Selasa, 17 Januari 2017

KONVERSI, AKROMINISASI DAN PENYERAPAN



“KONVERSI, MODIFIKASI INTERNAL DAN SUPLESI”

Selain proses afiksasi, reduplikasi serta komposisi ternyata masih ada proses lain dalam pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Proses lain itu menurut Abdul Chaer (2008:235) yaitu konversi, akronimisasi serta penyerapan. Namun, kalau ketiga proses yang pertama benar-benar merupakan mekanisme gramatikal, sedangkan ketiga yang terakhir tidak seluruhnya merupakan masalah gramatikal, hal itu dikarenakan prosesnya tidak mudah dikaidahkan dan juga produktivitasnya sangat rendah. Berikut ulasan ketiganya :

1)      Proses konversi
Menurut Abdul Chaer (2008:235) konversi, sering juga disebut devirasi zero, transmutasi, dan transposisi, adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental atau bentuk fisik dari dasar itu. Misalnya, kata cangkul dalam kalimat
(1)   Petani membawa cangkul ke sawah adalah nomina;
(2)   Cangkul dulu tanah itu, baru ditanami adalah sebuah verba.
Jadi di dalam kalimat (1) yang bermodus deklaratif kata cangkul berkatergori nomina/kata benda sedangkan pada kalimat yang kedua (2) yang bermodus impertaif kata cangkul berkategori kata kerja atau verba. Kemudian masalahnya adalah mengapa hal ini bisa terjadi yakni sebuah nomina tanpa perubahan fisik menjadi sebuah verba, walaupun dalam modus kalimatnya berbeda.
Penyebabnya yang telah disebutkan dalam Abdul Chaer (2008:236) adalah kata cangkul dan sejumlah kata lainnya di samping memiliki komponen makna (+kebendaan) juga memiliki komponen makna (+alat) dan (+tindakan). Komponen makna (+tindakan) inilah yang menyebabkan kata cangkul itu dalam kalimat imperatif menjadi berkategori verba. Hali ini berbeda dengan pisau yang memiliki komponen makna (+bendaan), (+alat) dan (-tindakan).             Ketiadaan komponen makna (+tindakan) pada kata pisau itu tidak bisa digunakan sebagai verba dalam kalimat imperatif.
Jumlah kosakata nomina yang memiliki komponen makna (+tindakan) sangat terbatas menurut Abdul Chaer (2008:236) antara lain :
Kunci
Pantai
Pancing
Sikat
Ketam
Kikir
Tutup
Silet
Pacul
Kapak
gergaji
kail
amplas
kupas
Serut, borgol
  Kemudian dalam Abdul Chaer (2008:236) ada satu masalah lagi mengenai konversi ini yaitu di dalam berbagai buku pelajaran dan buku tata bahasa kata-kata nama warna seperti merah, hijau dan kuning itu digolongkan berkategori ajektifa. Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata-kata seperti merah, hijau dan kuning disebutkan mempunyai dua kategori yaitu ajektifa dan nomina. Di sebutkan nomina karena secara empiris warna-warna itu dapat “diamati” hal inilah yang menjadi indikator bahwa nama-nama warna itu berkategori nomina.

2)      Modifikasi Internal
Modifikasi internal adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap (biasanya berupa konsonan). Misalnya, dalam bahasa Arab morfem dasar dengan kerangka k-t-b ’tulis’. 
·                     katab ’dia laki-laki menulis’
·                     maktub ’sudah ditulis’
·                     maktaba ’toko buku’

3)      Suplesi
            Dalam buku Linguistik Umum karya Abdul Chaer menjelaskan bahwa ada sejenis modifikasi internal yang disebut suplesi. Dalam proses suplesi perubahannya sangat ekstrem karena ciri-ciri bentuk dasar hampir atau tidak tampak lagi. Misalnya, kata Inggris go yang menjadi went; atau verba be manjadi was atau were.

1.      Pemendekan
Abdul Chaer dalam bukunya di dalam Linguistik Umum menjelaskan bahwa pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tertapi maknanya tetap sama. Misalnya,
(1)   bentuk lab (utuhnya laboratorium),
(2)   hlm (halaman)
(3)   SD (Sekolah Dasar)
Pemendekan ini mengahsilkan singkatan. Selain singkatan, ada akronim, yaitu hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata. Misalnya, ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), inpres (instruksi presiden), dan wagub (wakil gurbernur). 

2.      Produktifitas Proses Morfemis
Abdul Chaer dalam bukunya di dalam Linguistik Umum menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan produktivitas dalam proses Morfemis ini adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, digunakan berulang-ulang yang secara relatif tak terbatas; artinya, ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan proses tersebut.

3.      Akronimisasi
Abdul Chaer (2008:236) dalam bukunya Morfologi Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa akronimisasi adalah suatu proses pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah kontruksi lebih dari sebuah kata. Proses inilah yang menghasilkan sebuah kata yang disebut dengan akronim. Jadi sebetulnya akronim adalah hampir mirip dengan singkatan, namun yang “diberlakukan” sebagai sebuah kata atau sebuah butir leksikal. Contonhnya dalam kata pilkada yang berasal dari Pemilihan Kepala Daerah, kata Jabotabek yang berasal dari Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi, serta kata Balita yang berasal dari Bawah Lima Tahun.
Data-data yang telah terkumpul mengungkap cara-cara yang dapat menentukan kaidah pembentukan akronim walaupun sebenarnya “belum” ada aturan tertentu yang digunakan, menurut Abdul Chaer (2008:237) sebagai berikut :
1)      Pengambilan huruf-huruf (fonem-fonem) pertama dari kata-kata yang membentuk konsep itu. Misalnya pada kata :
-          IKIP     :           Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
-          IDI        :           Ikatan Dokter Indonesia
-          ABRI    :           Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
-          AMPI   :           Angkatan Muda Pembangunan Indonesia
-          ASRI    :           Akademi Seni Rupa Indonesia
-          KUHAP:          Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
-          IPSI      :           Ikatan Pencak Silat Indonesia
Kata-kata seperti IKIP, IDI, ABRI dan ABRI lazim diucapkan dan dituliskan sebagai sebuah kata berbeda dengan SMA (Sekolah Menengah Atas) dan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) yang masih tetap dilafalkan atau diucapkan dan dituliskan sebagai singkatan.
2)      Pengambilan suku kata pertama dari semua kata yang membentuk konsep itu.  Contohnya dalam kata berikut ini :
-          rukan                 :           rumah kantor
-          balita                 :           bawah lima tahun
-          orpol                 :           organinsasi politik
-          moge                 :           motor gede
-          pujasera             :           pusat jajanan serba ada
-          nalo                   :           nasional lotere
-          puskesmas         :           pusat kesehatan masyarakat
3)      Pengambilan suku kata pertama ditambah dengan huruf pertama dai suku kata kedua dari setiap kata yang membentuk konsep itu. Contohnya antara lain :
-          warteg   :           warung tegal
-          depkes  :           departemen kesehatan
-          kalbar    :           kalimantan barat
-          puspen  :           pusat penerangan
-          sulsel     :           sulawesi selatan
-          sumbagsel:        sumatra bagian selatan
4)      Pengambilan suku kata yang dominan dari setiap kata mewadahi konsep itu. Contohnya pada kata sebagai berikut :
-          juklak    :           petunjuk pelaksaan
-          tilang     :           bukti pelanggaran
-          litbang   :           penelitian dan pengembangan
-          bintal     :           pembinaan mental
-          danton  :           komandan pleton
-          gakin     :           keluarga miskin
5)      Pengambilan suku kata tertentu disertai dengan modifikasi yang tampaknya tidak beraturan namun masih dengan memperhatikan “keindahan” bunyi. Contohnya sebagai berikut :
-          Pilkada  :           pemilihan kepala daerah
-          Organda:           organisasi angkutan darat
-          Kloter   :           kelompok terbang
-          Bulog    :           badab urusan logistik
-          Purek    :           pembantu rector
-          Unila     :           universitas negeri lampung
6)      Pengambilan unsur-unsur kata yang mewadahi konsep itu, tetapi sukar disebutkan keteraturannya termasuk di seni. Contohnya antara lain :
-          Sinetron            :           sinema elektronik
-          Insert                :           informasi elekrtonik
-          Satpam              :           satuan pengamanan
-          Kalapas             :           kepala lembaga pemasyarakatan
-          Dalhura             :           (pasukan) pengendali huru hara
Abdul Chaer (2008:239) menjelaskan bahwa kata-kata yang dibentuk sebagai hasil proses akronimisasi ini terdapat dalam semua bidang kegiatan dan keilmuan seperti kepolisian, kemiliteran, pendidikan, olahraga, ekonomi, kesenian dan sebagainya. Oleh karena itu akronim itu hanya bisa dipahami oleh mereka yang berkecimpung dalam bidang kegiatan tertentu. Contohnya dalam salah satu instansi depdiknas ada akronim dupak (daftar usulan perhitungan amgka kredit) yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang instansi tersebut.
Namun dalam Abdul Chaer (2008:239) dijelaskan tidak sedikit akronim bahasa indonesia yang telah menjadi kosakata umum seperti muntaber, wagub, pemda, lemhanas, hansip, dirjen dan lain sebagainya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993) akronim yang telah menjadi kosakata umum ini didaftarkan sebagai singkatan.

4.      Penyerapan
Abdul Chaer (2008:239) menjelaskan bahwa penyerapan adalah suatu proses pengambilan kosakata dari bahasa asing, baik bahasa asing Eropa, yang meliputi bahasa Belanda, bahasa Inggris, bahasa Portugis dan lain sebagainya, maupun bahasa asing Asia yang meliputi bahasa Arab, bahasa Parsi, bahasa Sansekerta, bahasa Cina dan sebagainya. Termasuk dari bahasa-bahasa Nusantara seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minang, bahasa Bali dan sebagainya.
Dalam sejarah seperti yang telah dijelaskan Abdul Chaer (2008:239) penyerapan kosakata asing berlangsung secara audial atau pendengaran, orang Indonesia cenderung menirukan sesuai yang didengarnya, seperti dalam bahasa Belanda domme krach dilafalkan menjadi dongkrak, kata bahasa sansekerta utpatti dilafalkan menjadi upeti, bahasa arab mutharat dilafalkan melarat serta kata bahasa portugis almari dilafalkan menjadi lemari.
Sejak terbitnya buku Pedoman Pembentukan Istilah dan buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan, penyerapan kata-kata asing harus dilakukan secara visual, artinya berdasarkan apa yang dilihat di dalam tulisan. Kemudian inti dari pedoman itu menurut Abdul Chaer (2008:240) antara lain :
1)      Kata-kata yang sudah terserap dan lazim digunakan sbelum buku pedoman ini terbit, tidak perlu lagi diubah ejaannya. Contohnya kata-kata kabar, sirsak, telepon, iklan, perlu, bengkel, hadir serta badan.
2)      Penyerapan dilakukan secara utuh. Contohnya kata standardisasi, efektifitas serta implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efektif, objektif dan implemen.
3)      Huruf-huruf asing pada awal kata harus disesuaikan sebagai berikut :


No
Ketentuan
Kata awal
Kata jadi
1
Au tetap au
audiogram
audiogram
autotroph
autotrof
hydraulic
hidraulik
caustic
kaustik
2
E dimuka a, u, o da konsonan menjadi k
calomel
kalomel
construction
kontruksi
cubic
kubik
classification
klasifikasi
crystal
kristal
3


C dimuka e, l, oe dan y menjadi s
central
sentral
circulation
Sirkulasi
ceelom
Selom
cylinder
silinder
cc dimuka o, u dan konsonan menjadi k
accommodation
akomodasi
acculturation
Alkulturasi
acclamation
aklamasi
cc dimuka e dan i menjadi ks
accent
Aksen



vaccin
vaksin
cch dan ch dimuka a, o dan konsonan
menjadi k
saccharin
sakarin
charisma
karisma
cholera
kolera
technique
teknik
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
echelon
eselon
machine
mesin
8

e tetap e
Effect
Efek
Description
Deskripsi
synthesis
sintesis
ea tetap ea
idealist
idealis
habeas
habeas
eo tetap eo
stereo
Stereo
geometry
Geometri
zeolite
zeolit
11
f tetap f
fanatic
fanatik
faktor
faktor
fossil
fosil
12
x pada awal kaa tetap x
xenon
xenon
xylophone
xilofon
x pada posisi lain menjadi ks
taxsi
taksi
latex
lateks
executive
eksekutif
xc di muka e dan i menjadi ks
exception
Eksepsi
excess
Ekses
executive
eksitasi
xc di muka a, o, u dan konsonan menjadi
ksk
excavation
ekskavasi
exclusive
eksklusif
excursive
ekskursif
13
y tetap y jika lafalnya y
yen
Yen


yuan
yuan
yangonin
yangonin

y menjadi i jika lafalnya i
dynamo
dinamo
propyl
propoil
psychology
psikologi

z menjadi z
zenith
Zenith
zodiac
Zodiak
zygote
zigot

4)      Huruf pada akhir kata harus disesuaikan sebagai berikut :
No
Ketentuan
Kata awal
Kata jadi
1
-aal, -eel menjadi -al
ftructural, structureel
strultural
formal, formeel
formal
normaal
normal
-ant menjadi -an
accountant
akuntan
informant
informan
-archy, -archie menjadi -arki
anarchy, anarchie
Anarki
aligarchy, aligarchie
aligarki
-ary, -air menjadi -er
secondary, secundair
Sekunder
primary, primair
Primer
complemententary,complementair
komplementer
-(a)tion, -(a)tie menjadi
-asi, -si
action,actie
Aksi
publication, publicatie
publikasi
2
-ic, -ics, -que, -iek, -ica
menjadi –ik, ika
logic, logica
logika
phonetics, phonetiek
fonetik
physics, physica
fisika
technique
teknik
-ic, -icsh menjadi -ik
Electronik, elektronish
Elekronik
Mechanic, mechanich
Mekanik
Ballistic, ballistisch
balistik

-ical, -isch menjadi -is
Economical, economish
ekonomis
Praktical, practisch
praktis
Logical, logisch
logis





1 komentar: