“KATA”
a) Hakikat
Kata
Abdul Chaer (2008:5) menjelaskan
bahwa konsep yang sebenarnya ada dan sering
kita jumpai dalam berbagai buku linguistik adalah bahwa kata merupakan suatu
bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah
serta keluar mempunyai kemungkinan mobilitas di dalam kalimat. Batasan dalam
konsep itu menyiratkan dua hal, yan pertama bahwa setiap kata mempunyai urutan
dan susunan fonem yang tetap dan sama antara satu sama lainnya, serta tidak
dapat diselipi atau disela oleh fonem lain. Contohnya kata sikat, urutan
fonemnya adalah /s/, /i/, /k/, /a/ dan /t/. Urutan fonemnya tidak dapat diubah
lagi misalnya menjadi /s/, /k/, /a/, /i/ dan /t/ atau urutan lainnya lagi. Juga
tidak dapat diselipi fonem lain misalnya menjadi /s/, /i/, /u/, /k/, /a/ dan
/t/. Kemudian yang kedua setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di
dalam kalimat atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain atau
terpisah dari lainnya.
Seperti yang
dijelaskan oleh Abdul Chaer (2008:64) menjelaskna bahwa kata sesungguhnya
memiliki karakter, ciri atau sifat yang berbeda, hal ini dilatarbelakangi oleh
kata ada yang dapat berpindah secara bebas, tetapi ada juga yang terikat dengan
satuannya yang lebih besar di dalam kalimat, hal ini tergantung pada kebebasan
dan ketidakbebasan kata tersebut.
b)
Klasifikasi Kata
Menurut Alisyahbana (Abdul
Chaer,2008:64) klasifikasi kata secara tradisional meliputi kelas verba,
nomina, ajektifa, adverbia, numeralia, preposisi, konjungsi, pronomina, artkula
dan interjeksi. Sedangkan Abdul Chaer (2008:65) menyatakan klasifikasi kata ada
dua yaitu kelas terbuka dan kelas tertutup, yang akan dibahas sebagai berikut :
1
Kelas
Terbuka
Kelas terbuka menutut Abdul Chaer (2008:65) yaitu kelas yang keanggotaannya dapat bertambah atau berkurang sewaktu - waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa. Sedangkan anggota dari kelas terbuka yaitu nomina, verba dan adjektiva. Yang akan dikupas satu-persatu yaitu sebagai berikut :
a. Nomina
Menurut Abdul Chaer (2008:69) ciri nomina atau kata benda
dapat dilihat dari adverbia pendampingnya adalah bahwa
kata-kata yang termasuk ke dalam kelas nomina antara lain :
-
tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak,
contohnya tidak ada kata-kata tidak kucing, tidak meja, dan tidak bulan,
-
tidak dapat didahului oleh adverbia sederajat agak,
lebih, sangat dan paling.
-
Tidak dapat didahului oleh adverbia keharusan wajib,
contohnya tidak ada kata wajib kucing, wajib meja dan wajib bulan.
-
Tidak didahului adverbia yang menyatakan jumlah seperti
satu, sebuah, sebatang dan lain sebagainya, contohnya sebuah meja, seekor
kucing, sebatang pensil.
b. Verba
Ciri utama verba atau kata kerja menurut Abdul Chaer
(2008:74) yaitu
dapat dilihat dari
adverbia yang mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas verba
antara lain :
-
Dapat didampingi oleh adverba negasi tidak dan tanpa,
contohnya tidak datang, tidak pulang, tanpa makan semuanya dapat dikatakan
berterima.
-
Dapat didampingi oleh semua adverbia frekuensi contohnya
sering datang, jarang makan dan kadang-kadang pulang.
-
Tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan
penggolongannya, contohnya sebuah membaca, tiga butir menulis. Tetapi dapat
didampingi oleh semua adverbia jumlah contohnya kurang membaca, sedikit
menulis.
-
Tidak didampingi oleh semua adverbia derajat, contohnya
agak pulang, cuku datang, semuanya itu tidak dapat berterima.
-
Dapat didampingi oleh semua adverbia kala (tenses),
contohnya sudah makan, sedang mandi, tengah membaca dan lagi tidur.
-
Dapat didampingi oleh semua adverbia keselesaian,
contohnya belum mandi, baru datang dan sedang makan.
-
Dapat didampingi oleh semua adverbia keharusan contohnya
boleh mandi, harus pulang dan wajib datang.
-
Dapat didampingi oleh semua anggota adverbia kepastian
contohnya pasti datang, tentu pulang dan mungkin pergi.
c. Adjektiva
Menurut Abdul Chaer (2008:80) ciri utama ajektifa atau kata keadaan dapat dilihat dari adverbia yang
mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk ke dalam kelas ajetifa
antara lain :
-
Tidak dapat didampingi oleh adverbia frekuensi sering,
jarang dan kadang-kadang, contohnya tidak ada kata sering indah, jarang tinggi
dan kadang-kadang besar.
-
Tidak dapat didampingi oleh semua adverbia jumlah,
contohnya tidak ada kata banyak bagus, sedikit haru dan sebuah indah.
-
Dapat diampingi oleh semua adverbia derajat, contohnya
agak tinggi, cukup mahal, lebih bagus, dan palin mulia.
-
Dapat didampingi oleh adverbia kepastian pasti, tentu,
mungkin dan barangkalai, contohnya pasti indah, tentu baik, mungkin buruk dan
barangkali canti, semuanya itu berterima.
-
Tidak dapat diberi adverbia kala (tenses) hendak dan mau,
contohnya hendah indah dan mau tinggi semuanya itu tidak berterima.
2
Kelas
Tertutup
Kelas tertutup menurut Abdul Chaer (2008:83) adalah kelas kata yang jumlah anggotanya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau berkurang. Adapun yang termasuk anggota kelas tertutup adalah adverbia, preposisi, konjungsi, numeralia, pronomina, artikulus, interjeksi dan partikel. Yang akan dibahas secara lebih tuntas sebagai berikut :
a. Adverbia
Menurut Abdul Chaer (2008:83) adverbia lazim disebut kata keterangan atau kata keterangan tambahan. Fungsinya adalah menerangkan kata kerja, kata sifat dan jenis kata yang lainnya. Adverbia disebut sebagai kata-kata yang bertugas mendampingi nomina, verba dan adjektiva, bahkan adverbia inilah yang dijadikan dasar kriteria untuk menentukan kata-kata berkelas nomina, verba atau adjektiva.
Sedangkan ciri berkelas adverbia memiliki komponen makna
dalam Abdul Chaer (2008:84) sebagai berikut :
-
(+negasi) yaitu
pada kata ‘tidak’ digunakan untuk menegasikan kelas verba dan ajektifa, ‘bukan’
digunakan untuk menegasikan kelas nomina, verba dan ajektiva yang berada dalam
kontruksi berkontras, ‘tanpa’ digunakan untuk menegasikan kelas nomina dan
verba dan ‘tiada’ digunakan untuk menegasikan kelas nomina dan verba.
-
(+frekuensi) yaitu pada kata sering, jarang,
kadang-kadang, biasa, sekali-kali, acapkali dan selalu. Pada Adverbia ini hanya
dapat digunakan pada kelas verba, tidak digunakan pada kelas verba.
-
(+kuantitas) atau (+jumlah) yaitu pada kata banyak,
sedikit, cukup, kurang, semua, seluruh, sebagian dan beberapa. Umumnya hanya
mendampingi verba namun ada juga yang adverbia yang dapat mendampingi verba,
contohnya banyak rumah, sedikit bicara dan beberapa orang.
-
(+kuantitas) atau (+sederajat) yaitu pada kata agak,
cukup, lebih, kurang, sangat, paling, sedikit dan sekali dan dapat mendampingi
kata dari kelas verba, contohnya agak baik, kurang baik dan paling baik.
-
(+waktu) atau (+kala) yaitu pada kata adverbia sudah,
sedang, lagi, tengah, akan, henda, mau serta dapat mendampingi verba tindakan,
contohnya sudah makan, lagi mandi dan tnegah membaca.
-
(+keselesaian) yaitu pada adverbia sudah, belum, baru,
sedang serta dapat mendampingi kata dari kelas verba dan ajektifa, contohnya
sudah mandi, baru mandi dan baru baik.
-
(+pemberantasan) yaitu pada adverbia hanya, saja serta
dapat mendampingi kata dari kelas verba, nomina dan numeralia, contohnya hanya
nasi, minum saja.
-
(+keharusan) yaitu pada kata boleh, wajib, harus, mesti
dan dapat endampingi kata kelas verba contohnya boleh pergi, wajib pergi.
-
(+kepastian) yaitu pada adverbia pasti, tentu, mungkin,
barangkali serta mendampingi kata kelas verba, contohnya pasti hadir, mungkin
terlambat.
b. Pronomina
Pronomina dalam Abdul Chaer (2008:87) lazim disebut kata ganti atau diorangkan karena tugasnya menggantikan nomina yang ada. Secara umum dibedakan empat macam pronominal, antara lain :
1) Abdul Chaer
(2008:87) menjelaskan kata ganti diri, yaitu pronomina
yang menggantikan nomina orang atau yang
diorangkan, baik berupa nama diri atau bukan nama diri. Kata ganti ini dibedakan menjadi kata ganti orang pertama,
kedua, ketiga, baik tunggal maupun jamak. Ada tiga catatan menurut Abdul Chaer
(2008:88) anatara lain :
-
Penggunaan kata ganti diri dalam masyarakat sering keluar
dari kaidah, salah satunya kata ganti ‘kami’ untuk menyebut dirinya tunggal
bukan jamak.
-
Di Indonesia panggilan kata ganti sering menggunakan
bahasa daerah, misalnya orang jawa memanggil dengan sebutan mabk dan mas dan
lain sebagainya.
-
Dominan faktor sosial atau kedudukan seseorang di dalam
hubungan kekerabatan, contohnya bapak, ibu paman dan lain sebagainya.
2) Kata ganti penunjuk menurut Abdul
Chaer (2008:90) yaitu
kata ini dan itu yang digunakan untuk mengganti nomina sekaligus dengan penunjukan, ini untuk
menunjukkan sesuatu yang dekat dan itu untuk menunjukkan sesuatu yang jauh
dari pembicara, contohnya antara lain :
-
Buku ini adalah buku impor.
-
Penderitaan anak-anak ini harus kita hentikan.
3) Menurut Abdul
Chaer (2008:90) kata
ganti tanya, yaitu kata yang digunakan untuk menanyakan sesuatu.
Kata ganti tanya adalah apa, siapa, mengapa, bagaimana, kenapa, berapa, dan dimana, contohnya
antara lain :
-
Apa ini ?
-
Apakah kamu mengambil buku itu ?
4) Pronomina tak tentu dalam bukunya,
Abdul Chaer (2008:92) menjelaskan bahwa adalah kata-kata yang digunakan
untuk menggantikan nomina yang tidak tentu. Kata ganti tak tentu
meliputi seseorang, salah seorang, siapa saja, setiap orang,
masing-masing, suatu, sesuatu, salah satu, beberapa, contohnya antara lain :
-
Ada seseorang menunggu Anda di luar.
-
Pada suatu hari dia datang ke sini.
c. Numeralia (Kata Bilangan)
Secara umum numeralia menurut Abdul Chaer (2088:92) dibedakan beberapa macam numeralia, antara lain :
1)
Menurut Abdul Chaer (2008:93) kata bilangan adalah
kata-kata yang menyatakan jumlah, urutan, nomor, bilangan,
dan himpunan. Menurut bentuk dan fungsinya bilangan dibicarakan
adanya kata bilangan utama, bilangan genap, bilangan ganjil, bulat, pecahan,
tingkat, dan kata bantu bilangan antara lain :
-
Kata bilangan utama (sejati) adalah kata-kata seperti
satu, dua dan lain sebagainya asalkan bukan dari hasil perkalian kedua bilangan
itu.
-
Kata bilangan genap yaitu suatu bilangan yang habis
dibagi dua, contohnya dua, empat dan lain sebagainya. Sedangkan bilangan ganjil
adalah bilangan yang tidak habis dibagi dua contohnya satu, tiga dan lain
sebagainya.
-
Dapat juga dalam bilangan utama ditulis lima, dua puluh
enam dan lain sebagainya.
-
Kata bilangan tingkat digunakan untuk menyatakan urutan,
contohnya di tinggal di rumah ketujuh dari sini.
-
Kata bilangan himpunan yaitu bilangan yang menyatakan
jumlah atau kelompok, contohnya kedua rumah itu disita oleh pengadilan.
2)
Kata Bantu Bilangan menurut Abdul Chaer (2008:94) sering
disebut dengan kata penjodohan bilangan adalah kata yang digunakan sebagai
tanda pengenal tertentu dan ditempatkan di antara kata bilangan dengan
nominanya, contohnya batang, lembar dan lain sebagainya.
d. Preposisi
Menurut Abdul Chaer (2008:96) preposisi atau kata depan ialah kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa. Secara semantik, preposisi ini menyatakan beberapa makna, yaitu :
1) Tempat berada, yaitu preposisi di,
pada, dalam, atas, dan antara.
2) Arah asal, yaitu preposisi dari.
3) Arah tujuan, yaitu preposisi ke,
kepada, akan, dan terhadap.
4) Pelaku, yaitu preposisi oleh.
5) Alat, yaitu preposisi dengan dan berkat.
6) Perbandingan, yaitu preposisi dari
pada.
7) Hal atau masalah, yaitu preposisi tentang dan mengenai.
8) Akibat, yaitu preposisi hingga atau sehingga dan sampai.
9) Tujuan, yaitu preposisi untuk,
buat, guna, dan bagi.
e. Konjungsi atau Kata Hubung
Konjungsi dalam Abdul Chaer (2008:98) adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis. Baik kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa dan kalimat dengan kalimat. Dilihat dari kedudukannya, konjungsi dibedakan menjadi dua :
1)
Konjungsi koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur
kalimat atau lebih yang kedudukannya sederajat
atau setara. Kemudian dalam Abdul Chaer (2008:98) dilihat dari sifat
hubungannya dikenal adanya konjungsi antara lain :
-
Menghubungakan menjumlahkan, yaitu konjungsi dan, dengan
dan serta, contohnya nenek dan kakek pergi ke Makassar.
-
Menghubungkan memilih, yaitu konjungsi atau, contohnya
mana yang kamu pilih, yang merah atau yang biru.
-
Menghubungkan mempertentangkan yaitu preposisi tetapi,
namun, sedangkan dan sebaliknya, contoh pada kalimat kami ingin menyumbang
lebih, tetapi kemampuan kami terbatas.
-
Menghubungkan membetulkan, yaitu konjungsi melainkan dan
hanya, contohnya dia menangis bukan sedih, melainkan karena gembira.
-
Menghubungkan menegaskan yaitu konjungsi bahkan, malah
(malahan), lagipula, apalagi dan jangankan, contohnya saya tidak hadir karena
sakit. Lagipula saya tidak di undang.
-
Menghubungkan membatasi yaitu konjungsi kecuali dan
hanya, contohnya saya tidak apa-apa, hanyan agak pening..
-
Menghubungkan mengerutkan, yaitu konjungsi kemudian,
lalu, selanjutnya, setelah itu, contohnya dia duduk lalu menulis surat.
-
Menghubungkan menyamakan yaitu konjungsi yaitu, yakni,
ialah, adlaah, bahwa contohnya yang kami perlukan ialah kertas, lem, dan
perekat.
2)
Konjungsi subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah
konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih
yang kedudukannya tak sederajat. Artinya kedudukan klausa yang satu lebih
tinggi (sebagai klausa utama) dan yang kedua sebagai klausa bawahan (lebih
rendah). Konjungsi subordinatif ini dibedakan pula atas konjungsi yang
menghubungkannya antara lain :
-
Menghubungkan menyatakan sebab akibat, yaitu konjungsi
sebab, karena contohnya banyak petani yang mengeluh sebab harga pupuk makin
mahal.
-
Menghubungkan menyatakan persyaratan yaitu konjungsi
kalau, jikalau, jika, bila, bilamana, apabila, asal, contohnya kalau diundang,
saya akan hadir.
-
Menghubungkan menyatakan tujuan yaitu konjungsi agar,
supaya contohnya kami berangkat pagi-pagi agar tidak terlambat tiba di sekolah.
-
Menghubungkan menyatakan waktu, yaitu konjungsi ketika,
sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala, sejak, sambil, selama contohnya sesudah
sarapan kami berangkat ke sekolah.
-
Menghubungkan menyatakan akibat, yaitu konjungsi sampai,
hingga, sehingga contohnya pencuri itu dipukuli orang banyak sampai mukanya
babak belur.
-
Menghubungkan menyatakan batas kejadian, yaitu konjungsi
sampai, hingga contohnya kami menyelesaikan pekerjaan itu sampai pukul tiga
dini hari.
-
Menghubungkan menyatakan tujuan atau sasaran yaitu
konjungsi untu, guna contohnya untuk mengatasi bahaya banjir pemerintah akan
membuat saluran baru.
-
Menghubungkan menyatakan penegasan yaitu konjungsi
meskipun, biarpun, kendatipun, sekalipun contohnya sekalipun tidak lulus ujian,
mereka tetap bergembira.
-
Menghubungkan menyatakan penganndaian yaitu konjungsi
seandainya, andaikata contohnya saya pasti akan celaka andaikata saya jadi
berangkat.
-
Menghubungkan menyatakan perbandingan yaitu konjungsi
seperti, sebagai, laksana contohnya wajahnya pucat pasi ‘sebagai’ bulan
kesiangan.
f. Konjungsi
antarkalimat
Menurut Abdul Chaer (2008:103) yang
dimaksud dengan konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang berada dalam satu
paragraf. Melihat sifat hubungannya dikenal adanya konjungsi antarkalimat yang
antara lain :
-
Menghubungkan dan mengumpulkan yaitu konjungsi jadi,
krena itu, oleh sebab itu, kalau begitu dan dengan demikian itu, contohnya ali
dan ahmad seringkali berkelahi di sekolah. Karena itu, mereka seringkali
dihukum guru.
-
Menghubungkan menyatakan penegaan, yaitu konjungsi
lagipula, apalagi contohnya hawa di jakarta sangat panas, apalagi pada siang
hari.
-
Menghubungkan mempertentangkan atau mengontraskan yaitu
konjungsi namun, sebaliknya contohnya dia memang bandel, keras kepala dan suka
membantah, namun demikian, hatinya baik dan suka menolong.
g. Artikulus
Artikulus atau kata sandang menurut Abdul Chaer (2008:104) adalah kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau mendefinitkan nomina, adjektiva, atau kelas lain. Contoh: si dan sang, the dalam bahasa Inggris, het dan de dalam bahasa Belanda. Contoh: Mana si gendut, dari tadi belum muncul juga. Contoh dalam kalimat antara lain :
-
Mana si gendut, sejak tadi
belum muncul.
-
Nama kucingku adalah si manis.
h. Interjeksi
Abdul Chaer (2008:104) menjelaskan bahwa interjeksi adalah kata-kata yang mengungkapkan perasaan batin. Misalnya karena kaget, marah, terharu, kangen, kagum, sedih, dan sebagainya. Ada dua jenis kata interjeksi yang dilihat dari strukturnya menurut Abdul Chaer (2008:104) antara lain :
-
Kata yang berupa kata singkat contohnya wah, cih, hai,
oi, oh, nah dan hah.
-
Kata biasa contohnya kata aduh, celaka, gila, kasihan,
bangsat, astaga, alhamdulillah dan masya allah. Contohnya “wah, mahal sekali!”
kata ibu.
i.
Partikel
Menurut Abdul Chaer (2008:104) menjelaskan disamping kata-kata yang termasuk kelas-kelas di atas, ada pula sejumlah bentuk yang disini disebut partikel, seperti, lah, kah, tah, pun, dan per. Partikel ini ada yang berfungsi sebagai penegas dan ada pula yang bukan, contohnya antara lain :
-
Di manakah kamu tinggal ?
-
Ambillah mana yang kamu suka !
-
Gaji kamu naik per satu April
c)
Pembentukan
kata secara inflektif dan derivatif serta paradigmana
Pembentukan Kata
Pembentukan
kata mempunyai dua sifat yaitu, pertama membentuk kata-kata yang bersifat
inflektif, dan yang kedua bersifat deviratif.
a. Inflektif yaitu perubahan/penyesuaian pada verba
disebut konyugasi, dan perubahan/panyesuaian pada nomina dan adjektifa disebut
deklinasi. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa yang berfleksi. Namun,Verhaar
(1978) menyatkan bentuk-bentuk seperti membaca, dibaca, dan terbaca adalah
paradigma infleksional atau merupakan kata yang sama. Perbedaannya bentuknya
adalah berkenaan dengan modus kalimatnya. Denga demikian me-,di-, dan ter-
adalah infleksional.
b. derivatif yaitu pembentukan kata secara derivative
membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tiodak sama dengan kata
dasarnya. Misal: kata air yang berkelas nomina menjadi mengairi yang berkelas
verba.
2
Klitika merupakan morfem yang agak sukar ditentukan statusnya.
Klitika adalah bentuk-bentuk
singkat, biasanya hanya satu silabel, secara fonologis tidak mendapat tekanan.
Kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat pada bentuk lain, tetapi dapat
dipisahkan.
Contoh: klitika –lah Ayahlah yang
akan datang
Dapat dipisah dari kata ayah,
misalnya:
Ayahmulah yang akan datang
Menurut posisinya klitika dibedakan
atas proklitika dan enklitika
Proklitika : klitika yang berposisi
di muka kata yang diikuti.
Contoh: ku bawa, kau ambil
Enklitika : klitika yang berposisi
di belakang kata yang dilekati.
Contoh: -lah, -nya, dan –ku
dialah, duduknya, dan nasibku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar