Selasa, 17 Januari 2017

AFIKSASI (PEMBENTUKAN VERBA)



“AFIKSASI PEMBENTUKAN VERBA”


1)      AFIKSASI PEMBENTUKAN VERBA

Dalam bukunya Abdul Chaer, (2008:106) menyebutkan afiks-afiks pembentuk verba yaitu prefiks ber-, konfiks dan klofiks ber-an, klofiks ber-kan, sufiks -kan, sufiks -i, prefiks per-, konfiks per-kan, konfiks per-i, prefiks me-, prefiks di-, prefiks ter-, prefiks ke- dan konfiks ke-an
Afiks-afiks pembentukan verba adalah:
             1            prefiks ber-                                        3.  sufiks –kan
             2            klofiks ber-kan                                  4.  konfiks per-kan

1.      Verba Berprefiks ber-
Bentuk dasar dalam pembentukan verba dengan prefiks ber- dapat berupa :

(1)   Morfem dasar terikat, seperti terdapat pada kata bertempur, berjuang, berkelahi.
(2)   Morfem dasar bebas, seperti pada kata berladang, beternak/
(3)   Bentuk turunan berafiks, seperti terdapat pada kata berpakaian (bentuk dasarnya pakaian), beraturan (bentuk dasarnya aturan), berkekuatan (bentuk dasarnya kekuatan), berkebangsaan (bentuk dasarnya kebangsaan),
(4)   Bentuk turunan reduplikasi, seperti terdapat pada kata berlari (bentuk   dasar lari-lari), berkeluh-kesah (bentuk dasar keluh-kesah) dan berilmu-pengetahuan (bentuk dasar ilmu-pengetahuan).
(5)   Bentuk turunan hasil komposisi, seperti terdapat pada kata berjual beli (bentuk dasar jual beli), bertemu muka (bentuk dasar temu muka), dan bergunung api (bentuk dasar gunung api).

Makna gramatikal verba berprefiks ber- yang dapat dicatat menurut Abdul Chaer (2008:107) antara lain menyatakan :

(1)   Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mempunyai (dasar)’ atau ‘ada (dasar) nya

Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+benda), (+umum), (+milik) dan atau (+bagian), contohnya antara lain :

-          berayah ‘mempunyai ayah’
-          bermesin ‘ada mesinnya’
-          berjendela ‘ada jendelanya’
-          berkewajiban ‘mempunyai kewajiabn’
-          bertanggung jawab ‘mempunyai tanggung jawab’

(2)   Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘memakai’ atau ‘mengenakan’

Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+pakaian) atau (+perhiasan), contohnya antara lain :

-          berkebaya ‘memakai kebaya’
-          berjilbab ‘memakai jilbab’
-          berpita ‘memakai pita’
-          berjaket kulit ‘memakai jaket kulit’
-          berkalung ‘memakai kalung’

(3)   Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal‘mengendarai’, ‘menumpang’ atau ‘naik’

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+kendaraan), contohnya antara lain :

-          bersepeda ‘mengendarahi sepeda’
-          berkuda ‘naik sepeda’
-          berkereta ‘menumpang kereta’
-          berbendi ‘naik bendi’
-          berbemo ‘naik bemo’

(4)   Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘berisi’ atau ‘mengandung’

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+benda), (+dalaman), atau (+kandugan), contohnya antara lain :

-          bearcun ‘mengandung racun’
-          berkuman ‘mengandung kuman’
-          berair ‘berisi air’
-          berpenyakit ‘mengandung penyakit’
-          berdarah ‘mengandung darah’

(5)   Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mengeluarkan’ atau ‘menghasilkan’

Dalam Abdul Chaer (2008:110) menjelaskan bahwa apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+makna), (+hasil) atau (+keluar), contohnya :

-          berproduksi ‘menghasilkan produksi’
-          bertelur ‘mengeluarkan telur’
-          berdarah ‘mengeluarkan darah’
-          berair mata ‘mengeluarkan air mata’
-          bernanah ‘mengeluarkan nanah’

(6)   Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mengusahakan’ atau ‘mengupayakan’

Abdul Chaer (2008:110) menjelaskan apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+bidang usaha), contohnya antara lain :

-          berladang ‘mengusahakan ladang’
-          beternak ‘mengusahakan ternak’
-          bersawah ‘mengerjakan sawah’
-          berhuma ‘mengerjakan huma’
-          bercocok tanam ‘mengusahakan cocok tanam’

(7)   Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘melakukan kegiatan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+benda) dan (+kegiatan), contohnya antara lain :
-          berdebat ‘melakukan debat’
-          bersenam ‘melakukan senam’
-          bersedih ‘dalam keadaan sedih’
-          bersenang-senang ‘dalam keadaan senang’
-          bermuram durja ‘dalam keadaan muram durja’

(8)   Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘menyebut atau menyapa’

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+kerabat) dan (+sapaan), contohnya antara lain :

-          berabang ‘memanggil abang’
-          berkakak ‘menyebut kakak’
-          bertuan ‘memanggil tuan’
-          beradik ‘memanggil adik’
-          berencik ‘menyebut encik’

(9)   Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘kumpulan’ atau ‘berkelompok’

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+jumlah) atau (+hitungan), contohnya antara lain :
-          berdua ‘kumpulan dari dua (orang)’
-          berlima ‘kumpulan dari lima (orang)’
-          bertiga ‘kumpulan dari tiga (orang)’
-          bertujuh ‘kumpulan dari tujuh (orang)’
-          berempat ‘kumpulan dari empat (orang)’

(10)         Verba berprefiks ber- memiliki makn gramatikal ‘memberi’

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+benda) dan (+berian), contohnya sebagai berikut :

-          bersedekah ‘memberi sedekah’
-          berderma ‘memberi derma’
-          berkhotbah ‘memberi khotbah’
-          berceramah ‘memberi ceramah’
-          berpetuah ‘memberi petuah’


2.      Verba Berklofiks Ber-kan
Abdul Chaer (2008:112) menjelaskan bahwa verba berklofiks ber-kan seperti pada kata bermunculan dan berpakaian memiliki dua macam proses pembentukan. Pertama yang berupa konfiks, artinya prefiks ber- dan sufiks –an itu diimbuhkan secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk dasar. Kedua, yang berupa klofiks artinya prefiks ber- da sufiks –an itu tidak diimbuhkan secara bersama pada sebuah dasar. Dalam hal ini pada sebuah bentuk dasar mula-mula diimbuhkan sufiks –an baru kemudian diimbuhkan lagi prefiks ber-.
Ber-an msebagai konfiks memiliki satu makna, sedangkan ber-an sebagai klofiks memiliki makna sendiri-sendiri dalam Abdul Chaer (2008:113). Makna gramatikal verba berklofiks ber-an menurut Abdul Chaer (2008:113) antara lain :
(1)   Verba berkonfiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘banyak serta tidak teratur’

Apabila dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan), (+sasaran) dan (+gerak), misalnya :

-          berlarian ‘banyak yang berlari dan tidak teratur’
-          bermunculan ‘banyak yang muncul dan tidak teratur’
-          berlompatan ‘banyak yang lompat dan tidak teratur’

(2)   Verba berkonfiks ber-an memiliki mekna gramatikal ‘saling’ atau berbalasan

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan), (-sasaran) dan (+gerak), contohnya antara lain :

-          bermusuhan ‘salin memusuhi’
-          bertangisan ‘saling menangis’
-          bersentuhan ‘saling bersentuhan’

(3)   Verba berkonfiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘saling berada di’

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+benda), (+letak) dan (+temopat), contohnya antara lain :

-          bersebelahan ‘saling berada di sebelah’
-          berseberangan ‘saling berada di seberang’
-          berhadapan ‘saling berada di hadapan’

3.      Verba Berklofiks Ber-kan
Abdul Chaer (20008:115) menjelaskan bahwa verba berklofiks ber-kan dibentuj dengan proses, mula-mula pada bentuk dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks –kan, contohnya mula-mula pada dasar senjata diimbuhkan pula sufiks –kan sehingga menjadi bersenjatakan.
Prefiks ber- dan sufiks –kan pada verba ber-kan memiliki maknanya masing-masing , di mana prefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘akan’, contohnya antara lain :

-          bersenjatakan ‘menggunakan senjata akan (clurit)
-          berisikan ‘mempunyai isi akan (air)
-          berdasarnya ‘menggunakan dasar akan (Pancasila)

4.      Verba bersufiks -kan
Abdul Chaer (2008:116) menjelaskna bahwa dalam prosesnya, sufiks –kan, bila diimbuhkan pada dasar yang memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran) akan membentuk verba bitransitif, yaitu verba yang berobjek dua. Bila diimbuhkan pada dasar yang lain, sufiks –kan akan membentuk pangkal (stem) yang menjadi dasar dalam pembentukan verba inflektif.
(a)    Verba bersufiks –kan dalam Abdul Chaer (2008:117) digunakan dalam

(1)   kalimat imperatif. Contoh:
lemparkan bola itu ke sini!
-  tuliskan namamu di sini!
(2)   kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba, dan subjeknya menjadi sasaran tindakan. Contoh:
-   rumah itu baru kami dirikan.
-   jembatan itu akan mereka robohkan.

(3)   keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-   uang yang baru kami terima sudah habis lagi.
-   kami melewati daerah yang sudah mereka amankan.

Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal :

(1)      Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan’

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+keadaan) atau (+sifat khas), contohnya antara lain :

-          tenangkan, artinya ‘jadikan tenang’
-          putuskan, artinya ‘jadikan putus’
-          hutankan, artinya ‘jadikan hutan’
-          damaikan, artinya ‘jadikan hutan’
-          satukan, artinya ‘jadikan satu’

(2)      Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan berada di’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tempat) atau (+arah), contohnya antara lain :
-          pinggirkan, artinya ‘jadikan berada di pinggir’
-          daratkan, artinya ‘jadikan berada di darat’
-          ketengahkan, artinya ‘jadikan berada di tengag’
-          tempatnkan, artinya ‘jadikan berada di tempat’
-          gudangkan, artinya ‘jadikan berada di gudang’

(3)      Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan untuk orang lain’

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (*sasaran), contohnya antara lain :

-          bukakan, artinya ‘lakukan buka untuk (orang lain)’
-          ambilkan, artinya ‘lakukan ambil untuk (orang lain)’
-          bacakan, artinya ‘lakuan baca untuk (orang lain)’
-          belikan, artinya ‘lakukan beli untuk (orang lain)’
-          bawakan, artinya ‘lakukan bawa untuk (orang lain)’

(4)      Verba bersufik –kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan akan’

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (*sasaran), contohnya antara lain :

-          lemparkan, artinya ‘lakukan lempar akan’
-          hindarkan, artinya ‘lakukan hindar akan’
-          hapuskan, artinya ‘lakukan hapus akan’
-          kabulkan, arinya ‘lauka kabul akan’
-          lompatkan, artinya ‘lakukan lompat akan’


(5)      Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘bawa masuk ke’

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ruang), contohnya antara lain :

-          asmarakan, artinya ‘bawa masuk ke asrama’
-          gudangkan, artinya ‘bawa masuk ke gudang’
-          rumahkan, artinya ‘bawa masuk ke rumah’
-          petikan, artinya ‘bawa masuk ke peti’

5.      Verba bersufiks –i

Dalam Abdul Chaer (2008:119) menjelaskan verba bersufiks –i adalah suatu verba transitif, yang berlaku juga sebagai pangkal (stem) dalam pembentukan verba inflektif. Abdul Chaer meyebutkan verba bersufiks –i digunakan untuk :

(1)   Kalimat imperatif, contohnya pada kalimat tolong gulai teh ini !
(2)   Kalimat pasif yang predikatnya berpola : (aspek) + pelaku + verba dan subjeknya memjadi sasaran perbuatan, contohnya pada kalimat kemarin beliau sudah kami hubungi !
(3)   Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola yang + (aspek) + pelaku + verba, contohnya pada kalimat desa yang akan kita kunjungi berada di balik bukit itu.

                                                                Sedangkan pada Abdul Chaer (2008:120) menjelaskan verba bersufiks –i mempunyai makna gramatikal, antara lain :
(a)    Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘berulang kali’

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran), contohnya antara lain :

-          pukuli, artinya ‘pekerjaan pukul dilakukan berulang kali’
-          sembahi artinya ‘pekerjaan sembah dilakukan berulang kali’
-          lempari, artinya ‘pekerjaan lempar dilakukan berulang kali’
-          tendangi, artinya ‘pekerjaan tendang dilakukan berulang kali’
-          potongi, artinya ‘pekerjaan potong dilakukan berulang kali’

(b)   Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘tempat’

Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+tempat), contohnya antara lain :

-          duduki, artinya ‘duduk di ...’
-          datangi, artinya ‘datang di ...’
-          lewati, artinya ‘lakukan lewat di ...’
-          lompati, artinya ‘lakukan lompat di ...’
-          jalani, artinya ‘lakukan jalan di ...’

(c)    Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘merasa sesuatu pada’

Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+sikap batin) atau (+emosi), contohnya antara lain :

-          kasihi, artinya ‘merasa kasih pada’
-          takuti, artinya ‘merasa taku pada’
-          hormati, artinya ‘merasa hormat pada’
-          senangi, artinya ‘merasa senang pada’
-          sukai, artinya ‘merasa suka pada’

(d)   Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘memberi’ atau ‘membubuhi’

Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+bahan berian), contohnya antara lain :

-          garami, artinya ‘beri garam pada’
-          airi, artinya ‘beri air pada’
-          nasihati, artinya ‘beri nasihat pada’
-          gulai, artinya ‘beri gula pada’
-          danai, artinya ‘beri dana pada’

(e)    Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘jadikan’ atau ‘sebabkan’

Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+keadaan) atau (+sifat), contohnya antara lain :

-          lengkap, artinya ‘jadikan lengkap’
-          cukupi, artinya ‘jadikan cukup’
-          jauhi, artinya ‘jadikan jauh’
-          dekati, artinya ‘jadikan dekat’
-          kurangi, artinya ‘jadikan kurang’

(f)    Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘lakukan pada’

Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+tindakan) dan (+tempat), contohnya antara lain :

-          tulisi, artinya ‘lakukan tulis pada’
-          diami, artinya ‘lakukan diam pada’
-          semburi, artinya ‘lakukan diam pada’
-          siasati, artinya ‘lakukan siasat pada’
-          tanggapi, artinya ‘lakukan tanggap pada’

6.      Verba Berkonfiks per-

Dalam Abdul Chaer (2008:124) menjelaskan bahwa verba berprefiks per- adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif, verba berkonfiks per- ini dapat digunakan dalam :

(1)   Kalimat imperatif, contohnya persingkat bicaramu !
(2)   Kalimat pasif yang berpola : (aspek) + pelaku + verba, contohnya penjagaan akan kami perketat nanti malam
(3)   Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola : yang + aspek + pelaku + verba, misalnya saluran yang telah kami perdalam kini telah kita dangkal lagi

Sedangkan menurut Abdul Chaer (2008:124) verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal, antara lain :

(a)    Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘jadikal lebih’

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+keadaan) atau (+situasi), contohnya antara lain :

-          petinggi, artinya ‘jadikan lebih tinggi’
-          perlebar, artinya ‘jadikan lebih lebar’
-          perlambat, artinya ‘jadikan lebih lambat’
-          percepat, artinya ‘jadikan lebih cepat’
-          perluas, artinya ‘jadikan lebih luas’

(b)   Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘anggap sebagai’ atau ‘jadikan’

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+sifat khas), contohnya antara lain :

-          perbudak, artinya ‘anggap sebagai budak
-          perkuda, artinya ‘anggap sebagai kuda’
-          peristri, artinya ‘jadikan istri’
-          peranak, artinya ‘jadikan anak’
-          perteman, artinya ‘jadikan teman’

(c)    Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘bagi’

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+jumlah) atau (+bilangan), contohnya antara lain :

-          perdua , artinya ‘bagi dua’
-          perlima, artinya ‘bagi lima’
-          perseratus, artinya ‘bagi seratus’
-          perseribu, artinya ‘bagi seribu’
-          perdelapan, artinya ‘bagi delapan’


7.      Verba berkonfiks per-kan
Abdul Chaer (2008:126) menjelaskan bahwa verba berkonfiks per-kan adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me-, berprefiks di-, atau berprefiks ter-). Verba berkonfiks per-kan dalam Abdul Chaer (2008:126) digunakan dalam :
(1)   Kalimat imperatif, contohnya persiapkan dulu bahan-bahannya!
(2)   Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba. contohnya anak itu akan kita pertemukan dengan orang tua angkatnya.
(3)   Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba, contohnya tarian yang sudah mereka pertunjukkan akan diulang lagi.
Sedangkan menurut Abdul Chaer (2008:126) verba berprefiks per-kan memiliki makna gramatikal, antara lain :

(a)    Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan bahan per-an

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+kegiatan), contohnya antara lain :

-          perdebatkan, artinya ‘jadikan bahan perdebatan’
-          pertanyakan, artinya ‘jadikan bahan pertanyaan’
-          pertentangkan, artinya ‘jadikan bahan pertentangan’

(b)   Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan supaya (dasar)’

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+keadaan), contohnya antara lain :

-          persamakan, artinya ‘lakukan supaya sama’
-          pertegaskan, artinya ‘lakukan supaya tegas’
-          perbedakan, artinya ‘lakukan supaya beda’

(c)    Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan me-‘

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan), contohnya antara lain :

-          perdengarkan, artinya ‘jadikan (orang lain) mendengar
-          perlihatkan, artinya ‘jadikan (orang lain) melihat’
-          pertontonkan, artinya ‘jadikan (orang lain) menonton’

(d)   Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan ber-‘

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+kejadian), contohnya antara lain :

-          perhubungkan, artinya ‘jadikan berhubungan’
-          pertemukan, artinya ‘jadikan bertemu’
-          pergunakan, artinya ‘jadikan berguna’

8.      Verba berkonfiks per-i

Dalam Abdul Chaer (2008:128) verba berkonfiks per-i adalah verba yang dapat menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me- inflektif, di- inflektif atau ter- inflektif), verba berkonfiks menurut Abdul Chaer (2008:128) digunakan dalam :

(1)   Kalimat imperatif, contohnya pada kalimat perbaiki dulu sepeda ini 1
(2)   Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba, contohnya mobil baru kita perbaiki
(3)   Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola yang + (aspek) + pelaku + verba, contohnya rumah yang baru kami perbaiki terkena gempa.

Sedangkan menurut Abdul Chaer (2008:129) verba berprefiks per-i memiliki makna gramatikal, antara lain :

(a)    Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ‘lakukan supaya jadi’

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+keadaan), contohnya antara lain :

-          perlengkapi, artinya ‘lakukan supaya jadi lengkap’
-          perbaiki, artinya ‘lakukan supaya jadi baik’
-          persepakati, artinya ‘lakukan supaya jadi sepakat’
-          perbarui, artinya ‘lakukan supaya jadi baru’

(b)   Verba berkonfiks per-i memiliki maikna gramatikal ‘lakukan (dasar) pada objeknya’

Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+lokasi), contohnya antara lain :

-          perturuti, artinya ‘lakukan turut pada objeknya’
-          persetujui, artinya ‘lakukan setuju pada objeknya’
-          persepakati, artinya ‘lakukan sepakat pada objeknya’
-          pergauli, artinya ‘lakukan gaul pada objeknya’


9.      Verba berprefiks me-

Menurut Abdul Chaer (2008:130) bentuk atau alomorf me- digunakan apabila bentuk dasarnya dimualai dengan fonem lr,l,w,y,m,n,ny dan ngl, contohnya antara lain pada kata merakit, merawat, melekat, melongok, mewarisi, mewasiatkan, meyakini, meyayasankan, memerah, memulaskan.
Sedangkan bentuk alomorf mem- digunakan apabila bentuk adsarnya dimulai dengan fonem lb,f dan vl tetap berwujud, sedangkan fonem lpl tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal dari prefiks itu, contohnya antara lain membina, membawa, memfitnah, memfrasekan, memveto.
Dalam Abdul Chaer (2008:131) bentuk men- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem ld dan tl. Dengan catatan fonem lldl tetap diwujudkan sedangkan fonem ltl tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada prefiks tersebut, contohnya pada kata menduda, mendengar, mendidik, mendustai, menulis.

10.  Verba berprefiks me- inflektif
Abdul Chaer (2008:134) menjelaskan bahwa bentuk dasar atau pangkal verba berprefiks me- inflektif memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran). Jadi bentuk dasar atau pangkal dalam pembentukan verba inflektif, di samping berbentuk morfem dasar atau akar juga termasuk verba bersufikss –kan, bersufiks –i, berprefiks per-, berkonfiks per-kan dan berkonfiks per-i, contohnya antara lain pada kata membaca, menulis, melupakan, menidurkan, merestui, menodai, memperpanjang.
Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal menurut Abdul Chaer (134) antara lain :
(a)    Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal ‘melakukan (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran), contohnya antara lain :
-          membeli, artinya ‘melakukan beli’
-          menulis, artinya ‘melakukan tulis’
-          membaca, artinya ‘melakukan baca’
-          mencuri, artinya ‘melakukan curi’
-          mengambil, artinya ‘melakukan ambil’

(b)   Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal ‘melakukan kerja dengan alat’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+alat), contohnya antara lain :

-          mengikir, artinya ‘melakukan kerja dengan alat kikir’
-          memahat, artinya ‘melakukan kerja dengan alat pahat’
-          mengail, artinya ‘melakukan kerja dengan alat kail’
-          merantai, artinya ‘melakukan kerja dengan alat rantai’
-          mengunci, artinya ‘melakukan kerja dengan alat kunci’

(c)    Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal ‘melakukan keja dengan bahan’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+bahan), contohnya antara lain :

-          mengapur, artinya ‘melakukan kerja dengan bahan kapur’
-          mengecat, artinya ‘melakukan kerja dengan bahan cat’
-          mengelem, artinya ‘melakukan kerja dengan bahan lem’
-          mengelak, artinya ‘melakukan kerja dengan bahan lak’
-          menyemen, artinya ‘melakukan kerja dengan bahan semen’

(d)   Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal ‘membuat dasar’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+benda hasil), contohnya antara lain :

-          menyambal, artinya ‘membuat sambal’
-          menumis, artinya ‘membuat tumis’
-          mematung, artinya ‘membuat patung’
-          mendekor, artinya ‘membuat dekor’

11.  Verba berprefiks me- derivatif

Verba berprefiks me- derivatif menurut Abdul Chaer (2008:136) memiliki makna gramatikal :

(a)    Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal ‘mengeluarkan (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+bunyi) atau (+suara), contohnya antara lain :

-          mengeong, artinya ‘mengeluarkan bunyi ngeong’
-          mengaum, artinya mengeluarkan bunyi ngaum’
-          menderik, artinya ‘mengeluarkan bunyi derik’
-          mencicit, artinya ‘mengeluarkan bunyi cicit’
-          mengeram, artinya ‘mengeluarkan bunyi erang’

(b)   Verba berprefiks me- derifatif memiliki makna gramatikal ‘menjadi (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+keadaan (warna, bentuk, situasi)), contohnya antara lain :

-          menguning, artinya ‘menjadi kuning’
-          meninggi, artinya menjadi tinggi’
-          menua, artinya menjadi tua’
-          mengecil, artinya ‘menjadi kecil’
-          membesar, artinya ‘menjadi besar’

(c)    Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal ‘menjadi seperti’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+sifar khas), contohnya antara lain :

-          membatu, artinya ‘menjadi seperti batu’
-          membaja, artinya ‘menjadi seperti baja’
-          mengarang, artinya menjadi seperti karang’
-          mengapur, artinya ‘menjadi seperti kapur’
-          menyemak, artinya ‘menjadi seperti semak’

(d)   Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal ‘menuju’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+arah), contohnya antara lain :

-          menepi, artinya ‘menuju tepi’
-          mengutara, artinya ‘menuju utara’
-          mendarat, artinya ‘menjadi dasart’
-          mengundara, artinya ‘menuju udara’
-          melangit, artinya ‘menuju langit’

(e)    Verba berprefiks me- derivatif memiliki mkakna gramatikal ‘memperingati’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+bilangan), (+hari) atau (+bulan), contohnya antara lain :

-          meniga hari, artinya ‘memperingatu hari ketiga (kematian)’
-          menujuh hari, artinya ‘memperingati bulan ketujuh (kematian)’
-          menujuh bulan, artinya ‘memperingati bulan ketujuh (kehamilan)
-          menyeratus hari, artinya ‘memperingati bulan keseratus (kematian)
-          menyeribu hari, artinya ‘memperingati hari keseribu (kematian)

12.  Verba berprefiks di-
Verba berprefiks di menurut Abdul Chaer (2008:138) dibagi menjadi dua yaitu, verba berprefiks di- inflektif dan verba berprefiks di- derivatif, yang akan dibahas sebagai berikut :
(a)    Verba berprefiks di- inflektif merupakan verba pasif, yang tindakannya dari verba berprefiks me- inflektif. Makna gramatikalnya adalah kebalikan dari bentuk aktif verba berprefiks me- infektif.
(b)   Verba berprefiks di- derivatif menurut Abdul Chaer (2008:139) data yang diperoleh hanya ada kata dimaksud, yang lain tidak ada.


13.  Verba berprefiks Ter-

Menurut Abdul Chaer (2008:129) ada dua macam verba berprefiks ter- yaitu verba berprefiks ter- inflektif dan verba berprefiks ter- derivatif, akan dibahas sebagai berikut :

1)      Verba berprefiks ter- inflektif

Menurut Abdul Chaer (2008:139) adalah verba berprefiks me- inflektif yang mempunyai makna gramatikal kebalikan pasif juga memiliki makn gramatikal, antara lain :

(a)    Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ‘dapat/sanggup’ apabila bentu dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran), contohnya antara lain :

-          terangkant, artinya ‘dapat diangkat’
-          terbawa, artinya ‘dapat dibaca’
-          terbawa, artinya ‘dapat dibawa’
-          terlihat, artinya ‘dapat dilihat’
-          terangkut, artinya ‘dapat diangkut’

(b)   Verba berprefiks ter-inflektif memiliki makna gramatikal ‘tidak sengaja’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran), contohnya antara lain :

-        terangkat, artinya ‘tidak sengaja diangkat’
-        terbawa, artinya ‘tidak sengaja dibawa’
-        terbawa, artinya ‘tidak sengaja dibaca’
-        terlihat, artinya ‘tidak sengaja dilihat’
-        terangkut, artinya tidak sengaja diangkut’

(c)    Verba berprefiks ter-inflektif memiliki makna gramatikal ‘yang di (dasar)’ apabila digunakan sebagai istilah bidang hukum, contohnya antara lain :

-        tertuduh, artinya ‘yang dituduh’
-        tersangka, artinya ‘yang disangka’
-        terdakwa, artinya ‘yang didakwa’
-        terpidana, artinya ‘yang dipidana’
-        terhukum, artinya ‘yang dihukum’

2)      Verba berprefiks ter- derivatif

Sedangkan menurut Abdul Chaer (2008:140) verba derivatif memiliki makna gramatikal, antara lain :

(a)    Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal ‘paling’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+keadaan), contohnya antara lain :

-        terbaik, artinya ‘paling baik’
-        tertinggi, artinya ‘paling tinggi’
-        terpendek, artinya ‘paling pendek’
-        terjauh, artinya ‘paling jauh’
-        terpanjang, artinya ‘paling panjang’

(b)   Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal ‘terjadi dengan tiba-tiba’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+kejadian), contohnya antara lain :

-        teringat, artinya ‘tiba-tiba ingat’
-        terpeluk, artinya ‘tiba-tiba memeluk’
-        terjerembab, artinya ‘tiba-tiba jerembab’
-        tertegun, artinya tiba-tiba tegun’

14.  Verba berprefiks ke-

Abdul Chaer (2008:1141) menjelaskan bahwa verba berprefiks ke- digunakan dalam bahasa ragam tidak baku. Fungsi dan makna garamatikalnya sepadan dengan verba berpreffiks ter-, yang mempunyai makna gramatikal sebagai berikut :

(a)    tidak sengaja
(b)   dapat di
(c)    kena (daasar)

15.  Verba berkonfiks ke-an

Menurut Abdul Chaer (2008:142) verba berkonfiks ke-an termasuk verba pasif, yang tidak dapat dikembalikan ke dalam verba aktif, seperti pada verba pasif di- dan verba pasif ter- yang mempunyai makna gramatikal, antara lain :

(a)    Verba berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ‘terkena, menderita, mengalami (dasar);’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+peristiwa alam) atau (+hal yang tidak enak), contohnya antara lain :

-          kebajiran, artinya ‘terkena banjir’
-          kebakaran, artinya ‘menderita bakar’
-          kedinginan, artinya ‘menderita dingin’
-          kehausan, artinya ;menderita haus’
-          kecopetan, artinya ‘terkena copet’

(b)   Verba berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+warna), contohnya antara lain :

-kehijaun, artinya ‘agak hijau’
Kemerahan, artinya ‘agak merah’
Kebiruan, artinya ‘agak biru’
Kehitaman, artinya ‘agak hitam’
Kekuningan, artinya ‘agak kuning’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar