Selasa, 17 Januari 2017

HAKIKAT KATA



“KATA”

a)      Hakikat Kata
Abdul Chaer (2008:5) menjelaskan bahwa konsep yang sebenarnya ada dan sering kita jumpai dalam berbagai buku linguistik adalah bahwa kata merupakan suatu bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah serta keluar mempunyai kemungkinan mobilitas di dalam kalimat. Batasan dalam konsep itu menyiratkan dua hal, yan pertama bahwa setiap kata mempunyai urutan dan susunan fonem yang tetap dan sama antara satu sama lainnya, serta tidak dapat diselipi atau disela oleh fonem lain. Contohnya kata sikat, urutan fonemnya adalah /s/, /i/, /k/, /a/ dan /t/. Urutan fonemnya tidak dapat diubah lagi misalnya menjadi /s/, /k/, /a/, /i/ dan /t/ atau urutan lainnya lagi. Juga tidak dapat diselipi fonem lain misalnya menjadi /s/, /i/, /u/, /k/, /a/ dan /t/. Kemudian yang kedua setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain atau terpisah dari lainnya.
Seperti yang dijelaskan oleh Abdul Chaer (2008:64) menjelaskna bahwa kata sesungguhnya memiliki karakter, ciri atau sifat yang berbeda, hal ini dilatarbelakangi oleh kata ada yang dapat berpindah secara bebas, tetapi ada juga yang terikat dengan satuannya yang lebih besar di dalam kalimat, hal ini tergantung pada kebebasan dan ketidakbebasan kata tersebut.

b)      Klasifikasi Kata
Menurut Alisyahbana (Abdul Chaer,2008:64) klasifikasi kata secara tradisional meliputi kelas verba, nomina, ajektifa, adverbia, numeralia, preposisi, konjungsi, pronomina, artkula dan interjeksi. Sedangkan Abdul Chaer (2008:65) menyatakan klasifikasi kata ada dua yaitu kelas terbuka dan kelas tertutup, yang akan dibahas sebagai berikut :

                    1          Kelas Terbuka

       Kelas  terbuka
menutut Abdul Chaer (2008:65)  yaitu  kelas  yang  keanggotaannya  dapat  bertambah  atau  berkurang sewaktu - waktu   berkenaan   dengan  perkembangan  sosial  budaya  yang  terjadi  dalam masyarakat penutur suatu bahasa. Sedangkan anggota  dari  kelas  terbuka  yaitu  nomina,  verba  dan adjektiva. Yang akan dikupas satu-persatu yaitu sebagai berikut :

a.       Nomina

                        Menurut Abdul Chaer  (2008:69) ciri nomina  atau  kata benda  dapat dilihat  dari  adverbia pendampingnya adalah bahwa kata-kata yang termasuk ke dalam kelas nomina antara lain :
-          tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak, contohnya tidak ada kata-kata tidak kucing, tidak meja, dan tidak bulan,
-          tidak dapat didahului oleh adverbia sederajat agak, lebih, sangat dan paling.
-          Tidak dapat didahului oleh adverbia keharusan wajib, contohnya tidak ada kata wajib kucing, wajib meja dan wajib bulan.
-          Tidak didahului adverbia yang menyatakan jumlah seperti satu, sebuah, sebatang dan lain sebagainya, contohnya sebuah meja, seekor kucing, sebatang pensil.

b.      Verba
         
Ciri utama verba atau kata kerja menurut Abdul Chaer (2008:74) yaitu dapat dilihat dari adverbia yang mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas verba antara lain :
-          Dapat didampingi oleh adverba negasi tidak dan tanpa, contohnya tidak datang, tidak pulang, tanpa makan semuanya dapat dikatakan berterima.
-          Dapat didampingi oleh semua adverbia frekuensi contohnya sering datang, jarang makan dan kadang-kadang pulang.
-          Tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan penggolongannya, contohnya sebuah membaca, tiga butir menulis. Tetapi dapat didampingi oleh semua adverbia jumlah contohnya kurang membaca, sedikit menulis.
-          Tidak didampingi oleh semua adverbia derajat, contohnya agak pulang, cuku datang, semuanya itu tidak dapat berterima.
-          Dapat didampingi oleh semua adverbia kala (tenses), contohnya sudah makan, sedang mandi, tengah membaca dan lagi tidur.
-          Dapat didampingi oleh semua adverbia keselesaian, contohnya belum mandi, baru datang dan sedang makan.
-          Dapat didampingi oleh semua adverbia keharusan contohnya boleh mandi, harus pulang dan wajib datang.
-          Dapat didampingi oleh semua anggota adverbia kepastian contohnya pasti datang, tentu pulang dan mungkin pergi.

c.       Adjektiva

Menurut Abdul Chaer  (2008:80) ciri utama ajektifa  atau  kata keadaan dapat dilihat  dari  adverbia yang mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk ke dalam kelas ajetifa antara lain :

-          Tidak dapat didampingi oleh adverbia frekuensi sering, jarang dan kadang-kadang, contohnya tidak ada kata sering indah, jarang tinggi dan kadang-kadang besar.
-          Tidak dapat didampingi oleh semua adverbia jumlah, contohnya tidak ada kata banyak bagus, sedikit haru dan sebuah indah.
-          Dapat diampingi oleh semua adverbia derajat, contohnya agak tinggi, cukup mahal, lebih bagus, dan palin mulia.
-          Dapat didampingi oleh adverbia kepastian pasti, tentu, mungkin dan barangkalai, contohnya pasti indah, tentu baik, mungkin buruk dan barangkali canti, semuanya itu berterima.
-          Tidak dapat diberi adverbia kala (tenses) hendak dan mau, contohnya hendah indah dan mau tinggi semuanya itu tidak berterima.

                 2            Kelas Tertutup

Kelas  tertutup  
menurut Abdul Chaer (2008:83) adalah   kelas   kata yang   jumlah  anggotanya  terbatas  dan  tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau berkurang. Adapun  yang   termasuk  anggota kelas tertutup  adalah adverbia,  preposisi,  konjungsi,  numeralia, pronomina, artikulus, interjeksi dan partikel. Yang akan dibahas secara lebih tuntas sebagai berikut :

a.       Adverbia

        
Menurut Abdul Chaer (2008:83) adverbia lazim disebut kata keterangan atau kata keterangan tambahan.  Fungsinya adalah menerangkan  kata  kerja,  kata  sifat  dan  jenis  kata  yang  lainnya. Adverbia disebut sebagai kata-kata yang bertugas  mendampingi  nomina,  verba  dan  adjektiva, bahkan  adverbia  inilah  yang dijadikan  dasar  kriteria  untuk  menentukan  kata-kata berkelas nomina, verba atau adjektiva.
Sedangkan ciri berkelas adverbia memiliki komponen makna dalam Abdul Chaer (2008:84) sebagai berikut :

-           (+negasi) yaitu pada kata ‘tidak’ digunakan untuk menegasikan kelas verba dan ajektifa, ‘bukan’ digunakan untuk menegasikan kelas nomina, verba dan ajektiva yang berada dalam kontruksi berkontras, ‘tanpa’ digunakan untuk menegasikan kelas nomina dan verba dan ‘tiada’ digunakan untuk menegasikan kelas nomina dan verba.
-          (+frekuensi) yaitu pada kata sering, jarang, kadang-kadang, biasa, sekali-kali, acapkali dan selalu. Pada Adverbia ini hanya dapat digunakan pada kelas verba, tidak digunakan pada kelas verba.
-          (+kuantitas) atau (+jumlah) yaitu pada kata banyak, sedikit, cukup, kurang, semua, seluruh, sebagian dan beberapa. Umumnya hanya mendampingi verba namun ada juga yang adverbia yang dapat mendampingi verba, contohnya banyak rumah, sedikit bicara dan beberapa orang.
-          (+kuantitas) atau (+sederajat) yaitu pada kata agak, cukup, lebih, kurang, sangat, paling, sedikit dan sekali dan dapat mendampingi kata dari kelas verba, contohnya agak baik, kurang baik dan paling baik.
-          (+waktu) atau (+kala) yaitu pada kata adverbia sudah, sedang, lagi, tengah, akan, henda, mau serta dapat mendampingi verba tindakan, contohnya sudah makan, lagi mandi dan tnegah membaca.
-          (+keselesaian) yaitu pada adverbia sudah, belum, baru, sedang serta dapat mendampingi kata dari kelas verba dan ajektifa, contohnya sudah mandi, baru mandi dan baru baik.
-          (+pemberantasan) yaitu pada adverbia hanya, saja serta dapat mendampingi kata dari kelas verba, nomina dan numeralia, contohnya hanya nasi, minum saja.
-          (+keharusan) yaitu pada kata boleh, wajib, harus, mesti dan dapat endampingi kata kelas verba contohnya boleh pergi, wajib pergi.
-          (+kepastian) yaitu pada adverbia pasti, tentu, mungkin, barangkali serta mendampingi kata kelas verba, contohnya pasti hadir, mungkin terlambat.

   
b.      Pronomina

        Pronomina dalam Abdul Chaer (2008:87) lazim disebut  kata ganti atau diorangkan karena tugasnya menggantikan nomina yang ada. Secara umum dibedakan empat macam pronominal, antara lain :

1)      Abdul Chaer (2008:87) menjelaskan kata  ganti  diri,   yaitu pronomina  yang  menggantikan nomina  orang  atau  yang diorangkan,  baik berupa nama diri atau bukan nama diri.  Kata ganti  ini  dibedakan menjadi kata ganti orang pertama, kedua, ketiga, baik tunggal maupun jamak. Ada tiga catatan menurut Abdul Chaer (2008:88) anatara lain :

-          Penggunaan kata ganti diri dalam masyarakat sering keluar dari kaidah, salah satunya kata ganti ‘kami’ untuk menyebut dirinya tunggal bukan jamak.
-          Di Indonesia panggilan kata ganti sering menggunakan bahasa daerah, misalnya orang jawa memanggil dengan sebutan mabk dan mas dan lain sebagainya.
-          Dominan faktor sosial atau kedudukan seseorang di dalam hubungan kekerabatan, contohnya bapak, ibu paman dan lain sebagainya.

2)      Kata ganti penunjuk menurut Abdul Chaer (2008:90) yaitu kata ini dan itu yang digunakan untuk mengganti nomina sekaligus dengan penunjukan, ini untuk  menunjukkan  sesuatu  yang dekat  dan  itu untuk menunjukkan sesuatu yang jauh dari pembicara, contohnya antara lain :

-          Buku ini adalah buku impor.
-          Penderitaan anak-anak ini harus kita hentikan.
3)      Menurut Abdul Chaer (2008:90) kata ganti tanya, yaitu kata yang digunakan untuk menanyakan  sesuatu.  Kata  ganti tanya adalah  apa, siapa, mengapa, bagaimana, kenapa, berapa, dan dimana, contohnya antara lain :

-          Apa ini ?
-          Apakah kamu mengambil buku itu ?

4)      Pronomina tak tentu dalam bukunya, Abdul Chaer (2008:92) menjelaskan bahwa adalah kata-kata yang digunakan untuk menggantikan  nomina yang tidak tentu.  Kata ganti tak tentu meliputi seseorang, salah seorang, siapa saja, setiap orang, masing-masing, suatu, sesuatu, salah satu, beberapa, contohnya antara lain :

-          Ada seseorang menunggu Anda di luar.
-          Pada suatu hari dia datang ke sini.


c.       Numeralia (Kata Bilangan)

         Secara umum
numeralia menurut Abdul Chaer (2088:92) dibedakan beberapa macam numeralia, antara lain :

1)      Menurut Abdul Chaer (2008:93) kata  bilangan  adalah  kata-kata yang   menyatakan   jumlah, urutan,   nomor, bilangan,  dan himpunan.  Menurut bentuk dan fungsinya bilangan dibicarakan adanya kata bilangan utama, bilangan genap, bilangan ganjil, bulat, pecahan, tingkat, dan kata bantu bilangan antara lain :

-          Kata bilangan utama (sejati) adalah kata-kata seperti satu, dua dan lain sebagainya asalkan bukan dari hasil perkalian kedua bilangan itu.
-          Kata bilangan genap yaitu suatu bilangan yang habis dibagi dua, contohnya dua, empat dan lain sebagainya. Sedangkan bilangan ganjil adalah bilangan yang tidak habis dibagi dua contohnya satu, tiga dan lain sebagainya.
-          Dapat juga dalam bilangan utama ditulis lima, dua puluh enam dan lain sebagainya.
-          Kata bilangan tingkat digunakan untuk menyatakan urutan, contohnya di tinggal di rumah ketujuh dari sini.
-          Kata bilangan himpunan yaitu bilangan yang menyatakan jumlah atau kelompok, contohnya kedua rumah itu disita oleh pengadilan.

2)      Kata Bantu Bilangan menurut Abdul Chaer (2008:94) sering disebut dengan kata penjodohan bilangan adalah kata yang digunakan sebagai tanda pengenal tertentu dan ditempatkan di antara kata bilangan dengan nominanya, contohnya batang, lembar dan lain sebagainya.


d.      Preposisi

         
Menurut Abdul Chaer (2008:96) preposisi  atau  kata  depan  ialah   kata  yang  digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa.   Secara   semantik,   preposisi   ini menyatakan beberapa makna, yaitu :

1)      Tempat berada, yaitu preposisi di, pada, dalam, atas, dan antara.
2)      Arah asal, yaitu preposisi dari.
3)      Arah tujuan, yaitu preposisi ke, kepada, akan, dan terhadap.
4)      Pelaku, yaitu preposisi oleh.
5)      Alat, yaitu preposisi dengan dan berkat.
6)      Perbandingan, yaitu preposisi dari pada.
7)      Hal atau masalah, yaitu preposisi tentang dan mengenai.
8)      Akibat, yaitu preposisi hingga atau sehingga dan sampai.
9)      Tujuan, yaitu preposisi untuk, buat, guna, dan bagi.


e.       Konjungsi atau Kata Hubung

          Konjungsi
dalam Abdul Chaer (2008:98) adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis. Baik kata  dengan  kata,  frase  dengan  frase,   klausa  dengan  klausa  dan  kalimat  dengan kalimat. Dilihat dari kedudukannya, konjungsi dibedakan menjadi dua :

1)      Konjungsi koordinatif

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi  yang menghubungkan  dua  unsur  kalimat      atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara.  Kemudian dalam Abdul Chaer (2008:98) dilihat dari sifat hubungannya dikenal adanya konjungsi antara lain :

-          Menghubungakan menjumlahkan, yaitu konjungsi dan, dengan dan serta, contohnya nenek dan kakek pergi ke Makassar.
-          Menghubungkan memilih, yaitu konjungsi atau, contohnya mana yang kamu pilih, yang merah atau yang biru.
-          Menghubungkan mempertentangkan yaitu preposisi tetapi, namun, sedangkan dan sebaliknya, contoh pada kalimat kami ingin menyumbang lebih, tetapi kemampuan kami terbatas.
-          Menghubungkan membetulkan, yaitu konjungsi melainkan dan hanya, contohnya dia menangis bukan sedih, melainkan karena gembira.
-          Menghubungkan menegaskan yaitu konjungsi bahkan, malah (malahan), lagipula, apalagi dan jangankan, contohnya saya tidak hadir karena sakit. Lagipula saya tidak di undang.
-          Menghubungkan membatasi yaitu konjungsi kecuali dan hanya, contohnya saya tidak apa-apa, hanyan agak pening..
-          Menghubungkan mengerutkan, yaitu konjungsi kemudian, lalu, selanjutnya, setelah itu, contohnya dia duduk lalu menulis surat.
-          Menghubungkan menyamakan yaitu konjungsi yaitu, yakni, ialah, adlaah, bahwa contohnya yang kami perlukan ialah kertas, lem, dan perekat.

2)      Konjungsi subordinatif

Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan  dua  unsur  kalimat atau lebih yang kedudukannya tak sederajat. Artinya kedudukan klausa yang satu lebih tinggi  (sebagai klausa utama) dan yang kedua sebagai klausa bawahan  (lebih rendah). Konjungsi subordinatif ini dibedakan pula atas konjungsi yang menghubungkannya antara lain :

-          Menghubungkan menyatakan sebab akibat, yaitu konjungsi sebab, karena contohnya banyak petani yang mengeluh sebab harga pupuk makin mahal.
-          Menghubungkan menyatakan persyaratan yaitu konjungsi kalau, jikalau, jika, bila, bilamana, apabila, asal, contohnya kalau diundang, saya akan hadir.
-          Menghubungkan menyatakan tujuan yaitu konjungsi agar, supaya contohnya kami berangkat pagi-pagi agar tidak terlambat tiba di sekolah.
-          Menghubungkan menyatakan waktu, yaitu konjungsi ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala, sejak, sambil, selama contohnya sesudah sarapan kami berangkat ke sekolah.
-          Menghubungkan menyatakan akibat, yaitu konjungsi sampai, hingga, sehingga contohnya pencuri itu dipukuli orang banyak sampai mukanya babak belur.
-          Menghubungkan menyatakan batas kejadian, yaitu konjungsi sampai, hingga contohnya kami menyelesaikan pekerjaan itu sampai pukul tiga dini hari.
-          Menghubungkan menyatakan tujuan atau sasaran yaitu konjungsi untu, guna contohnya untuk mengatasi bahaya banjir pemerintah akan membuat saluran baru.
-          Menghubungkan menyatakan penegasan yaitu konjungsi meskipun, biarpun, kendatipun, sekalipun contohnya sekalipun tidak lulus ujian, mereka tetap bergembira.
-          Menghubungkan menyatakan penganndaian yaitu konjungsi seandainya, andaikata contohnya saya pasti akan celaka andaikata saya jadi berangkat.
-          Menghubungkan menyatakan perbandingan yaitu konjungsi seperti, sebagai, laksana contohnya wajahnya pucat pasi ‘sebagai’ bulan kesiangan.



f.       Konjungsi antarkalimat


Menurut Abdul Chaer (2008:103) yang dimaksud dengan konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang berada dalam satu paragraf. Melihat sifat hubungannya dikenal adanya konjungsi antarkalimat yang antara lain :

-          Menghubungkan dan mengumpulkan yaitu konjungsi jadi, krena itu, oleh sebab itu, kalau begitu dan dengan demikian itu, contohnya ali dan ahmad seringkali berkelahi di sekolah. Karena itu, mereka seringkali dihukum guru.
-          Menghubungkan menyatakan penegaan, yaitu konjungsi lagipula, apalagi contohnya hawa di jakarta sangat panas, apalagi pada siang hari.
-          Menghubungkan mempertentangkan atau mengontraskan yaitu konjungsi namun, sebaliknya contohnya dia memang bandel, keras kepala dan suka membantah, namun demikian, hatinya baik dan suka menolong.

g.      Artikulus

         Artikulus atau kata  sandang  menurut Abdul Chaer (2008:104) adalah kata-kata  yang  berfungsi  sebagai  penentu  atau mendefinitkan nomina, adjektiva, atau kelas lain. Contoh: si dan sangthe dalam bahasa Inggris, het dan de dalam bahasa Belanda. Contoh: Mana si gendut, dari tadi belum muncul juga. Contoh dalam kalimat antara lain :

-          Mana si gendut, sejak tadi belum muncul.
-          Nama kucingku adalah si manis.


h.      Interjeksi

          Abdul Chaer (2008:104) menjelaskan bahwa interjeksi adalah kata-kata yang mengungkapkan perasaan batin. Misalnya karena kaget, marah, terharu, kangen, kagum, sedih, dan sebagainya. Ada dua jenis kata interjeksi yang dilihat dari strukturnya menurut Abdul Chaer (2008:104) antara lain :

-          Kata yang berupa kata singkat contohnya wah, cih, hai, oi, oh, nah dan hah.
-          Kata biasa contohnya kata aduh, celaka, gila, kasihan, bangsat, astaga, alhamdulillah dan masya allah. Contohnya “wah, mahal sekali!” kata ibu.


i.        Partikel

            Menurut Abdul Chaer (2008:104) menjelaskan disamping kata-kata yang  termasuk  kelas-kelas  di  atas,  ada  pula sejumlah bentuk yang disini disebut partikel, seperti, lah, kah, tah, pun, dan per. Partikel ini ada yang berfungsi sebagai penegas dan ada pula yang bukan, contohnya antara lain :

-          Di manakah kamu tinggal ?
-          Ambillah mana yang kamu suka !
-          Gaji kamu naik per satu April

c)      Pembentukan kata secara inflektif dan derivatif serta paradigmana

Pembentukan Kata
Pembentukan kata mempunyai dua sifat yaitu, pertama membentuk kata-kata yang bersifat inflektif, dan yang kedua bersifat deviratif.

a.       Inflektif yaitu perubahan/penyesuaian pada verba disebut konyugasi, dan perubahan/panyesuaian pada nomina dan adjektifa disebut deklinasi. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa yang berfleksi. Namun,Verhaar (1978) menyatkan bentuk-bentuk seperti membaca, dibaca, dan terbaca adalah paradigma infleksional atau merupakan kata yang sama. Perbedaannya bentuknya adalah berkenaan dengan modus kalimatnya. Denga demikian me-,di-, dan ter- adalah infleksional.
b.      derivatif yaitu pembentukan kata secara derivative membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tiodak sama dengan kata dasarnya. Misal: kata air yang berkelas nomina menjadi mengairi yang berkelas verba.

   2            Klitika merupakan morfem yang agak sukar ditentukan statusnya.
Klitika adalah bentuk-bentuk singkat, biasanya hanya satu silabel, secara fonologis tidak mendapat tekanan. Kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat pada bentuk lain, tetapi dapat dipisahkan.
Contoh: klitika –lah  Ayahlah yang akan datang
Dapat dipisah dari kata ayah, misalnya:
Ayahmulah yang akan datang
Menurut posisinya klitika dibedakan atas proklitika dan enklitika
Proklitika : klitika yang berposisi di muka kata yang diikuti.
Contoh: ku bawa, kau ambil
Enklitika : klitika yang berposisi di belakang kata yang dilekati.
Contoh: -lah, -nya, dan –ku  dialah, duduknya, dan nasibku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar