008:226) menyebutkan bahwa proses pembentukan komposisi verbal
muncul beberapa makna gramatikal, antara lain seperti pada tabel berikut
:
No
|
Makna
Gramatikal
|
Pengertian
|
Memiliki
komponen makna
|
Contoh
|
1
|
Gabungan
biasa
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan
|
Kedua
unsurnya memiliki makna yang sama
|
Bimbang ragu,
bujuk rayu, caci maki, gelak tawa, hilang lenyap
|
Kedua
unsurnya merupakan anggita dari satu
medan makna
|
Belajar
mengajar, makan minum, menyanyi menari, baca tulis, tanya jawab
|
|||
Kedua
unsurnya merupakan pasangan berantonim
|
Jual beli,
jatuh bangun, pulang pergi, timbul tenggelam
|
|||
2.
|
Gabungan
mempertentangkan
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau
|
Kedua
unsurnya merupakan pasangan berantonim
|
Hidup mati,
rebah bangun, gerak diam, bongkar pasang, maju mundur
|
3.
|
sambil
|
Di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata sambil
|
Unsur pertama
(+tindakan) dan (+gerak), unsur kedua (+tindakan) dan (-gerak)
|
Datang
membawa, datang menangis, datang menggendong, datang meringis, duduk
berbicara
|
4.
|
Lalu
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata lalu
|
Unsur pertama
(+tindakan) dan (+gerak), unsur kedua (+tindakan) (-gerak)
|
Berteriak-teriak,
datang marah-marah, pulang menangis, menerkam mengigit, melompat menedang.
|
5.
|
untuk
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk
|
Unsur pertama
(+tindakan) dan (+gerak) , unsur kedua (+tindakan) dan (+sasaran)
|
Datang
menagih (hutang), pergi membayar (hutang), pergi berobat, lari bersembunyi,
duduk berunding
|
6.
|
dengan
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata dengan
|
Unsur pertama
(+tindakan) dan (+gerak), unsur kedua (+tindakan) dan (+keadaan)
|
Datang
merangakak, ngesot, menangis tersedu-sedu, pulang menggendong
|
7.
|
secara
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata secara
|
Unsur pertama
(+tindakan), unsur kedua (+cara)
|
Terjun bebas,
makan besar-besaran, lari cepat, tukar tambah
|
8.
|
Alat
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata menggunakan
|
Unsur pertama
(+tindakan), unsur kedua (+alat) atau (+yang digunakan)
|
Balap mobil,
balap sepeda, lempar lembing, tolak peluru, lompat galah, terjun payung
|
9.
|
waktu
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata waktu
|
Unsur pertama
(+kegiatan), unsur kedua (+saat) atau (+ketika)
|
Ronda malam,
jaga malam, apel pagi, kawin muda, makan sahur, tidur siang
|
10.
|
karena
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata karena
|
Unsur pertama
(+kejadian), unsur kedua (+penyebab)
|
Cerai mati, mabuk
udara, mabuk asmara, mandi keringat, mabuk darah
|
11.
|
terhadap
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata terhadap atau akan
|
Unsur pertama
(+peristiwa), unsur kedua (+bahaya)
|
Kedap suara,
tahan panas, tahan lapar, tahan kias, tahan peluru
|
12.
|
menjadi
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata menjadi
|
Unsur pertama
(+penyebab), unsur kedua (+akibat)
|
Jatuh cinta,
jatuh sakit, naik haji, bagi rata, masuk tentara, masuk islam
|
13.
|
sehingga
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata sehingga atau sampai
|
Unsur pertama
(+tindakan), unsur kedua (+kesudahan)
|
Tembak mati,
tembak jatuh, sebar luas, buang habis, beri tahu
|
14.
|
menuju
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata ke atau menuju
|
Unsur pertama
(+gerak arah), usur kedua (+arah tujuan)
|
Belok kiri,
hadap kanan, lirik kanan, naik darat, masuk sekolah
|
15.
|
Arah
kedatangan
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari
|
Unsur pertama
(+gerak arah), unsur kedua (+tempat kegiatan)
|
Pulang
kantor, usai sekolah, bubar rapat, habis mandi, pulang kerja
|
16.
|
seperti
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti atau sebagai
|
Unsur pertama
(+keadaan), unsur kedua (+perbandingan)
|
Lurus tabung,
mati kutum buta ayam, kawin ayam, lari-lari anjing, mati kutu,
|
b)
Komposisi Verbal Bermakna Idiomatikal
Di
dalam Abdul Chaer (2008:229) menyebutkan bahwa ada sejumlah komposisi verbal yang
bermakna idiomatikal, yaitu makna yang tidak dapat ditelusuri atau diprediksi
baik secra leksikal maupun gramatikal. Misalnya makan garam dalam arti ‘pengalaman’, makan kerawat dalam arti ‘sangat
miskin’, gigit jari dalam mendapatkan apa-apa’, mengukir langit dalam arti
‘mengkhayal’, pulang nama dalam arti ‘meninggal di tempat lain’, main sabun
dalam arti ‘bermain curang’ dan duduk perut dalam arti ‘hamil’
Abdul Chaer
(2008:229) menjelaskan hampir semua komposisi verba bermakna idiomatikal ini
berstruktur verba + nomina atau berupa klausa predikat + objek atau objek +
pelengkap. Namun maknanya bukan makna gramatikal atau makna sintaktikal
melainkan makna idiomatikal tersebut.
c)
Komposisi Verbal dengan Adverbia
Dalam
Abdul Chaer (2008:231) menyebutkan bahwa verba sebagai pengisi fungsi predikat
dalam sebuah klausa seringkali didampingi oleh sebuah adverbial atau lebih, Adverbia
pendamping adalah :
(a) Adverbia negasi
: tidak, tak , tanpa
(b) Adverbia kala :
sudah, sedang, tengah lagi, akan
(c) Adverbia
keselesaian : sudah, sedang, tengah, belum
(d) Adverbia
aspektual : boleh, wajib, harus, dapat, ingin, mau
(e) Adverbia
frekuensi : sering, jarang, pernah, acapkali
(f) Adverbia kemungkinan
: mungkin, pasti, barang kali, boleh jadi.
Dalam Abdul
Chaer (2008:231) sebuah verba dalam statusnya sebagai pengisi fungsi predikat
dalam sebuah klausa bisa didampingi oleh sebuah adverbia tertentu, tetapi bisa
juga didampingi oleh dua advebia atau lebih. Berikut adalah contoh komposisi
dengan kelas adverbia :
-
tidak makan
-
sudah tidak makam
-
tidak akan makan
-
sudah tidak akan makan
-
harus datang
-
tidak harus datang
-
boleh jadi tidak datang
-
sudah tidak sering datang
-
pasti belum datang
-
belum pasti datang
-
sedang tidak boleh datang
3)
Komposisi Ajektival
Di
dalam bukunya, Abdul Chaer (2008:231) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan komposisi
ajektival adalah komposisi yang pada satuan klausa, berkatagori ajektiva, contohnya
gadis yang cantik molek itu duduk
termenung.
Komposisi
ajektiffal dapat dibentuk dari dasar :
(a)
Ajektifa + ajektifa, seperti tua muda, besar kecil dan
putih biru
(b)
Ajektifa + nomina seperti merah darah, keras hati dan
biru laut
(c)
Ajektifa + verba seperti takut pulang. Malu bertanya dan
berani pulang
(d)
Adverbia + ajektifa seperti tidak berani, sangat indah
dan agak nakal
Kemudian dalam Adul Chaer (2008:232)
disebutkan bahwa dalam semantik, dibedakan menjadi beberapa macam komposisi
ajektival, yaitu :
a)
Komposisi Ajektival Bermakna
Gramatikal
Abdul
Chaer (2008:232) menyebutkan bahwa Dalam proses pembentukannya muncul sejumlah makna
gramatikal, beberapa makna gramatikal, antara lain seperti pada tabel berikut
:
No
|
Makna
Gramatikal
|
Pengertian
|
Memiliki
komponen makna
|
Contoh
|
1.
|
Gabungan
biasa
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kat dan
|
Komponen
makna yang sama sebagai pasangan bersinonim
|
Cantik molek,
gagah berani, tua renta, kering mersik
|
Komponen
makna yang berkebalikan sebagai pasangan berantonim atau beroposisi
|
Tua muda,
baik buruk, timur barat, jauh dekat, atas bawah, besar kecil
|
|||
Komponen
makna yang sejalan atau tidak bertentangan
|
Bulat
panjang, gemuk pendek, tinggi kurus, putih bersih, kecil mungil, adil makmur
|
|||
2.
|
Alternatif
atau pilihan
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau
|
Kedua
unsurnyamemiliki komponen makna bertentangan
|
Buruk baik,
panjang pendek, kalah menang, kaya miskin, mahal murah, tua muda, halal haram
|
3.
|
seperti
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti
|
Kedua
unsurnya berupa dasar yang sama dan memiliki komponen makna yang sama
|
Merah jambu,
merah darah, biru laut, kuning gading, kuning emas, merah jambu, hijau daun
|
4.
|
serba
|
Sama dengan
reduplikasi utuh
|
Kedua
unsurnya berupa dasar yang sama dan memiliki kompone makna sama
|
Mereka memakai
pakaian putih-putih, putih-putih harus harus dibawanya
|
5.
|
untuk
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk
|
Unsur pertama
(+sikap batin) dan unsur kedua (+kejadian)
|
Takut mati,
takut pulang, malu bertanya, malu bertemu, malu datang, berani datang
|
6.
|
kalau
|
Di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata kalau
|
Unsur pertama
(perasaan batin), kedua (+tindakan)
|
Sedih
mendengar, senang melihat, kecewa mengetahui, curiga melihat khawatir
|
b)
Komposisi Ajektival bermakna
Idiomatikal
Dalam
Abdul Chaer (2008:234) menyebutkan bahwa Ada sejumlah komposisi ajektival
bermakna idiomatikal, yakni makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal
maupun gramatikal, misalnya panjang usus dalam
arti’sabar’, tinggi
hati dalam arti angkuh, tinggi rezeki dalama arti ‘sukar dapat rezeki’, keras
hati dalam arti ‘bersungguh-sungguh’, keras kepala dalam arti ‘tidak mau
menurut nasihat’, bengkok akal dalam arti ‘licik dan tidak bisa dipercaya’, dan
sebagainya.
c)
Komposisi Ajektival dengan Adverbial
Abdul
Chaer (2008:234) menyebutkan bahwa hanya ada dua macam adverbial yang mendampingi ajektiva untuk
membentuk komposisi ajektival, yaitu:
- Adverbial negasi : tidak.
- Adverbia derajat : agak, sama, lebih, kurang, sangat,
amat, sekali.
Contoh-contoh pemakaian :
-
tidak bagus, tidak baik, tidak mudah, tidak lurus, dan
tidak cantik
-
Agak tinggi, agak kurus, sama baik, sama tinggi, lebih
jauh, lebih muda, kurang indah, kurang rapat, amat nakal, merah sekali, tua
sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar